"Orang gila mana yang melakukan ini!" gumam Lucia.
Karangan bunga yang besar itu seprti mengucapkan atas kematiannya. Lucia mendekat dan membaca tulisan yang berada pada karangan bunga itu. Masing-masing karangan bunga terlihat tulisan yang tercetak jelas menggunakan huruf kapital.
Yang pertama tertulis " MAAFKAN AKU, LUCIA!"
Kemudian setelahnya "TOLONG MAAFKAN AKU."
Sebelahnya lagi "MAAF 100000%! BESOK KAMU MASUK KANTOR, YAA?"
Yang paling ujung tertulis jelas "MAAF UNTUK UCAPAN DAN KATA KASARKU."
Dan yang beberapa lainnya sama dengan tulisan yang memiliki inti yang sama.
Lucia tercengang-cengang melihat pemandangan seperti itu. Pemandangan yang spektakuler untuknya. Sangat memukau. Untuk pertama kalinya dalam hidup Lucia ada yang meminta maaf seperti itu. Rasanya sangat mudah orang yang memiliki banyak uang dalam dompetnya. Mengirim karangan bunga yang besar sebanyak itu dalam waktu yang singkat.
Ditambah lagi dengan bunga yang digunakan semua asli. Lucia bisa membayangkan berapa harga yang harus di keluarkan Rey untuk semua itu.
Lucia terdiam tidak bisa berbuat apa-apa, serasa seluruh akal dan daya nalarnya macet dan jalan di tempat. Dia tidak habis pikir dengan ulah Rey tersebut. Dia bahkan merasa seperti dalam negeri dongeng yang sama sekali tidak realistis.
"Apa yang dia rencanakan?"
"Apa dia psikopat?"
"Bagaimana jika kebaikan malam ini akan terbalas dengan kejahatan lagi di kantor?" gumam Lucia sendiri di hadapan semua bunga tersebut.
Lucia kemudian memegang kepalanya yang tidak sakit, hanya merasa itu berat. Dia melangkah dengan cepat memasuki rumahnya kemudian merebahkan tubuhnya di atas kasur yang berukuran sedang. Dia menatap langit-langit kamarnya hingga dia terlelap tidur dalam setelan kerja yang belum sama sekali terganti oleh piayama tidurnya.
"Hari yang melelahkan."
...----------------...
Esok hari.
Erina benar-benar sangat pagi untuk bersiap, bahkan dia tidak ingin bertemu dengan karyawan yang lain sebelum masuk kantor. Dia harus sangat cepat. Dia bangun dan segera bersiap dan berlari menuju jalan. dan mungkin saja dia menemukan bus pertama itu sebuah keberuntungan untuknya dan sopir bus tersebut. Karena tidak biasanya ada bus yang melenggang di waktu pagi buta.
Tidak beberapa lama dia telah tiba di perusahaan, langkahnya sesekali sangat cepat setelah itu sangat lambat dia berjingkrak untuk menghindari security yang kemarin dia minta untuk mengusir Rey dari hadapannya.
"Kenapa Nona berjalan seperti itu, apakah anda menghindari sesuatu?"
Mata Lucia membulat sempurna, kepala yang tadinya celingak celinguk, akhirnya dia tertangkap juga. Dia berbalik dan mengarah ke sumber suara lalu tersenyum penuh arti.
"I...ibu sekretaris, ya?" tanya Security tersebut dengan suara yang gugup.
Lucia kemudian mengangguk dan masih dengan tersenyum manis.
"Eh, tunggu. Bagaimana kau mengetahui kalau aku adalah sekretaris?" tanya Lucia penasaran.
"Oh, itu... siapa yang tidak mengenal anda, ibu serang sudah menjadi selebritis di kantor. Mana ada bawahan yang mengusir pimpinannya, sepertinya itu terjadi hanya di perusahaan ini, dan andalah pemeran utamanya,"jelas Security tersebut dengan penuh semangat.
Lucia yang mendengar itu menghembuskan nafasnya berat. Dia membatin jika mungkin dia akan menjadi manusia trending topik dalam waktu sebulan ini atau bahkan seabad.
"Bu sekretaris, kenapa datangnya sangat cepat, anda...."
"Tidak. Aku tidak menghindari siapa pun. Memang seharusnya aku datang cepat," timpal Lucia cepat dan segera meningalkan tempat tersebut.
