#10 judul: kenikmatan Papa Bob. harap bijak dalam membaca.

Nggak tau kenapa dada ku rasanya nyesek tiba-tiba pengen nangis meluk Ayah sekuatnya. " Iya Yah Rumi janji " jawab Ku kemudian menyambar gelas susu sungguh perasaan Ku mendadak nggak baik habis Ayah ngomong begitu ku minum susu di gelas sampai tidak ada sisa.

Selesai sarapan Aku sama Ibu pamit pada Ayah, Ku cium lagi Ayah Ku sebelum Aku benar-benar berangkat keluar dari rumah, di luar ternyata masih sangat gelap aku maklum ya memang harus berangkat jam segini kalau nggak mau telat sampe sekolah.

" Mi.. kira-kira tempat temen kamu ada yang nerima kos nggak ya? " tanya Ibu ketika Aku sama Ibu sama-sama melangkah keluar dari perkarangan rumah Kakek.

" Rumi nggak pernah tau Bu. nanti ya Arumi tanya-tanya" jawab Ku.

" Iya Rum.. kalau ngekos nya di rumah temen Kamu Ibu merasa lebih aman, hidup kita udah nggak kayak dulu lagi " ucap Ibu ku Deg.. Ku dengar nada nya sedih banget.

" Rubah semua kebiasaan kamu, Ayah sama Ibu udah nggak punya apa-apa lagi " kata Ibu Ku lagi sebelum Aku sempat jawab ucapan nya yang awal.

" Iya Bu " jawab Ku singkat. Ya aku ngerti maksud Ibu, tapi sebagian hati ku juga menolak untuk merubah semua kebiasaan ku, ya kalian tau lah kebiasaan Ku apa tukang pamer bisa ketinggalan model Aku kalau nurutin Ibu mending Aku diam.

Mobil yang di pesan Ibu datang Aku segera naik begitu juga Ibu, kami sama-sama berangkat lumayan lama duduk dalam mobil Aku saja sampai bosan. Tidak ada bahasan apapun lagi dari Ibu saat kami duduk di dalam mobil dan itu berlangsung sampai ke tempat.

Tepat pukul tujuh Aku sama Ibu sampai di depan sekolah, setelah turun dari mobil mata Ku melihat sekitar. Ku lihat ada Om nya Harunina.

Deg... jantung Ku mulai lagi jedak jeduk nggak karuan padahal Dia cuma lihat Aku dari jauh entah apa-apaan pula jantung Ku ini.

Ya habis itu Aku berfikir mungkin Dia ngantar Harunina ponakan nya.

" Kamu masuk gih. Ibu mau ketemu teman Ibu ada urusan, cepat tanya teman mu siapa yang punya atau menerima kamu ngekos kabari Ibu secepatnya" kata Ibu berhasil mengalih kan tatapan Ku dari Om nya Harunina.

" Iya Bu nanti Arumi tanya Naomi juga ya?" jawab Ku. Ibu mengangguk lalu naik kedalam mobil yang tadi, ya mungkin udah di sewa sama Ibu.

Mobil yang membawa Ibu sudah pergi, giliran Aku yang nggak tenang. Batin Ku kalut apa mungkin Ayah Ku benar-benar udah jatuh miskin trus bagaimana Aku nanti beli barang-barang branded yang Ku suka. Sama siapa Aku minta semisal Aku kepingin beli barang-barang tersebut.

" Puk..

Aku terlonjak. tiba-tiba ada yang mukul bahu Ku, Aku langsung balik badan Deg... jantung Ku kembali lompat-lompat dada bidang tepat di depan mata Ku.

Aku refleks mendongak untuk mengetahui siapa pemilik dada bidang di depan Ku.

" Hay..cantik" sapa nya, Ya Tuhan kalian tau Aku rasanya mau pingsan langsung di tempat.

