Berontak

Ocha kembali ke rumah dengan wajah lesu. Seharian ia habiskan waktunya di danau, bahkan Ocha tak kembali ke kantornya. Beberapa panggilan dari Vina pun Ocha abaikan begitu saja. Dengan langkah lunglai, Ocha menaiki tangga hendak pergi ke kamarnya. Namun, suara wanita yang kini sudah berumur 70 tahun itu menghentikan langkahnya.

"Kamu baru pulang?" Tak ada jawaban dari Ocha, "Kemarilah Nenek ingin menunjukan sesuatu sama kamu." Pinta si Nenek.

Ocha menuruni tangga, berdiri di hadapan Neneknya.

"Ada apa Nek?"

"Ayok ikut Nenek!" Menarik tangan Ocha.

Ocha pasrah saja di tarik seperti itu, entah Nenek nya ini mau bawa ia kemana Ocha bahkan tidak peduli.

Si Nenek membuka pintu ternyata ia di bawa ke kamar Mama nya, "Lihat. Nenek sama Mama kamu sedang memilih pakaian untuk nanti malam, cepat! Kamu pilih juga. Karna kamu harus terlihat cantik malam ini.."

Nenek Ocha terus berceloteh, Ocha menatap Mama nya. Begitupun Windy yang juga menatap Ocha, ia merasa kasihan pada putrinya itu. Windy juga sebenarnya sudah menolak, namun ibunya sangat keras kepala. Tanpa sepengetahuan nya Ibunya malah mengundang pria itu dengan keluarga nya. Windy tidak bisa melakukan apa-apa lagi karna keluarga pria sudah menyetujuinya dan mengatakan akan datang malam ini.

"Sini... Coba kamu pakai yang ini," Nenek Ocha mencocok kan baju di badan Ocha. Namun, perhatian Ocha masih tertuju pada Mamanya. Seolah meminta agar Mamanya menghentikan ide konyol Nenek nya ini.

"Gak ini gak cocok! Mungkin yang ini," mengambil baju lain nya. Terus seperti itu sampai membuat Ocha merasa muak.

"CUKUP!! Sudah cukup, Nek." Bentak Ocha, menarik pakaian dari tangan si Nenek lalu melemparnya ke lantai.

"Ocha?!" Windy terkejut dengan reaksi Ocha sekarang.

"Ocha muak Mah. Ocha udah gak tahan lagi sama sikap Nenek yang kolot dan gak pernah menghargai keputusan orang lain!" Tatapan Ocha beralih pada si Nenek.

"Ocha itu cucuk Nenek, kenapa Nenek gak memberikan Ocha kebebasan dalam hidup?" Ocha mulai menangis, "Ocha udah bilang Ocha gak suka di jodoh-jodohin. Ocha gak mau! Dan, Ocha gak akan pernah mau melakukan keinginan Nenek ini ! Terserah mereka mau datang ke sini malam ini, tapi Ocha gak akan pernah menemui mereka! " Sentak Ocha menggebu-gebu.

"Jangan buat Nenek malu Ocha!" Ujar si Nenek menatap Ocha tajam.

"Ocha gak peduli ! Toh bukan Ocha yang ngundang mereka kesini tapi Nenek. Jadi, Nenek tanggung saja sendiri " jawab Ocha lantang.

Plakk!!

Satu tamparan mendarat di pipi Ocha yang mulus. Tanpa bicara, dengan perasaan marah Ocha pergi dari rumah nya, ia benar-benar tidak bisa bersabar lagi dengan kelakuan Nenek nya yang terus mengekang dirinya. Entah, mau pergi kemana tapi yang pasti malam ini Ocha tidak akan pulang ke rumah nya.

Windy mengejar Ocha sampai ke halaman rumah tapi ia tidak bisa menahan nya, karna mobil Ocha sudah pergi menjauh. Windy menghela nafas berat, ia juga bingung. Windy paham bagaimana perasaan putrinya, karna ia juga menentang semua ini. Tapi, ia juga tidak bisa mencegah tindakan Ibunya yang semena-mena terhadap kehidupan putrinya.

"Maafin Mama, Cha.." Ucap Windy lirih.

