Ku pandang seputar areal rumah ku, di mana tempat Aku di lahir kan tempat Aku di besarkan, canda dan kasih sayang Ayah Ibu rasa nya masih baru kemarin tapi di pagi yang gelap ini Aku harus meninggalkan rumah Ku.
"tok...tok...tok..." suara pintu di ketok menyadar kan Aku dari lamunan Ku.
Ku tinggal kan balkon. Aku melangkah Tampa semangat menuju pintu.
" Sayang kenapa belum siap-siap" tanya Ayah rupanya Ayah yang ketok kamar Ku tadi.
Aku berbalik masuk tampa menjawab pertanyaan Ayah. Rasa dada Ku sesak nggak tau lah kenapa semua begitu tiba-tiba.
" Sayang... grapp..." ucap Ayah merangkul bahuku dari belakang dengan sebelah tangannya.
" Kok bajunya tidak masukan ke koper?" tanya Ayah. Aku cuma diam memang dari semalam Aku tidak menyiapkan apapun.
" Ayah bantu ya sayang?" ucap Ayah Ku selalu penuh kelembutan. Tampa jawaban dari Aku Ayah mengambil koper di samping lemari Ku.
Ayah mulai menyusun pakaian ku kedalam koper bukan Aku mau memanfaat kan kasih sayang Ayah hingga aku cuma duduk melihat tampa niat membantu.
Entah lah seluruh tulang ku kayak nya berat, ya mungkin karena tidak rela pindah.
" Hey sayang kenapa melamun " tegur Ayah tiba-tiba kedua tangannya menangkup kedua pipi Ku.
Seketika air mata Ku jatuh, seakan tau dengan kesedihan Ku Ayah memeluk Aku. Aku menangis seolah begitu banyak beban yang menghimpit dada Ku.
" Maaf kan Ayah Nak" ucap Ayah Ku masih memeluk Aku.
" Mass..." Ku dengar suara Ibu memanggil Ayah Ku.
" Ya sudah Ibu bantu. Arumi jangan menangis lagi cepat kita harus pergi" ucap Ibu Ku, Aku nggak liat Ibu karena wajah Ku masih ku benam di dada Ayah. Yang Ku dengar kayak ada orang lain selain Ayah Ibu dan Aku, terlalu malas untuk melihat karena cuma dada Ayah ku tempat paling nyaman.
Aku masih menangis, Ayah juga masih betah memeluk Ku mungkin tau akan kesedihan Ku. rasa ngantuk mulai menyerang rasanya Aku pengen tidur pulas tapi jangan ada yang ganggu.
" Sudah ayo kita berangkat" ucap Ibu, Aku manarik muka ku dari dada Ayah. Ku lihat sampai lemari kaca yang berisi tas-tas branded Ku sudah kosong.
" Tas Arumi mana Bu?" tanya Ku. Aku harus memastikan bagaimana pun Aku harga tas yang Aku punya mahal.
" Itu semua udah Ibu susun di kotak Itu" tunjuk Ibu pada kotak besar yang bisa muat empat orang dewasa di dalam nya, Aku sedikit lega.
Tidak lama masuk tiga orang laki-laki, " yang mana lagi Bu barang nya" katanya. Aku cuma melirik sekilas.
" Yang itu Pak " tunjuk Ibu tapi Aku nggak lihat apa yang di tunjuk.
" Kamu nggak ganti baju sayang" tanya Ayah yang sedari tadi betah berdiri, ya mungkin karena Aku masih memeluk pinggang nya.
" Nggak Yah " jawab Ku singkat sambil mengangkat kepala ke atas.
" Udah yuk Mas. Arumi ayo kita nggak punya waktu lama" ucap Ibu udah nggak sabar macam mau pigi kemana gitu.
" Yaudah kalau nggak ganti baju, jangan sedih lagi Anak Ayah" kata Ayah Ku selalu begitu sangat mengerti Aku.
Aku bangkit Ayah memeluk pundak Ku lalu kami sama jalan keluar dan turun kelantai bawah, Ku lihat mobil trek besar itu sudah penuh dengan barang-barang.
