Rey kemudian terdiam sesaat, setelah memberitahu Carlo kalau pagi tadi dia mengalami kejadian yang lucu tapi tidak lucu juga. Carlo mendengar itu dahinya berkerut, dia tidak mengerti apa yang Rey katakan.
"Lucu tidak lucu bagaimana? Aku tidak mengerti," ucap Carlo.
Pertama, Rey menjelaskan tentang pengalamannya untuk pertama kali menggunakan transportasi bus di negara itu setelah tujuh tahun menetap, walau sebagian waktu itu harus bolak balik Inggris, Itali dan bahkan sesekali ke Indonesia, tapi dia menghitungnya secara keseluruhan.
"Kau naik bus dengan setelan seperti ini?" tanya Carlo dengan menatap Rey aneh.
Rey mendengar itu kemudian mengangguk, membuat Carlo tertawa sangat keras.
"Semua orang menatap ke arahku saat pertama kali memasuki bus itu," jelas Rey.
"Ya tentu saja HA HA HA."
Carlo menjelaskan bahwa Rey memang selalu tampil formal ketika keluar rumah, casual pun sangat jarang karena sebagian waktunya hanya di gunakan untuk bekerja, Carlo memberinya saran sesekali menggunakan setelan casual ke kantor, untuk menghindari kejadian yang baru saja di alaminya.
Carlo menanyakan tentang mobil yang di gunakannya. Kemungkinan di dunia ini hanya dia seorang konglomerat yang masih menggunakan mobil antik itu, bahkan jika mobil antik papa nya di rawat begitu intens, mobil itu akan tetap mengalami masalah dengan mesinnya yang sudah sangat tua.
Mobil itu tidak hanya mobil kesayangan tuan Rocco yang dia jaga, bahkan usia mobil tuan Rocco itu jauh lebih tua dibanding tuan Rocco sendiri, karena mobil itu warisan dari tuan Alfred.
Rey menjelaskan jika saat itu taksi pun tidak terlihat berlalu lalang di lokasi jalan, dan asistennya tidak bisa berkendara dengan cepat. Dia sangat tahu itu karena dia sudah begitu tua.
Satu-satunya asisten yang tidak bisa tuan Rocco ganti di usianya sudah paruh baya, karena kebaikannya dan juga kesetiannya selama ini. Dia belum pernah melakukan kesalahan atas nama perusahaan, karena itu tuan Rocco masih mempekerjakannya di kantor sebagai salah satu asisten Rey, generasi ketiga keluarga Alfred.
"Maksimo mungkin profesional dalam meneliti file tapi dia bukan supir yang handal, bahkan dia sendiri terkadang meminta bantuan supir bayaran jika harus pulang terlambat karena menyelesaikan pekerjaannya," jelas Rey.
Carlo setuju dengan pendapat itu, yang jadi pertanyaan bukankah Rey memiliki apartemen yang tidak berada jauh dari perusahaan? Kenapa dia harus berangkat dari rumah tuan Rocco.
"Aku rindu pasta buatan mama, jadi aku berada di rumah sementara waktu. Apartemen hanya untuk tempat istirahat," jelas Rey.
"Kau sendiri semalam tidur dimana? Aku tidak melihat mu sama sekali berada di rumah," tanya Rey.
"He he he seperti biasa, aku ...."
"Aku mengerti," timpal Rey dengan menggelengkan kepalanya.
Rey kembali menjelaskan jika ada yang lebih aneh lagi dari pada semua itu, dia tidak bisa membayar ongkos bus yang hanya 5 Euro.
"Hah? Kok bisa?" tanya Carlo penasaran.
Rey menjelaskan jika dompet dan ponselnya ketinggalan di mobil dan uang satu-satunya yang dia ingat berada dalam tas, selembar 500 Euro, dan supir busnya tidak ingin menerima uang yang terlalu banyak menurutnya.
"Lalu, bagaimana bisa kau sampai di perusahaan?" tanya Carlo penasaran.
"Ada wanita baik hati yang menolongku, sebelum dia keluar dari bus dia membayar semuanya. Dia sangat dermawan, dia tanpa menoleh membantuku begitu saja," jelas Rey.
"Cantik tidak?" tanya Carlo.