Kantor benar-benar masih sepi, yang masih berada di sana barulah beberapa. Mungkin saja mereka tidak pulang sama sekali. Harus lembur karena pekerjaan yang menumpuk.
Lucia tiba di lantai paling atas. Dia berjalan ke arah kursi dimana tertulis sekretaris diatas meja itu. Letaknya berada di luar, tepat di hadapan ruangan kerja Rey. Dia juga tidka begitu dekat dengan pekerja yang lainnya. Kursi dan meja Lucia sedikit di beri dinding kaca sebagai penyekat bahwa bagian dia berbeda edngan yang lainnya.
Lucia menyimpan tasnya dan duduk di kursi tersebut. Matanya sesekali melirik ruangan kerja Rey.
Dia kemudian bergelidik "Apakah kemarin semua orang yang berdiri di posisi ini benar-benar bisa mendengar dan melihatnya dengan jelas amukanku? Argghhhhh!" batin Lucia dengan frustasi.
Dia bahkan mengggeleng-gelengkan kepalanya untuk menghapus memori tentang kemarahannya yang terjadi kemarin. Dia ingin memulai harinya dengan baik saa itu.
Waktu menunjukan pukul tujuh lebih, satu persatu para karawan bermunculan. Dan lagi, setiap yang datang mereka akan melirik ke arah Lucia dan segera mempercepat langkah mereka.
Entah apa yang mereka pikirkan.
Pukul 08.00 tepat. Rey telah tiba di perusahaan,seperti biasa, dia akan disambut disetiap sudutnya sampai dia tiba di lantai lima puluh. Entah mengapa jantung Rey berdebar-debar dalam perjalanan menuju ruangan kerjanya. Sebagian alasan karena dia akan melewati meja Lucia, dan sebagiannya lagi karena langkahnya semakin dekat,sorot mata Lucia sudah terlihat jelas mengarah kepadanya edngan penuh perhatian.
Rey kemudian perlahan memperlambat langkahnya untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk seperti barang-barang yang melayang atau jeritan jeritan yang penuh dengan kemarahan seperti kemarin. Tapi aneh,justru itu terjadi sebaliknya.
Dahi Rey mengerut saat melihat Lucia berdiri dari tempatnya dengan sikap yang penuh hormat menyambut Rey.
"Selamat pagi Tuan," ucap Lucia datar dan beribawa yang berpadu, seorang yang profesionalisme.
"Pagi," balas Rey.
Rey sibuk dengan pikirannya sendiri, entah dia salah dengar saat itu, entah dia mengangap Lucia sedang berakting untuk membalasnya, atau entah karena bunga-bunga itu!
"Saya ingin menghadap!" ucap Lucia dengan suara yang pelan, datar dan penuh hati-hati.
Rey terdiam sebentar dan mempersiapkan diri menghirup udara yang banyak untuk mengisi paru-parunya. Karena kata ruangan di kepalanya sangat mengerikan. Bagaimana saat memasuki ruangan Lucia kembali mengamuk dan kali ini lebih parah dari yang kemarin. Mengamuk part 2.
"Saya ingin menghadap, Tuan!" ucap Lucia kembali.
Rey yang tersadar dengan ucapan Lucia akhirnya mengangguk dengan cepat.
"Tentu saja boleh, silahkan!" timpal Rey.
Rey kemudian berjalan memasuki ruangannya sedangkan Lucia berjalan mengikuti langkah Rey di belakangnya. Dan saat itu langkah mereka berdua juga diikui oleh pandangan semua orang yang berada dalam lantai lima puluh tersebut, bahkan da dari mereka yang ingin mendengar jelas percakapan pimpinan dan sekretarisnya itu, harus mondar mandir dan mengambil sesuatu yang tidak di butuhkan sama sekali, dekat dari keduanya.
"Apa yang kau dengar? Apa yang mereka perbincangkan?" bisik salah satunya.
Sebelum jawaban itu keluar dari mulut karywan yang menguping, semua orang berjalan dan berkumpul di meja tersebut.
"Aku tidak mendengar jelas, tapi kalian sepertinya akan medengar keributan yang baru lagi," jelasnya.
"Ah, benarkah? Bukankah mereka terlihat sedikit lebih ramah dan sudah saling menyapa?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Datu Zahra
dah stop baca, maaf ya Thor. kecewa sama karakter Rey, perusahaan sebesar apapun punya cara masing² buat uji karyawan, dan enggak pantes Lucia bertingkah begitu.
2024-05-11
3