"Kau pikir begitu cara kerja di sini? Iya? Begitu!? Kau pikir di sini bisa datang dan pergi kapan saja asalkan pekerjaannya sudah selesai semacam di kantor-kantor koran, majalah atau tabloid gosip murahan?!" jelas Rey.
Dia kembali berceloteh dengan menatap wajah Lucia yang sesegukan. Dia menegaskan jika semua aturan di tempat kerja memang berbeda tapi tidak bisa di samakan dengan perusahaan miliknya.
"Apakah seperti itu sistem di kantor-kantor lama kau bekerja sebelumnya!?"
Rey kemudian mendekati Lucia dan berbisik kepadanya, jika cara kerja perusahaan Alfred Corporation bekerja seperti itu, Rocco Alfred ayahnya tidak bisa membangun kerajaan bisnisnya dengan cara-cara bodoh dan amatiran seperti aturan kantor lain.
"Jika kau tidak bisa menghilangkan sifat amatiranmu itu, ya terserah. Itu pilihanmu dan itu membuktikan, tempatmu memang bukan disini!" ucap Rey.
Rey masih belum puas, tangisan Lucia masih belum membuatnya lega. Dia masih merasa belum berhasil mengerjainya. Rey kemudian menambahkan jika sudah menjadi kodrat Lucia tidak bisa kemana-mana lagi selain menjadi manusia rendahan seperti ini.
"Barangkali tulangmu memang tidak cukup kuat untuk mendaki tempat yang tinggi dan terhormat seperti kantor kami! Ya sudah, kembalilah ke tempatmu menjadi sampah. Sana pergi! Apa lagi yang kamu tunggu?!" ucap Rey kasar.
Kali ini Lucia benar-benar menangis, tidak sesegukan dan disembunyi lagi, tapi memang benar dia menangis dengan air mata yang berderai dengan suara yang sangat jelas, hidungnya memerah dan matanya sangat sembab. Mati-matian Lucia menahan diri, menahan agar tidak menangis sungguhan di hadapan Rey tapi itu percuma. Dia tidak berhasil melakukannya.
Apa lagi Rey sangat gencar mondar-mandir di belakang punggungnya dengan kepanasan, hawa panas yang semakin membara. Ucapannya sangat menyakiti hati.
"Pasti di luar tadi kau berpikir jika aku akan memberimu sanksi setelah keterlambatan di hari pertama, kedua dan ketiga kan?"
Rey menjelaskan berulang kali jika perusahaan miliknya tidak akan berjalan dan berdiri kokoh seperti saat ini hanya dengan aturan seperti itu.
"Kami menerapkan disiplin mutlak yang sangat ketat! Kesalahan pertama juga termasuk dalam kesalahan terakhir karena kami menginginkan kesempurnaan," jelas Rey.
Rey meminta Lucia menanyai semua karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut jika dia menginginkan bukti. Setiap harinya akan ada pergantian karyawan bahkan jika dia termasuk pernah mendapat prestasi profesional. Jika dia melanggar aturan, dia akan segera di keluarkan saat itu juga.
"Manusia bisa berganti dan berubah tapi tidak dengan perusahaan kami. Dia harus tetap berdiri kokoh dan berjalan terus."
Rey semakin gencar mengeluarkan kata-katanya, Lucia sudah semakin sesegukan dengan air mata yang hampir membuat ruangan tersebut banjir. Rey menjelaskan jika semua karyawannya tidak ada yang di manjakan, hingga para karyawannya bisa berpikir dia kapabel tidak tergantikan.
"Di perusahaan ini kau tidak akan pernah merasa aman hanya karena disini kamu bisa menjadi sekretarisku. Atau asisten direktur. Seandainya pun kau harus pergi, kami akan kehilangan kamu. Masih akan ada ratusan yang ingin menjadi berada di posisimu, tanpa perbedaan kinerja sedikitpun. Itu fakta!" jelas Rey.
Rey mengangkat wajahnya dengan sangat puas. Dia memutar dengan sikap yang angkuh dan kembali melangkah duduk di kursi kebesarannya. Dan sebelum Lucia membuka mulut untuk menjelaskan sesuatu, Rey telah mengangkat tangan kirinya menuding lurus ke arah pintu.
"Sekarang keluar dari sini, kehadiranmu sama sekali tidak dibutuhkan di sini. Kenapa? Karena kau sendiri yang membuatnya demikian! Kau bukan satu-satunya di Planet Bumi yang bisa jadi sekretaris!"
Rey menjelaskan kembali jika semudah membalikkan telapak tangan dia bisa mencari seratus sekretaris hanya dalam waktu setengah jam ke depan!
"Cepat keluar, sebelum ku panggilkan satpam untuk menyeretmu keluar dari ruangan ini!"
Masih dengan tangan yang menggigil dan wajah yang memucat. Lucia menyeka air matanya yang sudah meleleh habis di pipinya.
"Setidaknya berikan saya kesempatan untuk menjelaskan Tuan," ucap Lucia dengan meminta penuh perasaan dan emosi.
"Saya tidak butuh dalih manusia amatiran sepertimu, cepat keluar!" ucap Rey dengan tatapan tajam.
"Keluar dari ruangan ini, keluar dari kantor ini, dan keluar sepenuhnya dari gedung ini! Terserah kau mau ke mana sampai nanti sore! Mau jalan ke mall kek, mau baca buku di perpustakaan kek, nonton bioskop kek, atau mau berkhayal soal hari gajian, aku tidak mau tahu, kau harus keluar dari sini!" ucap Rey dengan nada yang tajam.
Lucia menggenggam erat jemarinya, dia menyadari jika apapun yang dilakukannya saat itu, entah penjelasan tentang kebaikan pun semuanya percuma. Semuanya telah hancur dan tidak akan bisa dibangun kembali. Lucia kemudian menemukan sisa-sisa keberaniannya, dia menatap tajam ke arah Rey dengan pandangan yang begitu bengis dengan wajah yang memerah.
"Semuanya sudah hancur, aku tidak akan menjelaskan apapun. Dia benar-benar merendahkanku tanpa berpikir. Karena sudah terlanjur mari kita bermain," batin Lucia dengan emosi level ubun-ubun.
Dia tarik ujung bajunya hingga tangannya terlihat jelas sedang mengepal. Dia menatap Rey seolah-olah dia adalah lawan dalam tokoh persilatan dari golongan hitam yang telah membantai seluruh anggota keluarga Lucia dua puluh tahun yang lalu.
Dia menatap Rey dengan penuh dendam dan kebencian.
"Dasar pria sialan! kau pikir aku butuh pekerjaan dengan manusia sepert dirimu? Manusia dengan setengah iblis!" ucap Lucia dengan mendesis dan menyeringai dengan kemarahan yang sempurna.
Dia berdiri dari tempatnya dan mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan Rey dengan tangan yang menumpu di atas meja. Lucia kemudian berteriak dengan sangat keras
"Dasar lelaki sialan, bangsat, iblis, setan!".
Semua umpatan keluar dari mulut Lucia begitu saja dengan rasa kesal yang sudah memuncak.
Rey terdiam untuk sesaat, dia bisa merasakan aroma mint yang sejuk dan menakjubkan dari mulut yang meneriakkan semua umpatan itu, dengan penekanan dan intonasi tanpa cacat sama sekali! Dia ternyata sangat mahir dalam mengumpat.
Rey memperhatikan gerak gerik Lucia, dia dengan emosi berjalan ke arah pintu dengan kesetanan, matanya menajam dan memerah. Sedemikian parahnya amarah Lucia sampai hanya membuka sebuah pintu pekerjaan yang sepele, dia harus menendangkan dua kali, mendorongnya, menariknya tapi pintu tersebut tidak bisa terbuka.
"Tunggu dulu!" Ucap Rey yang berdiri dari tempatnya.
Lucia menghenikan aksinya dengan cepat dia berbalik dan berjalan ke arah Rey, langkahnya terhenti tidak jauh dari Rey masih dengan wajah yang sangat kesal.
"Apa lagi?! Kau masih belum puas menunjukan di mana kasta dan derajatku seharusnya berada?!" ucap Lucia dengan menyergah keras.
"Masih mau mengumumkan ke seluruh dunia kalau aku dan semua karyawan di sini bisa makan hanya dari belas kasihanmu?" teriak Lucia dengan penuh emosi.
Rey masih terdiam, dia melangkah mendekati Lucia kemudian tersenyum penuh arti. Wajahnya berubah menjadi sangat ramah, dia merapikan dasi dan juga kemejanya terlebih dulu, setelah itu menggunakan setelan jasnya kembali. Entah dari mana style bollywood itu dia pelajari.
Rey membuka lebar kedua tangannya seperti hendak memeluk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments