KEDATANGAN POLISI BARU
Suara sebuah tinjuan berulang kali terdengar, tempat yang sepi seperti sebuah gudang khusus, Luca berada di sana. Pria itu berkeringat hingga rambutnya yang selalu rapi terlihat berantakan. Sambil bertelanjang dada, pria itu terus menguji otot-ototnya dan kemampuan pukulannya yang terus ia lampiaskan disebuah samsak tinju.
Brugg!! Brugg!!...
Kali ini dia membiarkan manik matanya tanpa memakai lensa mata seperti biasa. Pria itu terlihat makin mencolok dengan mata silvernya.
“Bos. kita apakan surat-surat ini?” tanya salah satu anak buahnya yang baru saja tiba.
Dengan napas terengah-engah, Luca mengentikan tinjunya. “Kau bakar semuanya.”
“Baik bos.”
Hendak melanjutkan kegiatan tadi, Luca kembali berhenti dan memanggil anak buahnya lagi. “Bagaimana dengan bisnis di darat?” tanya Luca.
“Semuanya masih terkendali seperti biasa.” Jawab penuh ketegasan sangat membuat Luca senang mendengar bisnisnya berjalan lancar.
Setelah itu kedua pria tadi berpisah, Luca melanjutkan tinjunya yang kali ini semakin cepat dan gesit bak suara helikopter. Ingatannya membawanya ke seorang yang sangat dia benci, yaitu ayahnya. Pukulan Luca semakin cepat dan cepat seolah-olah dia memukul ayahnya sendiri. “Yaaa....” teriaknya menahan pukulan yang semakin cepat hingga otot-otot di tangannya terlihat jelas betapa gagahnya pria itu.
Siapa yang menduga bahwa ingatan Luca malah melantur ke seorang wanita berjaket merah yang selalu dia jumpai di apartemen Sarah. Brugg! Satu pukulan terakhir Luca ketika pria itu sadar akan sesuatu lainnya.
Ya! Dia sangat merasa aneh dengan wanita itu. “Who's he?” gumamnya. Jika seseorang berani melukai wanitanya, maka dia pastikan akan membunuhnya.
Luca bergegas pergi meninggalkan samsak tinjunya yang kini mengeluarkan bercak darah dari dalamnya. Sebuah darah manusia.
...***...
Sarah tersenyum lebar ketika dia berhasil mendapatkan hadiah yang sudah dia pesan. Setelah meletakkannya rapi di atas meja, kini wanita dengan senyuman manisnya itu berjalan ke arah dapur dan mengambil sebotol air dingin di kulkas, lalu meneguknya.
Entah kenapa, Sarah mulai teringat dengan wanita yang sama. Sudah berapa kali wanita itu menonjol di ingatannya. Karena penasaran, Sarah mencoba melihat kembali berita-berita dan akhirnya dia menemukan satu berita yang mengatakan bahwa pembunuhan yang terjadi di toko Aren Alberto dilakukan oleh satu orang yang mengenakan jaket merah.
“Jaket merah?” Sarah menutup mulutnya yang hampir saja menganga lebar. Wanita yang dia lihat juga memakai jaket merah.
Tak ingin berbelit-belit dalam pikirannya sendiri, Sarah mencoba menelepon Tobias namun dia urungkan kembali ketika dia ingat kekasihnya sibuk begadang malam ini karena ulah para pembunuh itu. “Aku tidak akan mengganggunya.” Sarah memilih beranjak ke kasurnya dan berbaring melupakan semuanya untuk malam ini.
Sementara di kantor polisi, sudah berulang kali Tobias menelepon Pretty Benito hanya untuk menanyakan soal kertas yang sudah mereka bicarakan bersama, namun jawaban wanita itu masih sama. Dicari!
Tobias mengamati benda berukuran panjang kecil yang merupakan sebuah suntikan kosong. Pria itu memutar-mutar benda tersebut dengan kerutan alisnya yang menunjukkan bahwa dia benar-benar frustasi untuk pertama kalinya.
“Bagaimana pembunuh itu bisa menghilangkan jejak dalam waktu singkat?” gumam Tobias yang benar-benar kesusahan.
Seakan dia tahu bahwa pembunuhnya merupakan seseorang yang sangat cerdik.
Hampir lewat tengah malam, Tobias dan polisi lainnya masih berada di kantor polisi, menangani kasus yang masih menjadi misteri. Tiba-tiba ponsel kantor berdering di atas mejanya.
[“Iya pak?”] tanya Tobias yang nampak ulet dalam pekerjaannya.
[“Kami baru saja mengirimkan seorang kepala polisi dari Roma. Dia sudah lama menjadi seorang polisi dan akan membantumu. ”] Jelas seorang pemerintah.