Ocha mengendari mobilnya sambil menangis terisak. Ocha tidak bermaksud membentak Nenek nya, tapi Ocha juga tidak bisa terus-terusan diam. Ocha bukan tipe wanita yang mudah di atur, ia akan menolak melakukan hal yang tidak ia suka. Ocha berontak karna ini bukanlah suatu hal yang sesuai dengan hati nya.

Mobil Ocha terus melaju dengan kecepatan tinggi, bahkan Ocha sekarang tidak peduli lagi dengan hidup nya yang kini malah berantakan. Ia pergi tak tentu arah, hanya menyusuri jalan di depan nya. Di pertengahan Ocha berhenti di sebuah kedai es cream, ia membeli beberapa cup es cream rasa coklat. Lalu memakan nya sendiri di mobil, Ocha berharap dingin nya es cream bisa sedikit mendinginkan pikiran dan hatinya.

Namun, nihil. Di sela-sela makan nya, bahkan Ocha sudah menghabis kan beberapa cup es cream. Tapi tidak mampu meredakan panas di hatinya, matanya kembali memanas. Ocha tak bisa menahan tangis nya lagi. Ocha menangis tersedu-sedu, menutup wajahnya dengan kedua tangan nya. Ocha bingung, apa yang harus ia lakukan sekarang? Kemana Ocha harus pergi? Pada siapa ia harus mengadu? Tiba-tiba Ocha merindukan Anin.

"Nin.. Gue butuh Lo sekarang..." Ucap Ocha serak.

Hari semakin gelap, Ocha sudah merasa hilang akal. Ia melajukan mobil nya dengan eksfresi marah, hingga tiba di sebuah club malam. Ia masuk tanpa tanpa memikirkan apapun, tak seperti saat awal ia ke tempat seperti ini. Ocha merasa sangat ketakutan, tapi sekarang rasa takut itu seolah hilang begitu saja.

Ocha duduk di kursi kosong seraya memesan minuman yang ia sendiri belum pernah merasakan nya. Kemudian ia tuangkan minuman dalam botol itu kedalam gelas kecil yang di berikan oleh pria yang berprofesi sebagai bartender itu.

"Nona, apa ini pertama kalinya anda minum?" Tanya pria tersebut yang melihat Ocha nampak ragu meminum minuman nya.

"Ti-tidak! " Ocha langsung meneguknya dengan sekali tegukan sampai tak tersisa.

Hingga membuat Ocha terbatuk-batuk, "Ukhuk! Minuman apa ini kenapa rasanya aneh sekali?" Ujar gadis itu, hingga membuat bartender tersebut tertawa pelan.

"Saya kan tadi sudah bertanya, tapi anda mengatakan tidak."

Tiba-tiba kepalanya terasa pusing, Ocha memegangi kepalanya. Ini benar-benar pertama kalinya Ocha minum, sampai baru satu kali minum saja sudah membuat kepalanya berputar.

"Akh, kepala gue" Ocha menatap bartender di depan nya, kening nya berkerut saat bartender itu menjadi dua.

Ocha mengerjap berkali-kali, "Kenapa kamu jadi ada dua? Haha.. Apa kamu bisa membelah diri?" Tertawa keras, kini Ocha mulai kehilangan kesadaran nya.

"Cepat ! Kasih tau gue, gimana cara membelah diri? Kalo gue ada dua, gue pasti bisa hidup tenang. Biar kembaran gue aja yang melakukan kemauan Nenek, haha.." Racau Ocha tidak jelas.

Seorang pria yang sejak tadi memperhatikan Ocha, mencoba mendekat.

"Kalau kamu ingin menjadi dua, kamu minum lagi saja ini " Menyodorkan segelas minuman kepada Ocha.

"Enggak! Minuman ini gak enak, pahit! " Pekik Ocha.

"Yang ini tidak pahit. Ini manis, kalo kamu tidak percaya coba saja " Memaksa Ocha untuk meminum nya.

Ocha menepis tangan orang itu, hingga gelas yang ia pegang jatuh dan pecah. Ocha berdiri sempoyongan menjauh dari pria yang tidak ia kenali itu, beberapa kali Ocha menggelengkan kepalanya berusaha untuk sadar.

