#13 JUDUL: KENIKMATAN PAPA BOB. HARAP BIJAK DALAM MEMBACA.

Selesai berkemas Aku dan Harunina rebahan di atas tempat tidur Ku, kami bercerita tentang tentang mata pelajaran IPA tadi yang membahas masalah pembuahan Aku dan Harunina sama-sama geli kalau teringat paparan panjang ibu guru tadi.

tiba-tiba Ibu datang ke kamar, " wah asik bener udah selesai sayang" tanya Ibu yang muncul di depan pintu kamar menghentikan tawa ku dan Harunina.

" Udah Bu " jawab Ku, Ibu langsung masuk duduk di tepian ranjang, kebetulan Harunina juga udah dalam posisi duduk.

Kamu siapa tadi namanya " tanya ibu pada Harunina.

" Nama saya Harunina tante " jawab Harunina sedang Aku turun dari tempat tidur lalu berdiri bersandar di pinggiran meja belajarku.

" Hhmm ya. Itu yang tadi sama kamu papa nya kamu?" tanya Ibu mulai kepo soal Om Bob.

" oh... Bukan Tante itu Om saya, adik nya Papa Harunina " di jawab lagi dengan Harunina.

" Oh..yaudah tante titip Arumi ya!?" kata Ibu ku.

" Arumi sayang " Ibu bangkit menghampiri Aku yang berdiri bersandar di meja belajar.

" Iya Bu" jawab Ku. Ibu memeluk Ku dari samping rasanya begitu hangat bukan yang pertama tapi rasa ku sedikit berbeda ya mungkin karena aku akan pindah wajar lah Ibu sedih sebab Aku cuma anak satu-satunya.

" Jaga diri ya Nak belajar yang benar kamu satu-satunya harapan Ayah dan Ibu" ucap Ibu sangat lembut, entah kenapa dada Ku Langsung sesak.

Ungkapan yang benar-benar membuat hati Ku sedih karena rasanya Baru kali ini ibu berbahasa begitu lembut pada ku, Ya biasa juga tidak kasar cuma ini memang sangat berbeda ku rasakan.

Refleks Aku membalas pelukan Ibu yang semakin erat, Aku menempatkan muka ku tepat di tengah dada Ibu harum tubuh yang dulu sering ku hirup saat berada dalam pelukan nya tak terasa air mata Ku merembes keluar.

" Sudah-sudah jangan sedih, anak Ibu harus kuat ingat belajar yang bener ya Nak" ucap Ibu melerai pelukan lalu menyusut air mata di sudut mata nya.

" Ibu kok yang sedih" canda Ku sambil menatap ibu ku.

" Iya ibu yang sedih " Ibu mengakui ucapan Ku, benar-benar kali ini ibu ku sangat berbeda.

" loh belum selesai ya berkemas nya" tanya Ayah yang muncul di depan pintu.

Aku dan ibu sama-sama melihat ke Ayah, " Om tante Arumi, Harunina keluar dulu ya?" ucap Harunina bangkit dari duduk di atas tempat tidur Ku.

Ayah Ibu mengangguk aku pun juga ya mungkin Harunina sengaja keluar untuk memberi ruang Aku mengucap kan perpisahan dengan Ayah Ibu ku.

" Sini Anak Ayah" ucap Ayah merentangkan tangannya setelah Harunina berlalu.

Aku berhambur memeluk Ayah Ku pelukan hangat Ayah selalu membuat Aku tenang, tidak bisa Ku pungkiri Aku sedih kalau harus berpisah namun Aku bisa apa semua karena keadaan.

" Mas jangan begitu kasih semangat Arumi" ku dengar teguran Ibu untuk Ayah.

" Iya hahhh" jawab Ayah melepas nafas kasar Ku tau Ayah juga sama sedih kayak Aku.

Ayah memegang kedua bahu ku, " Rumi lihat Ayah nak" ucap nya, Aku terpejam karena menahan air mata agar tidak keluar.

