Bab 19 - Ditemani Malik

Ibram hari ini akan berangkat ke luar kota, ia meminta Malik untuk menemani Arumi selama dia tak berada di rumah. Kebetulan Malik masuk kerja pukul 10 pagi, jadi dirinyalah yang mengantarkan serta menemani Arumi berbelanja.

"Apa setiap hari Mba pergi jalan kaki kalau ke pasar?" tanya Malik yang sedang mengendarai motor karena ia tahu jika sang kakak tak pandai membawa kendaraan beroda dua itu.

"Mas Ibram selalu mengantarkan Mba sebelum berangkat kerja, lalu pulang naik ojek atau becak," jawab Arumi.

"Oh."

"Kamu takutnya kalau Mas Ibram tidak memperlakukan Mba dengan baik?" tebak Arumi.

"Iya, Mba."

"Walaupun kami menikah karena dijodohkan, Mas Ibram bertanggung jawab atas tugasnya sebagai seorang suami," ujar Arumi.

"Aku senang jika rumah tangga kalian bahagia," ucap Malik.

"Mba berharap jika kamu menikah kelak selalu diberikan kebahagiaan," harapan Arumi.

"Aamiin.."

Satu jam sudah Arumi dan Malik berkeliling pasar. Keduanya pun pulang, tak lupa Arumi membelikan es dawet kesukaannya.

Diparkiran pasar, Arumi kembali bertemu Robi. Pria itu melemparkan senyuman kepadanya dan menghampirinya bersama seorang wanita paruh baya.

"Assalamualaikum, Arumi!" sapa Robi.

"Waalaikumussalam," ucap Arumi tanpa senyuman.

"Dia siapa, Rob?" tanya Mama Robi.

"Dia istrinya Ibram, Ma." Jawab Robi.

"Ya Allah, cantik sekali!" puji Mama Robi memandang wajah Arumi yang tersenyum singkat.

"Memang cantik, Ma. Ibram sangat beruntung mendapatkannya," kata Robi menatap genit Arumi yang menundukkan pandangannya itu tak luput dari perhatiannya Malik.

"Lalu dia siapa?" tanya Mama Robi mengarahkan pandangannya kepada Malik.

"Dia adik kandung saya, Bibi." Jawab Arumi memperkenalkan Malik.

"Oh," ucap Mama Robi. "Sangat tampan juga, coba Robi ada adik perempuan pasti sudah Bibi jodohkan dengan dia," Mama Robi tersenyum senang menatap Malik.

Arumi dan Malik hanya memberikan senyuman tipis.

"Ya sudah, kami mau belanja dulu," kata Mama Robi. "Ayo!" menarik tangan putranya dan berlalu. Namun, arah matanya Robi tetap tertuju kepada Arumi yang menurutnya sangat tidak membosankan.

"Mereka siapa, Mba?" tanya Malik perlahan menarik motornya keluar dari batas parkir.

"Robi temannya Mas Ibram," jawab Arumi.

"Oh," ucap Malik singkat. "Tapi, temannya itu tak sopan, Mba," lanjutnya.

"Maksudnya?" tanya Arumi.

"Dia sudah tahu kalau Mba adalah istrinya Mas Ibram tapi genitnya begitu. Apa dia tak mampu menjaga perasaan temannya sendiri," kesal Malik melihat sikap Robi.

"Entahlah, Mba pun juga tidak mengerti. Semoga saja dia menemukan wanita yang tepat biar tak mengusik kehidupan rumah tangga kami," harap Arumi.

"Semoga saja, Mba."

-

Mereka sampai di rumah, Arumi pergi ke dapur memindahkan barang belanjaannya ke tempat masing-masing. Sedangkan Malik menikmati es dawet sebelum berangkat kerja.

Tepat pukul 9 lewat 15 menit, Malik berangkat kerja. Jarak tempuh dari rumah iparnya ke toko memang sangat jauh. Tapi, semua hanya sementara sambil menunggu tempat kos yang nyaman.

Malik bekerja di toko elektronik, dia cukup lama mencari bekerja di tempat itu setidaknya ada 3 tahun sambil kuliah. Sibuk membersihkan beberapa barang, terdengar suara riuh dari arah parkiran. Beberapa orang berkerumun meminta foto salah satu wanita.

Malik menajamkan penglihatannya, ia merasa tak asing dengan sosok di depannya itu. "Bukankah dia Nadira?"

Nadira masuk ke toko didampingi 2 orang pria dan wanita. Satpam toko dan penjaga parkir menghalangi beberapa orang yang hendak mengejar Nadira.

"Aku sudah bilang, mending kamu tidak usah ikut. Jadi, begini 'kan?" omel wanita di sebelah Nadira.

"Aku bosan di rumah apalagi ada Marcell," kata Nadira yang tatapan matanya kini tertuju kepada Malik.

"Mereka jadi mengejar kamu dan sangat menyusahkan," ucap wanita itu lagi.

"Kalian pilih barangnya, aku mau ke sana!" tunjuk Nadira ke arah Malik yang sudah berbalik badan.

"Ya, terserah kamu saja!" kesal wanita itu.

Nadira menghampiri Malik yang menghindari dirinya. "Hai, apa kabar?"

Malik membalikkan badannya, "Alhamdulillah, baik."

"Aku tidak menyangka kita bertemu di sini," kata Nadira tersenyum ramah.

Malik hanya tersenyum tipis.

"Sudah lama bekerja di sini?" tanya Nadira.

"Sudah. Tapi, sebelumnya bukan di sini. Ini baru buka beberapa hari," jawab Malik.

"Oh, begitu."

"Mba cari apa? Biar saya bantu," Malik menawarkan diri.

"Sebenarnya bukan aku yang ingin beli tapi mereka!" Nadira menunjukkan ke arah kedua asistennya.

"Oh, tapi kenapa mereka tadi mengejar Mba? Apa sebenarnya Mba seorang artis?" tanya Malik penasaran.

Nadira tersenyum, lalu menjawab, "Aku bukan artis tapi seorang model."

Malik tak menyangka jika Nadira adalah seorang model.

"Lain waktu kita bicara lagi, sampai jumpa!" Nadira mengakhiri percakapannya dengan Malik. Ia lalu menghampiri kedua orang asistennya.

"Cantik tapi----" ucapan Malik terjeda. "Ah, sudahlah. Semoga hidayah segera didapatkannya," tambahnya.

Dua orang asisten Nadira sedari tadi penasaran kepada sosok pria yang mengobrol dengan Nadira.

"Dia itu siapa?" tanya wanita sebagai manajer Nadira.

"Orang yang membantuku ketika mobil mogok kemarin," jawab Nadira.

"Kalian sepertinya sangat akrab?" terka pria yang berprofesi sebagai sopir sekaligus asistennya Nadira.

"Hanya kebetulan saja. Sepertinya dia pria sholeh, dia menjaga jarak berbicara denganku," ucap Nadira.

"Pasti dia akan mencari pasangan hidup yang alim dan berkerudung," sahut manajernya Nadira menyindir sang model.

"Aku juga bukan tipe istrinya," ceplos Nadira tersenyum.

***

Ibram pulang setelah 2 malam meninggalkan istrinya. Ia begitu merindukan wanita itu, sampai tak hentinya mengecup seluruh wajah.

"Mas, kamu kenapa, 'sih?" tanya Arumi ketika mereka berada di dalam kamar.

"Aku rindu dengan istriku ini," jawab Ibram.

"Rindu dengan ocehan aku setiap hari, ya?" singgung Arumi.

"Memangnya istriku ini sering mengomel? Tidak 'kan?" Ibram menatap wajah Arumi.

"Aku akan kelelahan jika terus mengoceh. Mungkin kalau kita punya anak pasti berbeda," ucap Arumi.

"Jika kita dikaruniai anak, aku janji akan membantu kamu mengurus dan merawat mereka," kata Ibram.

-

-

Malik kembali dari tempatnya bekerja pukul 10 malam. Ibram yang membukakan pintu, Malik menyalim tangan Ibram sebelum melangkah ke kamar.

"Mba Arumi sudah tidur, Mas?" tanya Malik.

"Tidak tahu sudah tidur atau belum, tapi ke kamar baru sepuluh menit lalu," jawab Ibram.

"Ini aku belikan martabak manis, tadi dia minta titip," ucap Malik.

"Martabak manis? Biasanya dia tak suka makannya kalau Mas belikan," kata Ibram heran.

"Entahlah, Mas. Aku juga bingung, memang biasanya Mba Arumi tidak terlalu suka makanan manis," ujar Malik.

"Mungkin lagi pengen dia," Ibram mencoba berpikir positif.

"Memang kemarin itu aku pernah cerita kalau ada yang berjualan martabak rasanya enak kali. Mungkin dia penasaran makanya minta titip," ungkap Malik.

"Mungkin saja," ucap Ibram. "Biar aku bangunkan dia!" lanjutnya.

Malik mengiyakan.

Tak lama kemudian Ibram kembali dengan istrinya dari arah kamar. Mereka bertiga duduk di ruang tamu menikmati cemilan bersama-sama.

"Kenapa tiba-tiba kamu pengen martabak manis?" tanya Ibram menatap istrinya.

"Aku penasaran dengan rasanya," jawab Arumi sembari menggigit sepotong martabak.

Terpopuler

Comments

Welas Trianingsih

Welas Trianingsih

arumi lg hamil tuh kayaknya 😊😊😊

2024-03-20

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Rejeki atau Musibah?
2 Bab 2 - Hari Yang Hampa
3 Bab 3 - Pasca Menikah
4 Bab 4 - Menutupi Kekurangan Ibram
5 Bab 5 - Ibu Mertua Yang Baik
6 Bab 6 - Mendengar Kenyataan
7 Bab 7 - Pulang Tanpa Ibram
8 Bab 8 - Bebas
9 Bab 9 - Kedatangan Tamu
10 Bab 10 - Bertemu Robi
11 Bab 11 - Tak Suka Mendengar Arumi Dipuji
12 Bab 12 - Resepsi
13 Bab 13 - Arumi Bertemu Nadira
14 Bab 14 - Pengakuan Arumi Dan Ibram
15 Bab 15 - Ibram Gundah
16 Bab 16 - Mimpi Buruk, Kebahagiaan Arumi
17 Bab 17 - Ibram Begitu Manis
18 Bab 18 - Semakin Mesra
19 Bab 19 - Ditemani Malik
20 Bab 20 - Robi Buat Ulah
21 Bab 21 - Robi Ingin Belajar Ilmu Agama
22 Bab 22 - Nadira Berdebat Dengan Robi
23 Bab 23 - Merasa Bersalah
24 Bab 24 - Menolong Karena Kasihan
25 Bab 25 - Salah Paham
26 Bab 26 - Meluruskan Masalah
27 Bab 27 - Menolak Permintaan Robi
28 Bab 28 - Bertemu Annisa Kedua Kalinya
29 Bab 29 - Belajar Hijrah
30 Bab 30 - Terpaksa Menuruti Mama
31 Bab 31 - Menuduh Nadira
32 Bab 32 - Nadira Minta Maaf
33 Bab 33 - Klarifikasi
34 Bab 34 - Terlibat Skandal
35 Bab 35 - Akal Licik Nadira
36 Bab 36 - Mencari Penjelasan
37 Bab 37 - Lamaran
38 Bab 38 - Nadira Dan Robi Resmi Menikah
39 Bab 39 - Rumah Baru
40 Bab 40 - Sikap Cuek Robi
41 Bab 41 - Minta Izin Keluar Rumah
42 Bab 42 - Dianggap Pembantu
43 Bab 43 - Kenyataannya Sebenarnya
44 Bab 44 - Terasa Sakit
45 Bab 45 - Perasaan Aku Tidak Pernah Berubah
46 Bab 46 - Aku Akan Pergi Menepati Janji
47 Bab 47 - Sad Ending
Episodes

Updated 47 Episodes

1
Bab 1 - Rejeki atau Musibah?
2
Bab 2 - Hari Yang Hampa
3
Bab 3 - Pasca Menikah
4
Bab 4 - Menutupi Kekurangan Ibram
5
Bab 5 - Ibu Mertua Yang Baik
6
Bab 6 - Mendengar Kenyataan
7
Bab 7 - Pulang Tanpa Ibram
8
Bab 8 - Bebas
9
Bab 9 - Kedatangan Tamu
10
Bab 10 - Bertemu Robi
11
Bab 11 - Tak Suka Mendengar Arumi Dipuji
12
Bab 12 - Resepsi
13
Bab 13 - Arumi Bertemu Nadira
14
Bab 14 - Pengakuan Arumi Dan Ibram
15
Bab 15 - Ibram Gundah
16
Bab 16 - Mimpi Buruk, Kebahagiaan Arumi
17
Bab 17 - Ibram Begitu Manis
18
Bab 18 - Semakin Mesra
19
Bab 19 - Ditemani Malik
20
Bab 20 - Robi Buat Ulah
21
Bab 21 - Robi Ingin Belajar Ilmu Agama
22
Bab 22 - Nadira Berdebat Dengan Robi
23
Bab 23 - Merasa Bersalah
24
Bab 24 - Menolong Karena Kasihan
25
Bab 25 - Salah Paham
26
Bab 26 - Meluruskan Masalah
27
Bab 27 - Menolak Permintaan Robi
28
Bab 28 - Bertemu Annisa Kedua Kalinya
29
Bab 29 - Belajar Hijrah
30
Bab 30 - Terpaksa Menuruti Mama
31
Bab 31 - Menuduh Nadira
32
Bab 32 - Nadira Minta Maaf
33
Bab 33 - Klarifikasi
34
Bab 34 - Terlibat Skandal
35
Bab 35 - Akal Licik Nadira
36
Bab 36 - Mencari Penjelasan
37
Bab 37 - Lamaran
38
Bab 38 - Nadira Dan Robi Resmi Menikah
39
Bab 39 - Rumah Baru
40
Bab 40 - Sikap Cuek Robi
41
Bab 41 - Minta Izin Keluar Rumah
42
Bab 42 - Dianggap Pembantu
43
Bab 43 - Kenyataannya Sebenarnya
44
Bab 44 - Terasa Sakit
45
Bab 45 - Perasaan Aku Tidak Pernah Berubah
46
Bab 46 - Aku Akan Pergi Menepati Janji
47
Bab 47 - Sad Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!