" Nak kamu naik duduk di depan sama Ibu ya" perintah Ayah mendorong Aku untuk naik.
" Ayah di mana?" tanya Ku sengaja berhenti karena yang Ku lihat udah ada Bibik dan Ibu nggak mungkin Ayah bisa naik di depan karena hanya tersisa untuk satu orang lagi pastinya Aku.
" Tenang sayang Ayah juga naik tapi di belakang" tunjuk Ayah ke bak belakang mobil.
Demi apapun Aku nggak akan membiarkan Ayah naik di belakang duduk di antara barang-barang. Dulu Aku sering ngejek orang-orang yang naik di bak belakang.
Masa sekarang malah Ayah Ku, apa karma itu berlaku ya mungkin kali ya.
" Kalau Ayah duduk di belakang Arumi juga ikut" ucap Ku membuat Ayah menatap Ku.
" Udah Mas cepetan naik apa lagi sih.." sela Ibu dari pintu Mobil yang masih terbuka.
" Arumi minta naik di belakang !" kata Ayah pada Ibu.
" ihh Rumi jangan banyak tingkah naik sini kamu Ni ya " ucap Ibu terdengar sewot.
" Arumi sama Ayah aja ya?" mohon Ku sengaja pasang muka memelas
Aku nggak perduli selagi Ayah mengijinkan kenapa enggak.
" Yaudah Arumi sama Ayah" tuh kan mana tahan Ayah kalau udah denger Aku merengek
" Tutup aja pintu nya Arumi di belakang" ucap Ayah pada Ibu.
" Huh anak itu... Braakk " Ibu ngomel lalu menutup pintu mobil dengan kesal.
Aku sama Ayah ada juga beberapa orang lagi naik di Bak belakang mobil, Sumpah baru sekali ini seumur hidup Aku naik mobil trek dan malah duduk di belakang lagi.
Tapi seru banget, baru ku tau rasanya begini naik trek duduk di belakang. Karena efek tidak tidur kena angin lama-lama Aku ketiduran nggak tau berapa lama tiba-tiba aja Ayah bangun Aku bilang sudah sampai.
Kata Ayah kami menempuh perjalanan selama Dua jam baru sampai di rumah kakek ku,
Aku Turun dengan di gendong Ayah, " Arumi ya Tuhan " kata Ibu sambil menepuk jidat nya sendiri karena melihat Aku gelantungan kayak monyet di belakang Ayah Ku.
Aku terpaksa turun dari gendongan Ayah Ku, tau lah Ibu pasti akan nyinyir ngomel nggak berhenti, rela nggak rela Aku turun.. rasanya terlalu cepat sampai ternyata duduk di belakang itu asik kalau dulu Aku sering ngejek orang-orang yang naik di belakang.
Sekarang malah Aku ikut ngerasain, Aku duduk di teras depan rumah Kakek ku. Sepi memang nggak tau lah entah Aku betah apa nggak.
Aku duduk di teras rumah kakek ku, Aku cuma duduk liatin Ayah dan beberapa laki-laki yang lagi pada bekerja, usia mereka kayak nya nggak jauh beda dari Ayah Ku, mereka menurun kan satu persatu barang-barang yang di bawa dari rumah Ku.
Kulihat sekeliling tidak banyak yang berubah, suasana tempat Kakek ku memang sepi. Entah bagaimana sekolah Ku nanti nya, Lihat begitu banyak barang yang di bawa Aku yakin kami benar-benar pindah dan nggak akan balik lagi.
Malas sekali mikir karena akan membuat Ku semakin sedih, Aku masih duduk biar pintu sudah di buka Aku enggan masuk ke dalam. Biar lah Ibu sama Bibik juga ayah yang merapikan semuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Tanz>.<
iya lebih baik gitu aja.
2024-05-03
0
Utayiresna🌷
iya itu lebih baik dari pada terusan diratapi kesedihan itu sangat menyakitkan huhu/Cry/
2024-04-23
0
Wistari
Dewasa dalam bersikap Arumi
2024-04-20
1