#4 judul : kenikmatan papa Bob harap bijak dalam membaca

Tampa melihat Ku apa lagi bersuara, Naomi ambil tas nya di laci sebelah laci Ku lalu membawanya kebelakang, Nggak tau apa maksud nya pindah duduk.

Aku nggak bisa cegah karena masih ada Ibu wali kelas, sebenarnya Aku mau tanya kenapa Naomi pindah duduk, apa salah Ku tapi semua itu tidak Ku tanyakan karena masih ada Ibu wali kelas.

" Arumi" panggil Ibu wali kelas.

" Ya Bu" tatapan Ku lurus kedepan kelas.

" Biar Harunina duduk sama Kamu " kata nya, Aku cuma ngangguk karena memang cuma bangku sebelah ku yang kosong setelah Naomi tampa penjelasan tiba-tiba pindah.

Setelah Harunina duduk, Ibu wali kelas keluar dari kelas.

" Hay siapa nama Kamu?" tanya Harunina mengulurkan tangan, entah budek atau memang cari-cari perhatian pake nanya nama Ku, padahal tadi jelas-jelas Ibu wali kelas panggil nama Ku di depan Dia, nggak tau apa Aku sedang kesal karena Naomi tiba-tiba pindah duduk.

" Nama Ku Arumi" jawab Ku menyambut uluran tangan nya. Walau kesal Ku sambut baik sebagai murid awal Aku nggak mungkin nunjukan etika tidak baik di hadapan Anak baru.

" Cantik nama Mu secanti wajah mu" puji nya, bikin Aku eneg dengar nya.

" Ya terimakasih " jawab Ku duduk.

Jam pelajaran di mulai, Ibu sri memberi penjelasan tentang materi fisika, berukut penjelasan rumusnya.

Jujur Aku kurang suka dengan mata pelajaran fisika, rasaku bribet karena otak Ku lebih suka mikir yang simpel-simpel aja. Tapi mau gimana memang jatah Ku sebagai murid harus belajar kalau nggak ngapain orang tua Ku nyekolahin Aku.

Memang Aku nggak pinter-pinter amat nilai Ku tergolong cukup bagus walau nggak pernah dapat rangking, nyatanya Ibu juga Ayah nggak ada yang perotes kalau lihat nilai Ku, cuma selalu bilang belajar yang rajin dah itu aja ucapan mereka.

Berjalan nya waktu sudah dua hari Harunina bersekolah di sekolah Ku, hubungan Ku dengan Naomi juga baik setelah Dia ku ajak ketemuan Ayah Ku di pabrik.

Ternyata Naomi mengira kalau Aku terlahir dari keluarga sederhana, makanya berani nilai Aku jelek. Tapi yaudah lah itu karena Dia nggak tau aja Aku maklumi tidak memperbesar masalah, sebenarnya wajar juga kalau Aku marah karena tuduhan nya udah keterlaluan.

Harunina makin akrab dengan Ku dan Naomi.

Di kantin.

" Eh Arumi. Naomi kapan ya kalian main kerumah Ku" tanya nya saat kami sama-sama di kantin sedang memesan bakso Bu Siti.

" Gue sih kapan aja bisa. Tapi ini ni Anak Ayah entah kapan bisa nya " jawab Naomi terkekeh, mata Ku langsung mendelik.

Memang setelah Aku ajak Naomi ketemu Ayah hampir tiap waktu Dia manggil Aku dengan sebutan Anak Ayah.

Aku nggak bisa marah karena pas Aku dan Naomi berkunjung ke pabrik tempat Ayah Ku, Ayah langsung sambut Aku dengan ucapannya Anak Ayah lalu mencium kepala Ku di depan Naomi.

" Ya kapan ya?, " ucap Ku.

" Gimana kalau besok. Pas banget Om Ku yang dari Belanda dateng pasti bawa oleh-oleh banyak, kalian Dateng ya sekalian Aku kenalin dengan Om Ku " kata Harunina.

" Wah Asik to. Pasti enak-enak oleh-oleh yang di bawa Om kamu " jawab Naomi antusias entah seneng sama Oleh-oleh nya atau seneng ketemu sama Om nya si Harunina.

" Kamu gimana Arumi?" tanya Harunina.

" Ya Aku liat besok ya" jawab Ku.

" Anak Ayah ya harus minta ijin Ayah dong" celetuk Naomi mau aja Ku jejel bakso kemulut nya.

" Yaudah besok Gue tunggu Lo bedua atau kalau perlu Lo bedua sekalian ikut Gue pas pulang sekolah" ucap nya.

" Ok." Naomi mengacuhkan jempol dua sedang Aku cuma ngangguk aja.

Selesai mengisi perut, kami bertiga kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.

Keesokan harinya, beneran setelah pulang sekolah Aku dan Naomi pergi kerumahnya Harunina, Aku dan Naomi satu mobil nggak mungkin ikut mobil Harunina karena akan repot supir nya mengantar kami. Jadi Aku berinisiatif mengajak Pak Eko kebetulan Aku sudah ijin dari malam sama Ayah dan ibu.

Sampai di rumah Harunina, memang kelihatan sangat rame ya mungkin seperti kata Harunina, om nya datang hari ini.

Begitu Kami turun dari mobil Aku lihat seorang laki-laki dewasa, kira-kira usianya tidak beda jauh dari Ayah ku paling beda lima tahunan lah tua Ayah Ku.

" Om.." pekik Harunina langsung berlari menyongsong laki-laki itu, mereka berpelukan Aku dan Naomi saling lihat, ya mungkin itu yang di bilang Om nya.

" Naomi. Arumi sini " panggil Harunina.

Aku dan Naomi melangkah menghampiri Harunina dan Om ya, sebagai seorang pelajar Aku dan Naomi sama-sama menyalami dan menghormati nya sebagai orang yang lebih tua.

" Duh santun-santun nya kalian" kata Om nya Harunina.

" Om yang Ini Naomi " tunjuk Harunina pada Naomi dan Naomi menunduk hormat.

" Kalau yang cantik ini siapa namanya" tunjuk Om nya Harunina pada Ku. Beh jangan tanya Aku rasanya mau terbang kayak kupu-kupu karena sudah terang-terangan di puji.

" Ini namanya Arumi" jawab Harunina.

" Pantas namanya centik rupanya" ucap Om Harunina.

" Eh kalian kenalin ya ini Om Bob " laki-laki itu tersenyum sangat tampan di mata Ku, entah lah mungkin kalau Naomi tau Aku memuji senyum Om nya Harunina pasti Naomi akan langsung nyuruh Aku periksa mata.