" Om " ucap Ku dengan suara gemetar bukan sih Aku takut tapi mungkin Aku nya kaget karena tiba-tiba Dia udah di belakang Ku udah kayak jailangkung datang nggak di jemput pulang nggak di antar.

" Itu tadi siapa?" tanya nya bikin Aku mau tak mau menoleh melihat kebelakang.

" Ee..yang saya maksud itu tadi yang sama Kamu" katanya lagi karena lihat Aku noleh kiri kanan.

" Ohhh..itu tadi Ibu Ku Om " jawab Ku baru ngeh siapa yang Dia tanya.

" Hhhmm cantik sama kayak kamu" ucap nya entah kenapa bikin Aku nggak suka.

" Arumiiii..." suara Naomi dan Harunina.

" Nah itu mereka masuk sana Baby jangan bandel ya " ucap Om nya Harunina entah apa maksud nya.

" Ya Om" jawab Ku biasa aja.

" Rumi. Kemana aja dua hari nggak masuk?, Om Kok belum pulang?" tanya Harunina menayai Aku dan Om nya.

" Iya tadi pas mau pulang Om lihat temen kamu yang cantik ini jadi Om samperin" jawab nya tampa sungkan di depan ponakannya dan Naomi muji Aku bikin Aku salting.

" Ya sudah kalian masuk Om pulang ya" kata nya lagi lalu mengamit tangan Ku.

" Ya dah nanti jemput ya Om" pinta Harunina manja.

" Ok sayang, cantik belajar yang rajin ya " kata Om nya Harunina ngusap kepala Ku, entah lah yang ku lihat sekarang muka Naomi yang terlihat sangat nggak enak di pandang entah jeles entah apa Aku nggak ngerti.

Om nya Harunina pergi. Kami bertiga jalan menuju kelas, namun sampai di ujung lorong Naomi meminta Harunina duluan masuk ke kelas sedang Aku di ajak bersama nya dengan alasan ada perlu.

" Ada apa sih Naomi Kamu bawa Aku kesini?" tanya Ku karena Naomi ternyata ajak Aku ke belakang sekolah.

" Lo ada hubungan apa sama Om nya Harunina?" tanya nya bikin Aku berfikir mungkin Dia cemburu Aku dapat perhatian dari Om nya Harunina.

" Kamu cemburu?" tanya Ku langsung.

" Ya elah Gue nggak cemburu, cuma Gue peringatin hati-hati Lo sama Om nya Harunina" ucap nya bikin Aku nggak ngerti emang nya harus hati-hati apa.

" Aku nggak ngerti Naomi harus hati-hati apa?" tanya Ku biar jelas.

" Hahaha...Lo tu ya?" Naomi nolak kepala Ku, "sadar nggak tatapan nya Om nya Harunina itu sama Lo gimana " Aku menggeleng, jujur kesal Naomi sudah berani main kepala Aku paling nggak suka main kepala karena kepala tempat berfikir apa lagi di fitrah setiap tahun nya.

" Lo tau kan arti pedofil" tanya Naomi. Aku kembali menggeleng memang nggak tau apa itu pedofil.

" Is...goblok bener Lo oon. Pedofil itu ya aki-aki atau kakek-kakek yang suka sama anak kecil kayak kita" kata Naomi lagi fiks bikin Aku tambah mumet.

Bel tanda masuk berbunyi, " Ihh belom selesai juga, udah Yuk kita kekelas " ucap Naomi menarik tanganku.

Kami kembali jalan bersisian, "nanti Lo cari tau apa itu pedofil " ucap Naomi saat kami sama-sama jalan menuju kelas.

" Cari tau sama siapa?" tanya Ku biar jelas jadi Aku nggak harus nyari kesana kemari.

" He..nyet plak...bego amat Lo tuh ya?, cari di Google lah kalau nggak Lo semedi cari di kuburan " ucap nya sambil nimpuk kepala Ku pake ngatain Aku monyet tapi nampak Naomi kayak nya marah ngomong nya juga terlihat sangat serius..

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***