"Kenapa kamu memaksa ku? Aku sudah bilang tidak mau, heh.. Aku mau pulang saja!" Sentak gadis itu menyambar tas nya yang ada di meja.

Ocha berjalan dengan sempoyongan, sambil memegangi kepalanya yang terasa berputar. Pria itu tersenyum miring, lalu mengikuti Ocha. Pria itu menarik tangan Ocha kasar, membuat Ocha berbalik ke arah nya.

"Lepas.." Pinta Ocha serak.

"Bagaimana kalau kamu ikut dengan ku? Aku akan membuat mu bahagia malam ini,"

"Gak. Gue gak mau! " Menarik tangan nya hendak pergi.

Namun, lagi-lagi pria itu menghalangi jalan nya. Ia menatap Ocha dengan tatapan mengerikan, Ocha terus saja memukul-mukul kepalanya. Hingga pria itu menarik tangan Ocha, lalu mendorong nya ke tembok. Pria itu memaksa ingin menciumnya, namun Ocha berusaha menahan dan menghindar.

"Brengsek! Lepasin gue..." Ocha terus menghindar dari gerakan pria itu yang terus mendekati wajahnya.

Sampai tangan seseorang berhasil menarik pria kurang ajar tersebut, "Jangan berani menyentuh nya!" Desis pria itu yang ternyata adalah Nichol.

Bhugh! Nichol mendorong orang itu hingga menubruk tembok.

"Beruang kutub?" Gumam Ocha menyipitkan matanya.

"Kemari!" Nichol menarik tangan Ocha. Namun pria tadi menahan sebelah tangan Ocha.

"Hey bung. Bagaimana kalau kita berbagi?" Ucap nya.

Nichol kesal mendengar ucapan pria kurang ajar itu, tanpa belas kasih Nichol menendang pusaka pria itu hingga membuat pria itu melepaskan tangan nya lalu memegangi benda pusakanya menahan rasa yang entah bagaimana Author juga tidak tahu😁

"Bagaimana masih mau berbagi?" Desis Nichol dingin.

Nichol bahkan tidak peduli dengan ringisan pria itu, lalu meninggalkan nya begitu saja dengan tersenyum jahat. Sedang, Ocha malah tertawa puas melihat orang yang tadi ingin melecehkan nya memegangi benda pusaka nya dengan wajah kesakitan.

"Dia lucu sekali ya. Hey, kenapa Lo menendang burung nya? Nanti kalo burung itu tidur selamanya, bagaimana?" Racau Ocha lagi.

Kini, keduanya sudah berada di luar. Nichol memandangi Ocha dengan tatapan datar.

"Hey, ko malah diem? Ah, ya. Gue lupa dia kan si kulkas dua pintu, haha.." Wajah Ocha berubah muram, Ocha menarik tangan nya dari cekalan Nichol.

"Sudah, gue mau pulang!" Ucap Ocha sinis.

Mungkin Ocha mengingat kejadian tadi siang, jika saat ia sedang marah pada Nichol.

"Biar gue anter Lo pulang!"

"Gak, gue bisa pulang sendiri. Lo pikir gue ini anak kecil apa?" Sahutnya khas orang mabuk.

"Dengar, Lo gak akan bisa nyetir dalam keadaan seperti ini "

"Cukup! Gak usah perhatian Lo sama gue. Palsu!" Tubuhnya terus bergoyang tak seimbang.

Nichol bergeming, jujur ia merasa bersalah sudah berkata kasar pada Ocha tadi. Tidak seharusnya ia melampiaskan kemarahan nya pada Ocha, Nichol juga berniat untuk menghilangkan beban pikiran nya di tempat ini. Namun, tidak sengaja Nichol melihat Ocha tengah di ganggu oleh seorang pria dan pria itu berusaha melecehkan Ocha. Nichol pun tak jadi minum, ia lebih tertarik untuk mengikuti dan menyelamatkan gadis yang selalu merepotkan nya ini.

...****************...

Jangan lupa! Like, Vote and Komen ya🤗

Terpopuler

Comments

Felicia amira

Felicia amira

🌹

2024-05-27

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 64 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!