Di perjalanan Citra merasa aneh dengan sikap Nichol, tidak biasanya pria itu bersikap cuek dan biasa-biasa saja ketika melihatnya.
"Apa Kak Nichol masih kecewa dengan penolakan aku waktu itu?" Gumam Citra sambil mengemudi.
Sama hal nya dengan Nichol, ia juga merasa ada yang aneh dengan dirinya kenapa ia biasa-biasa saja saat melihat Citra. Biasa nya Nichol akan merasa senang saat melihat gadis itu, tapi sekarang... Akh entah lah ia jadi pusing memikirkan nya.
.
.
.
Di kantor Queency beauty.
Ocha menutup laptop nya, ia bersiap untuk pergi karna harus mengecek produk yang akan di luncurkan bulan ini di pabrik. Ocha memang tidak berubah, walaupun posisinya sekarang sudah berubah. Tapi, Ocha masih suka mengecek langsung produksi barang di pabrik yang lokasinya cukup jauh dari kota.
"Dilla, tolong cek berkas ini. Saya harus pergi sekarang," pinta Ocha menyampirkan tas selempang nya di pundak.
"Baiklah. Tapi, anda sungguh ingin pergi sendiri?"
"Hm.."
Ocha meninggalkan ruangan nya. Berjalan dengan elegant, hingga panggilan seseorang yang sangat ia kenali menghentikan langkahnya.
"Lo mau kemana?" Tanya Vina.
"Ke pabrik," jawab Ocha cepat.
"Sendiri? Dilla kok gak ikut?"
"Di kantor masih banyak kerjaan," Vina mangut-mangut mengerti, keduanya berjalan beriringan.
"Kenapa Lo?" Tanya Ocha saat melihat Vina yang nampak lebih ceria hari ini.
Ditanya seperti itu, Vina malah tersenyum lebar.
"Mm.. Gue tau ini pasti ada hubungan nya sama laki Lo ya?" Tebak Ocha dan itu benar.
"Cha, Lo tau gak. Hari ini gue seneeeng... banget. Sekarang Bastian udah cinta sama gue, dan semalam kita---" Vina terlihat malu-malu.
"Iya-iya udah gak usah di jelasin. Gue paham maksud Lo kemana. Tapi, gue ikut seneng dengernya. Semoga Lo selalu bahagia seperti ini ya, dan satu lagi.." Vina menatap Ocha menunggu ucapan Ocha selanjutnya.
"Semoga... Gue cepet dapet ponakan dari Lo " Lanjut Ocha sumringah.
Blush!
Wajah Vina bersemu merah, "Ocha.. Ihh, Lo apaan sih.." Ucap Vina malu-malu meong.
"Ciee.. Salting, ciee.. Pipinya merah. Haha," Ocha terus menggoda Vina.
Keduanya tertawa bersama, hingga ketika mereka sampai di lantai bawah. Langkah keduanya terhenti, saat pandangan mereka melihat sosok pria tampan yang tengah berdiri di hadapan mereka.
Pria itu tersenyum kearah nya, kemudian berjalan menghampiri kedua gadis cantik di depan nya.
"Kamu Ocha kan?" Ucap pria yang kini sudah berdiri tepat di depan Ocha.
Ocha dan Vina saling melempar pandang,
"I-iya. Maaf, siapa ya?" Tanya Ocha balik.
"Hy, Aku Farhan." Ujarnya mengulurkan tangan.
Ocha menatap tangan pria itu bingung, pasalnya ia tidak mengenal pria di hadapan nya ini.
"Farhan siapa Cha? Cowok baru Lo ya? " Bisik Vina menatap laki-laki bernama Farhan itu dari atas ke bawah, pasalnya laki-laki ini cukup tampan juga.
Akh ya, Ocha ingat nama itu. Farhan adalah cowok yang ingin Nenek jodohkan dengan nya. Ocha tak menggubris ucapan sahabatnya itu, ia membalas uluran tangan Farhan. Hanya sebentar, karna Ocha langsung melepasnya kembali.
"Jadi ini cowok yang mau Nenek jodohin sama gue. Ganteng juga," Batin Ocha memperhatikan penampilan Farhan yang modis, bahkan pria ini tidak terlihat kampungan walaupun asalnya dari kampung.
"Maaf ya, aku datang ke kantor kamu. Soalnya Nenek yang minta aku buat datang ke sini, " tukas pria tersebut.
"Oh iya gak papa. Lagi pula aku juga mau keluar kok," balas Ocha kaku.
"Kalian mau makan siang? Tapi, ini belum jam makan siang kan?" Ucapnya melirik jam tangan nya.
"Ya, ini memang belum jam makan siang. Aku mau keluar karna ada kerjaan," sahut Ocha.
"Meeting?"
"Bukan meeting. Ocha itu mau ke pabrik, ngecek produksi barang disana!" Bukan Ocha melainkan Vina yang menjawab.
"Kalo gitu aku boleh ikut gak?" Ujar Farhan menatap Ocha.
"Hah," Ocha terkejut.
Bagaimana mungkin? Ocha ke pabrik karna urusan pekerjaan, bukan untuk bermain. Lagi pula mereka baru saja bertemu, kenapa orang ini begitu sok dekat dengan nya.
"Dengar, aku itu ke sana bukan untuk main-main. Tapi, karna harus bekerja. Jadi, lebih baik sekarang kamu kembali saja ! " Ocha jadi kesal sama pria di hadapan nya ini.
"Kembali kemana? Rumah ku jauh," timpalnya.
Ocha menghela nafas panjang, "Vin gue pergi dulu ya."
"Oh, oke. Hati-hati ya !"
Ocha tersenyum tipis, kemudian berlalu pergi begitu saja. Farhan tak gentar ia mengikuti langkah Ocha.
"Aku sungguh tidak boleh ikut?" Tanya nya bersejajar dengan Ocha.
"Tidak!" Jawab Ocha cepat.
"Lalu aku harus kemana sekarang?" Ujarnya lagi.
"Itu masalahmu." Timpal Ocha jutek.
"Aku ke sini hanya untuk bertemu kamu, masa kamu tega membiarkan ku terlantar di sini." Ujarnya mendrama.
Ocha menghentikan langkah nya berbalik menatap Farhan, "Aku kan tidak menyuruh mu datang kesini. Jadi jangan salahkan aku!" Ucap Ocha kembali melanjutkan langkahnya menuju tempat mobilnya terparkir.
"Baiklah. Kalo begitu, aku akan ke rumah mu saja."
"Terserah...!!"
Ocha masuk kedalam mobil nya, tidak mempedulikan Farhan yang diam di luar menatap nya. Sebenarnya Ocha kasihan, tapi ia tidak suka laki-laki yang banyak bicara sepertinya. Menyebalkan sekali, baru saja bertemu tapi sudah berhasil membuat Ocha kesal.
"Huuh, sudahlah biarkan saja. Dia kan datang sendiri, kenapa gue peduli?" Menjalankan mobilnya meninggalkan parkiran.
Farhan menatap kepergian mobil Ocha seraya tersenyum, "Menarik."
Ocha terus saja menggerutu, "Nenek benar-benar. Kenapa Nenek menyuruh pria itu ke kantor? Mana tuh cowok rese banget lagi."
Ocha tidak habis pikir pria macam apa yang Nenek nya kirim itu. Dan, benarkah pria itu yang ingin di jodohkan dengan nya?
"Oh Now...!! "
...----------------...
Hari berganti senja, Ocha kembali ke rumah. Gadis itu masuk ke rumah dengan ceria, walaupun ia sangat lelah seharian ini bekerja. Tapi, Ocha selalu menikmati kesibukan nya. Ia tak pernah mengeluh ataupun memperlihatkan rasa lelahnya.
Ocha duduk di sofa ruang tengah, "Baru pulang Non?" Tanya Bi Asih.
"Iya Bi," sahut Ocha tersenyum.
"Mau bibi bikinin minuman?" Tawar Bi Asih.
"Boleh juga," ucap Ocha tersenyum lebar.
Bagaikan Virus, senyuman Ocha menular pada Bi Asih.
"Tunggu sebentar ya Non. Bibi buatkan dulu," Ocha mengangguk cepat.
Bi Asih memang yang paling pengertian. Ocha menyandarkan kepalanya di sofa, lalu menutup matanya, sekedar untuk mengistirahatkan tubuh dan pikiran nya.