Rey mengangguk, dia mengumpamakan dewi yang turun dari langit. Dewi Afrodite, dewi kecantikan kepercayaan Yunani. Rey bahkan terdiam membayangkan wajah wanita itu, semuanya pas di matanya, dia salah satu wanita yang masuk dalam tipe Rey.
"Kau sempat berkenalan?" tanya Carlo kembali.
"Tidak sempat. Begitu setelah bayar, dia langsung pergi," jelas Rey.
Carlo menepuk jidatnya mendengar penjelasan Rey. Sangat di sayangkan, dia menyia-nyiakan kesempatan itu. Carlo kemudian terlihat kesal dengan sepupunya itu, kemudian menghujatnya.
"Bukannya tidak mau, aku tidak memiliki pikiran seperti itu, aku terpukau dengannya. Aku ingin bergerak, busnya pun jalan, ingin mengejarnya terasa sangat mustahil untuk mengikuti langkahnya. Tapi aku melihatnya berjalan ke arah perusahaan ini," ucap Rey dengan berpikir.
"Ah, sudahlah. Aku tidak ingin mendengarnya lagi,"timpal Carlo kesal.
Rey melihat itu terkekeh kepada Carlo, sepertinya dia lebih penasaran dan lebih bersemangat dibanding dirinya.
Carlo kemudian menjelaskan jika Rey sangat jarang memuji seorang wanita, dia sangat yakin dengan penilaian Rey, dia tidak pernah gagal menilai seorang wanita. Jika itu cantik, pasti seperti itulah adanya. Atau mungkin mereka berdua memiliki selera yang sama.
"Lantas kau turun dimana?" tanya Carlo.
"Aku turun di dekat lapangan Menara Alfred, bukan di depan pintu gerbang sana," timpal Rey.
"Ya ... Payah!"
Dengan wajah yang tidak bersemangat, Rey pun menyesali hal itu. Rey menjelaskan jika dia pun merasa kesal dengan dirinya sendiri, dia berharap bisa bertemu lagi dengannya dan bisa berbincang lama dengannya atau setidaknya dia bisa mengembalikan uang wanita itu atau memberinya sesuatu sebagai ucapan terimakasih karena telah menolongnya.
Tiba-tiba terdengar suara ponsel dan itu milik Carlo. Dia meraih ponselnya di saku dan melihat pesan teks yang tersaji di layar ponselnya, dengan wajah yang sedikit panik dia meninggalkan Rey dengan terburu-buru.
"Aku pergi sebentar, ada janji. Kabari aku kalau sekretarisnya sudah datang apa lagi kalau dia cantik, okey?" ucap Carlo.
Rey hanya mengangguk malas, menurutnya semua yang dia pilih itu pasti cantik, diantara lima kandidat dia memilih satu nama karena menurutnya nama wanita itu gambaran pemiliknya.
Lucia Eve, kecantikan cahaya. Tanpa melihat wajah, foto dalam CV, dia memilihnya begitu saja. Carlo yang mendengar itu hanya tertawa kemudian meninggalkan ruangan begitu saja.
Ruangan kerja Rey kembali sepi. Dia kemudian menyerumput kopinya dan memeriksa beberapa laporan yang sudah menumpuk di atas mejanya. Dia kemudian menyalakan laptopnya dan mengecek semua laporan. Tiba-tiba dering telpon di meja kerjanya berbunyi. Dia mengangkatnya.
"Hola?"
"Maaf tuan Rey, sekretaris tuan sudah datang," yang memberi informasi tersebut adalah Delova, petugas front office di kantornya, khusus lantai lima puluh.
"Ada di mana dia sekarang?" tanya Rey.
"Di meja depan Tuan," timpal Delova kembali.
"Langsung suruh dia menghadap ke ruanganku sekarang, aku ingin menemuinya, ingat. Sekarang juga!" ucap Rey dengan nada yang kesal.
"Baik, Tuan," timpal Delova.
Rey meletakkan telpon tersebut kemudian tersenyum, ruangan yang sepi itu akan mulai bernyawa dengan aksi yang akan Rey lakukan. Menguji mental sekretaris baru. Entah apa yang menyinggahi otak brillian Rey, dia menemukan ide itu.
Mungkin saja sekretaris baru itu akan menjadi pelampiasan kekesalannya kepada Carlo atau wanita yang membuatnya gagal untuk sekedar berkenalan pada bus tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments