"Dia sudah berhenti menangis dan tidak mengamuk lagi," jelas Carlo.
"Lantas, di mana dia sekarang?" tanya Rey penasaran.
"Ke kantin mungkin, makan siang," timpal Carlo santai.
"Sendirian apa sama dengan Delova atau ..."
Ucapan Rey terpotong dengan dengusan Carlo yang menurutnya Rey terlalu cerewet hari itu. Dia kembali menjelaskan jika Lucia sepertinya ingin menyepi. Tadi Delova makan bersama yang lainnya jadi kemungkinan Lucia saat ini makan sendiri juga.
"Memangnya kau kemana saja tadi? Kau tiba-tiba menghilang," tanya Carlo.
"Aku ke gedung sebelah," timpal Rey.
Gedung sebelah adalah gedung yang sedikit terpisah dengan perusahaan utama gedung Alfred Corporation. Hanya ada sebuah jembatan kaca yang menghubungkan jalannya antara kedua gedung tersebut. Bentuknya lebih mirip menara Twin yang menjadi ikon Negeri Jiran.
Hanya Rey yang bisa memasuki gedung tersebut, bahkan Carlo sekalipun harus memiliki kepentingan yang sangat mendesak dan mengharuskan dia bertemu dengan salah satu petinggi perusahaan dan para pemilik saham, barulah dia bisa ke gedung tersebut. Jika itu Rey, dia bebas saja.
Gedung tersebut di pakai oleh seluruh anggota dewan komisaris tertinggi perusahaan termasuk Rocco Alfred berada. Di gedung utama, Alfred Corporation sendiri tempat Rey dan para karyawan mengendalikan seluruh perusahaan yang berinduk di gedung sebelah.
Perusahaan yang di pimpin oleh Rey ada banyak, diantarnya jaringan internet, stasiun TV, developer video game, dan banyak lagi yang berada di bawah naungannya dan dalam bangunan yang memiliki lantai lima puluh itu. Sedangkan para pimpinan bagian terpisah dan Rey adalah pemimpin tertinggi di perusahaan itu. Gedung sebelah adalah inti dari semua perusahaan, karena mereka adalah para komisaris dan penanam saham.
Semuanya bisa di umpamakan mesin pencetak uang, sedangkan gedung sebelah adalah yang merencanakan segalanya.
"Yuk!" ucap Rey.
Mendengar itu, sepersekian detik Carlo terdiam dengan wajah yang heran.
"Yuk? Ke mana?" tanya Carlo.
"Makan siang,"timpal Rey.
"Aku sudah tadi. Sana kau makan sendiri!" ucap Carlo menolak.
Dalam pikiran Carlo bisa saja Rey ingin mencari masalah lagi dengan serigala betina yang berada di kantin kantor. Lebih baik dia menghindar saja untuk sementara, dia tidak ingin mendapatkan masalah di perusahaan tersebut. Jika lehernya ingin masih utuh dengan tubuhnya. Karena jika ayahnya tahu, ia bisa saja memenggal kepala Carlo.
Sudah banyak selama ini kesempatan yang di berikan keluarga Alfred kepada Carlo agar dia bisa bekerja dengan baik, tidak hanya bermain dan menghamburkan uang. Dengan sekali hukuman, bukan hanya ayahnya yang menindaki perilaku Carlo, tapi juga pamannya Rocco Alfred yang selama ini tidak pernah ikut campur urusan ayahnya, tapi karena Carlo sudah melebihi batas, dia turun tangan.
Tadinya, Rocco bahkan tidak segan-segan mengancam Carlo untuk menghilangkannya dalam keluarga Alfred jika itu perlu. Di negara Italia, itu sudah lazim dalam menghilangkan nyawa seseorang. Termasuk keluarganya sendiri, itu masih bisa di terima dalam undang-undang. Apa lagi kedua orang tua Carlo setuju dengan hal itu.
Rey kemudian melangkah meninggalkan Carlo dengan menggerutu panjang dan pendeknya karena Carlo memiliki banyak alasan untuk menolak ajakannya. Terpaksa dia berjalan sendirian ke kantin yang terletak di ujung bangunan tersebut.
"Ya sudah, aku bisa makan sendiri," gumam Rey.
Sebagai pucuk pimpinan di Alfred Corporation, dia bisa saja tetap duduk manis di ruangan kantornya, karena makan siang akan langsung di antarkan ke dalam ruangannya oleh pelayan kantin dengan menu khusus untuk pimpinan tapi Rey lebih suka berbaur dengan beberapa karyawan senior dan berpengalaman di perusahaannya itu.
Untuk Rey, apapun makanannya lebih enak di santap bersama di banding makan sendiri, itulah kebiasaan baru Rey selama tujuh tahun bersama dengan keluarga barunya, dia tidak bisa makan sendiri, rasanya akan berbeda. Dulu, semuanya sama, makan sendiri atau bersama tidak ada bedanya bagi Rey.
Makan siang di kantin hanya bisa tidak terlaksana jika rapat sedang berlangsung lama dan Rey tidak memiliki kesempatan untuk itu. Atau ada janji pertemuan bisnis di restoran mewah di luar kantor.
Kantinnya sendiri memiliki sebuah ruangan yang luasnya persis sama dengan supermarket besar. Meja-meja kayu dan kursi empat ditata rapi dan simetris. Dua buah bagian dindingnya di penuhi dengan jendela besar menggunakan kaca. Tempat semua orang bisa memandang jelas pusat kota di bawah sana. Dua dinding sisanya, yang berbatasan dengan kantor di beri belasan gambar menu makanan yang enak di pampang besar agar bisa menambah selera makan.
Menu standar harian nya pun semuanya sama untuk karyawan. Tidak ada yang di beda-bedakan. Biasanya akan ada pasta itu pasti, makanan wajib. Daging ayam atau sapi, kuah serta orange jus dan secangkir kopi yang wajib di serumput setelah menu makan siang wajib.
Jika ingin mengganti lauk pauknya, baru lah bisa di kenai dengan pembayaran dari pihak kantin.
Terdorong dengan rasa penasaran dengan Lucia, Rey juga sudah merasa lapar. Dia akhirnya mempercepat langkahnya menuju kantin dan langsung menuju ke meja prasmanan seperti biasa. Setelah semuanya terisi, Rey berbalik dan akhirnya dia melihat ada bayangan Lucia dari kejauhan bahwa dia sedang makan siang sendirian.
Tujuan makan sedari tadi menjadi sebagai tujuan, kini kembali berubah ke rencana semula. Yaitu menemui Lucia dan berbincang dengannya. Rey kemudian tersenyum dan melangkah santai ke arah meja Lucia. Dia duduk di hadapan Lucia dan mencoba bersikap ramah sebisa mungkin.
"Hai!" ucap Rey.
Lucia tidak menggubrisnya, dia cuma melirik sepintas dengan sinis ke arah Rey. Raut wajah Lucia masih tanpa ekspresi, kemudian dia melanjutkan kesibukannya menyerumput pasta yang berada di hadapannya yang masih panas. Ada asap tipis yang mengepul di atas pasta Lucia, menyebarkan aroma maut menusuk hidung orang yang sedang lapar.
"Lucia, aku ...."
"Pergi kau dari sini!" ucap Lucia dengan suara yang rendah namun tegas.
"Lucia, aku tahu, aku salah ...."
"Makanya pergi!"
"Aku ingin minta ma ...."
Lucia dengan nafas yang berat dan wajah yang sinis memasang seringai senyum macannya kembali.
"Perlu aku panggil security?" tanya Lucia.
"Security? Tapi kan ...."
"Security!!!" Lucia benar-benar berteriak, mengagetkan semua orang.
Mereka berdua kembali menjadi pusat perhatian. Semua orang akan terpusat kepada pimpinan dan sekretaris yang statusnya belum jelas itu. Belum selesai isu yang beredar bagaimana kejadian di lantai lima puluh, kini mulai dengan isu baru lagi.
"SECURITY!!!" teriak Lucia.
Dua orang petugas keamanan tiba-tiba berlari mendekati Lucia saat itu dengan nafas yang terengah-engah.
"Ya? Ada apa, Bu?" tanya Security tersebut dengan bersamaan.
Telunjuk Lucia tiba-tiba mengarah lurus ke depan.
"Bawa orang ini keluar!" teriak Lucia.
Kedua security itu menoleh secara bergantian ke arah Lucia dan Rey dengan raut wajah yang bingung dan kacau balau.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
🏠⃟ᵐᵒᵐરuyzz🤎𝐀⃝🥀ˢ⍣⃟ₛ🍁🥑⃟❣️
twin tower
2024-07-12
0