Perlahan Ku buka mata, " belajar yang rajin ya Nak, Ayah mau Arumi mandiri Doa kan Ayah agar hidup kita seperti dulu lagi" ucap nya fiks Air mata Ku jatuh Tampa bisa ku tahan lagi.

Aku mengangguk dengan linangan air mata yang semakin deras.

" Udah Yuk kita keluar kasian tuh temen kamu nunggu sama om nya" ucap Ibu yang kurasa sengaja agar sesi berkasih sayang antara aku dan Ayah segera usai. Tapi begitu ku tatap wajah Ibu baru ku tau Ibu juga sedih dari wajah nya sangat jelas terlihat kesedihan tapi ya begitu lah ibu ku pandai menyimpan semua nya.

" Yaudah sayang kamu keluar duluan sama Ibu biar Ayah bawa tas kamu" ucap Ayah mencium puncak kepala Ku bertubi-tubi lalu menyuruh Aku dan ibu keluar duluan.

Beriringan Aku dan ibu keluar baru setelah nya Ayah ku lihat bawah matanya Ayah Ku basah pasti tadi Ayah juga menangis.

" Sudah redy Arumi?" sapa Om nya Harunina saat Aku dan Ibu menghampiri nya dan Harunina yang sedang duduk di kursi tamu ya ku sadar panggilan nya berubah.

" iya Om" jawab Ku malu-malu entah lah panggilan nya juga berbeda biasa nya panggil aku cantik tapi kali ini panggil nama ya mungkin karena di depan Ibu Om nya Harunina tidak mungkin memanggil dengan sebutan cantik bisa lain fikiran Ibu dan Ayah ku ya Aku paham dan sangat mengerti lah.

" Yaudah kita berangkat" ucap Harunina dengan muka begitu ceria.

" Ya sudah Tante titip Arumi ya Harunina, kalau bandel jewer aja" ucap Ibu dengan kelakar di ujung.

" Jangan Dong Tante masak anak cantik di jewer sayang dong " jawab Harunina.

Om nya Harunina juga bangkit dari duduk, " Ya sudah yuk kita berangkat " ucap Nya menatap Ku entah pake tatapan apa tapi yang ku tangkap tatapan itu kayak mau memakan Ku hidup-hidup ya Aku nggak sih takut cuma heran aja dengan maksud tatapan nya.

" Sini Mas biar saya saja yang bawa tas Arumi ke mobil" ucap Om nya Harunina meminta tas besar ku dari tangan Ayah Ku.

" Ya silahkan. maaf ya saudara Bob saya sudah merepotkan Anda" jawab Ayah dengan bahasa baku Aku merasa keadaan mendadak kaku saja.

" Ya tidak apa-apa Arumi juga sudah saya anggap ponakan saya" jawab Om bob entah kenapa hati ku merasa nggak suka kalau Om Bob anggep Aku ponakannya sama kayak Harunina entah lah perasaan yang muncul begitu saja.

Om Bob langsung keluar setelah menerima tas bawaan ku dari tangan Ayah, Aku kembali memeluk Ayah rasanya nggak mau pergi jauh dari Ayah, apa Aku bisa hidup tampa Ayah di sisiku sungguh Aku sangat membenci keadaan ini.

" Udah anak cantik Ayah jangan nangis seminggu sekali nanti Ayah jengukin kamu, boleh kan Harunina?" kata Ayah ku lalu tanya pada Harunina.

" Ya boleh dong om Harunina malah seneng" jawab Harunina.

" Udah udah jangan mewek kayak anak SD ingat kamu itu udah gede sayang " ucap Ibu terdengar kejam di telinga ku tapi ku tau maksud nya baik.

" Arumi pergi ya Yah!?" pamit Ku matian-matian ku tahan tangis ku agar tidak pecah kalau boleh Aku tidak mau berpisah ingin rasanya Aku teriak nangis sekencang nya sambil guling-guling untuk mengukapkan perasaan Ku.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***