"Cantik."
Mata Ocha terbuka, ia terkejut melihat wajah pria yang membuatnya kesal tadi siang berada tepat di atas wajah nya.
"Ihh,," Ocha mendorong tubuh Farhan kemudian beranjak berdiri.
"Lo ngapain disini?" Pekik gadis itu dengan suara cempreng nya, "Kenapa Lo bisa ada di rumah gue?!"
"Ocha!"
Pria itu hanya tersenyum, Ocha mengalihkan pandangan nya ke belakang Farhan. Neneknya berjalan menghampirinya dengan wajah serius.
"Yang sopan kalo bicara!"
"Bukan Ocha yang gak sopan Nek. Tapi dia ! "
"Memang nya dia kenapa? Nenek lihat, Farhan tidak melakukan hal yang tidak sopan terhadap mu."
"Terus kenapa dia bisa ada di rumah ini. Dia pasti ngikutin Ocha Nek, dia gak sopan! Heh. Lo tuh ya, masuk rumah orang seenak nya. Lo pikir ini rumah Lo apa? " Bentak Ocha.
"Ocha cukup! Nenek yang menyuruhnya ke sini," Ocha terperangah ia menatap Nenek nya tajam.
"Ja-jadi, Nenek yang--"
"Iya. Jadi, hentikan tuduhan mu itu. Farhan itu anak yang baik, tidak tidak seperti yang kamu pikirkan. Farhan itu orang nya sangat sopan, punya tatakrama yang bagus.."
Ocha serasa ingin muntah mendengar pujian Nenek terhadap pria ini. Jelas-jelas baru pertama kali bertemu saja sudah membuat Ocha kesal, sampai membuat darah nya naik.
"Baiklah sudah cukup Nek. Ocha cape, Ocha mau istirahat aja di kamar! " Ocha berlalu begitu saja.
"Sebentar sayang. Farhan kan baru pertama kali ke jakarta, kamu ajak dia jalan-jalan dong."
"Gak bisa Nek. Ocha baru aja pulang masa udah di suruh keluar lagi?"
"Maksud Nenek, nanti malam."
"Nenek ku sayang.. Kalo jalan-jalan nya malem, sama aja boong dong. Nanti dia gak bisa liat apa-apa, KARNA GELAP! " Menekan kata-kata terakhirnya, melirik Farhan yang tersenyum tipis padanya.
"Dasar anak nakal. Jangan membuat alasan, kamu ini ! " Nenek memukul tangan Ocha.
"Auww, sakit Nek !"
"Ingat janji kamu sama Nenek kan?" Bisik si Nenek.
"Iya Ocha ingat ! Tapi, jangan malam ini ya Nek. Ocha beneran cape banget hari ini..." Ucap Ocha menatap sang Nenek sungguh-sungguh.
"Sudahlah Nek. Tidak papa, kasihan Ocha sepertinya sangat lelah biarkan dia istirahat." Kali ini Farhan buka suara.
Ocha mendelik, sedang si Nenek malah tersenyum.
"Kamu sangat pengertian sekali Nak," puji si Nenek dengan senyum manis nya.
"BIBIIII... MINUMAN NYA BAWA KE KAMAR OCHA AJA YA," Ucap Ocha berteriak, memekik memenuhi seisi ruang rumah.
"Siap Non !"
"OCHA ROSALIND...!! " Teriak Nenek tak kalah kencang.
Ocha melesat, berlari menaiki tangga menuju kamarnya. Jangan sampai ia terkena timpukan sandal Nenek nya.
Farhan sampai menutup telinganya, namun ia sama sekali tak merasa risih. Justru ia senang melihat keluarga Ocha yang ramai dan apa adanya, bahkan Ocha pun selalu bersikap apa adanya dan tak ada jaim-jaim nya saat ia dekat dengan gadis itu. Namun, itulah yang membuat Farhan menyukai Ocha. Gadis itu selalu cuek, tapi berisik saat berbicara.
...****************...
Next nanti ya😉
Sekarang, Like Vote Komen dan tabur Hadiahnya dulu. Biar Author tambah semangat nulisnya🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Felicia amira
semangat kakk
2024-06-02
1
Felicia amira
terimakasih sudah up thor, semangat terus💪💪💪
2024-06-01
1