[“Tapi saya bisa melakukannya sendiri— ”]
[“Ini adalah perintah dari pemerintah. Dia sudah sering menangani kasus pembunuhan berantai. ”] Belum sempat membalasnya, panggilan tertutup begitu saja. Tobias mengumpat kesal dan hanya bisa pasrah karena itu adalah perintah langsung dari pemerintahan.
Pembunuhan konglomerat, tentu saja itu gempar.
Tok! Tok! Mendengar ketukan di pintunya, Tobias menoleh dan melihat seorang pria yang lebih tua darinya, namun brewok serta kumisnya masih terlihat hitam.
Pria berkemeja hitam dengan kacamata hitam yang kini sudah masuk ke ruangannya tanpa izin, pria itu melepaskan kacamatanya dan menatap ke arah Tobias dengan senyuman kecil.
“Senang bertemu denganmu. Namaku Robbie Bell, kepala polisi dari kota Roma! Semoga kita bisa bekerja sama.” Sambil menguyah permen karet, pria bernama Robbie Bell itu berjalan seraya mengamati ruangan Tobias.
Sementara Tobias menatapnya tak suka dengan sikap sombong pria di depannya itu.
“Aku dengar ada pembunuhan dua orang pengusaha. CK, sayang sekali padahal aku ingin sekali bertemu dengan teman lamaku Andriano.” Ujar pria bernama Robbie itu tersenyum tipis nan prihatin.
Tobias memperhatikan polisi tersebut tanpa berkutik apapun. Sementara Robbie, dia mulai berjalan ke arah Tobias sambil mengulurkan tangannya ke depan.
“Semoga kita bekerja sama menangkap si pembunuh cerdik itu pak... ??”
“Tobias.” Pria itu menerima jabatan tangan Robbie.
“Baik, aku tidak suka berlama-lama di kantor polisi. Kita akan bertemu lagi besok. Ciao!” Robbie pergi seraya memakai kembali kacamata nya. Sedangkan Tobias hanya diam dengan wajah kesalnya.
...***...
Menjelang pagi, bahkan sebelum matahari terbit pun Sarah sudah terbangun lebih awal untuk perjalanan nya di rumah panti yang memang sedikit jauh dari kota Verona.
Wanita itu menyiapkan semuanya dan tak sabar menemui mereka, walaupun dia selalu sedih saat memikirkannya karena dia akan teringat dengan keluarganya yang entah kemana mereka dan kenapa meninggalkannya.
Sarah tersenyum tipis, lalu berdiri dan mulai meraih tasnya. Cklek! Wanita itu terkejut melihat kedatangan Tobias yang sudah siap lebih cepat. “Aku pikir kau lupa!” Sarah tersenyum seraya memeluknya. Tobias membalas pelukannya dan memberinya ciuman singkat di bibir.
“Ayo.” Pria itu membawakan tas koper kecil yang Sarah siapkan, tak seperti biasanya, Tobias lebih banyak diam bahkan jarang tersenyum.
Hingga dalam perjalanan pun mereka tak berbincang seperti biasanya. Sarah memberanikan diri untuk bertanya, dia tak mungkin diam saja. -‘Apa Tobias tahu soal Luca?' Kekhawatiran mulai muncul dari benak Sarah. Wanita itu menoleh ke arah kekasihnya yang masih fokus menyetir.
“Tobias— ”
“Sarah aku minta maaf.” Ucapannya dipotong begitu saja dan kini Sarah semakin dibuat bingung oleh kekasihnya.
“Untuk apa?” wanita itu tersenyum bingung mendengar ucapan maaf Tobias.
Cukup lama Tobias terdiam dan enggan melanjutkan ucapannya tadi. “Aku akan katakan setelah kita sampai!” jawabnya menoleh sambil tersenyum lebar.
Dalam hati Sarah, dia sangat-sangat ketakutan hingga membuang napas panjang berulang kali. Sarah pikir Tobias mengetahui sesuatu tentang apa yang sering Luca lakukan kepadanya. -‘Aku harap itu tidak terjadi.’ Batinnya.
Tanpa mereka sadari bahwa sedari tadi sebuah mobil putih mengikutinya dari belakang dengan sangat pelan dan santai.
Sudut bibir Luca terangkat membentuk sebuah senyuman kecil, kedua matanya fokus ke depan. “Aku tidak sabar melihatmu terkejut Dokter!” gumamnya. Tak salah jika Sarah menyebutnya pria gila— Luca benar-benar ingin mendapatkannya.
Apa seperti itukah sikap semua gangster dan mafia yang tak pernah jatuh cinta? Sekali cinta maka dia akan mendapatkannya sampai dapat. Crazy Man!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Erna Wati
bener thor
2024-10-24
1
Erna Wati
ih luca main tinju²nya bener²an
2024-10-24
1
Erna Wati
"she" maksudnya kan thor?
2024-10-24
1