Bab 4 - Menutupi Kekurangan Ibram

Dua minggu berlalu, Ibram belum juga menyentuh Arumi. Ibram tak mau melakukannya jika karena terpaksa. Dia sadar Arumi membutuhkan belaiannya.

"Mas, hari ini ibumu dan adikmu mau datang. Kira-kira makanan kesukaan mereka apa, ya?" tanya Arumi sembari menyuguhkan secangkir teh dihadapan suaminya.

"Ibu menyukai apa saja kecuali daging sapi. Adinda senang makan ayam goreng dan tumis kangkung," jawab Ibram.

"Aku akan ke pasar dan memasak buat mereka," kata Arumi.

"Aku antar kamu ke pasar," Ibram menawarkan diri.

"Tidak perlu, Mas. Nanti Mas Ibram terlambat ke kantor," tolak Arumi tak mau merepotkan suaminya.

"Tidak, Rum. Lagian hari ini, aku tidak langsung ke kantor. Ada rapat di luar," jelas Ibram.

"Baiklah, Mas!" Arumi tampak begitu senang.

-

Setelah sarapan Ibram mengantarkan istrinya ke pasar. Ibram tak menunggunya sampai selesai berbelanja karena harus pergi bekerja. Hampir 1 jam menyusuri pasar, Arumi pulang menaiki becak motor.

Begitu sampai, ternyata ibu mertua dan adik iparnya sudah berada di depan teras rumah. Ia mencium tangan Mayang. "Maaf, Bu. Kalian harus menunggu lama."

"Kami baru saja tiba," kata Mayang tersenyum.

Arumi segera mengambil kunci di dompetnya dan membuka pintu. Arumi hendak mengangkat belanjaannya, namun Adinda mencegahnya. Adik iparnya itu yang membawanya masuk.

"Ibu dan Dinda mau minum apa, biar aku buatkan?" tawar Arumi.

"Tidak usah, Rum. Jangan repot-repot, biar Dinda saja yang membuat minumannya," ucap Mayang.

"Iya, Kak. Nanti aku yang akan membuat minuman Ibu," sahut Arumi.

"Kalau begitu, aku siap-siap masak buat makan siang," pamit Arumi kemudian diiyakan Mayang.

Tak lama Arumi pamit ke dapur, Mayang menyuruh Adinda mengantarkan oleh-oleh yang mereka bawa.

Dinda menghampiri Arumi, "Kak, kami bawa makanan kesukaan Kak Arumi." Membuka wadah plastik dengan isi rendang daging sapi.

Arumi yang mendapatkan kiriman makanan dari mertuanya begitu senang. "Wah, kalian tahu saja kesukaan aku!"

"Iya, ibu bertanya dengan Bibi Aisyah," ucap Adinda.

"Terima kasih, ya. Nanti aku akan makannya," kata Arumi tersenyum bahagia.

-

Tepat jam 11 siang, Arumi, ibu mertua dan adik iparnya menikmati makan siang bersama.

"Ibram tidak kasar dengan kamu, 'kan?" tanya Mayang disela-sela waktu makan.

Arumi tersenyum dan menjawab, "Tidak, Bu. Mas Ibram sangat baik."

"Jika dia berbuat kasar dan menyakiti kamu, bilang sama Ibu. Biar Ibu getok keningnya," ucap Mayang.

"Iya, Bu." Lagi-lagi Arumi tersenyum.

"Kak, Mas Ibram biasanya pulang kerja jam berapa?" tanya Adinda.

"Biasanya jam enam," jawab Arumi.

"Kenapa lama sekali? Dia biasa pulang jam lima," sahut Mayang.

"Mungkin akhir-akhir ini Mas Ibram sangat sibuk, makanya pulang jam enam," Arumi berusaha berpikir positif tentang suaminya.

"Mas Ibram tahu 'kan kami kemari, Kak?" tanya Adinda lagi.

"Sudah, Kakak malah tanya apa makanan kesukaan kamu," kata Arumi menatap gadis yang kini berusia 19 tahun.

"Pantas saja, aku lihat Kak Arum masakannya sesuai kesukaanku," ucap Adinda.

-

Sore harinya Ibram tiba di rumah pukul 5 lewat 15 menit, lebih cepat dari biasanya. Ibram juga menenteng 2 bungkus makanan. Ibram lalu memberikannya kepada adiknya. Adinda tersenyum senang mendapatkan oleh-oleh dari sang kakak berupa martabak telur dan bakso ayam.

"Terima kasih, Kak!" ucap Adinda.

"Arumi tidak kamu belikan?" tanya Mayang.

"Aku---"

"Aku yang tidak mau dibelikan, Bu." Jawab Arumi dengan cepat memotong ucapan suaminya. "Tadi Mas Ibram kirim pesan mau dibelikan makanan apa, cuma aku menolaknya," lanjutnya.

"Kenapa tidak mau?" tanya Mayang.

"Mas Ibram terlalu sering membelinya, jadi aku sudah bosan," jawab Arumi tersenyum.

"Alhamdulillah kalau Ibram selalu membawa makanan setelah pulang kerja," ucap Mayang yang bangga dengan putranya akhirnya mau menerima Arumi sebagai istri.

-

Malam harinya menjelang tidur, Arumi baru saja selesai membaca Alquran setelah sholat Isya berjamaah dengan mertua dan adik iparnya. Sang suami bertanya dari arah ranjang, "Mengapa kamu tidak berkata jujur kepada mereka kalau aku tak pernah membelikan makanan sepulang kerja?"

Arumi melipat mukenanya lalu diletakkannya di jemuran kecil dan menjawab, "Aku tidak ingin membuat ibumu kecewa, Mas."

Ibram mengernyitkan keningnya, tak mengerti dengan jawaban istrinya.

"Ibu berharap lebih dengan pernikahan kita, dia yang menjodohkan kita juga," ucap Arumi naik ke atas ranjang.

"Kenapa kamu tidak biarkan saja ibu memarahiku?"

"Buat apa? Tidak ada untungnya juga bagiku. Mas akan semakin membenciku jika aku berkata jujur."

Jawaban Arumi membuat Ibram terdiam.

"Sudah malam, Mas. Ayo tidur!" Arumi menarik selimutnya dan memejamkan matanya. Ia tak mau memperpanjang masalah, apalagi hanya dengan hal sepele.

Episodes
1 Bab 1 - Rejeki atau Musibah?
2 Bab 2 - Hari Yang Hampa
3 Bab 3 - Pasca Menikah
4 Bab 4 - Menutupi Kekurangan Ibram
5 Bab 5 - Ibu Mertua Yang Baik
6 Bab 6 - Mendengar Kenyataan
7 Bab 7 - Pulang Tanpa Ibram
8 Bab 8 - Bebas
9 Bab 9 - Kedatangan Tamu
10 Bab 10 - Bertemu Robi
11 Bab 11 - Tak Suka Mendengar Arumi Dipuji
12 Bab 12 - Resepsi
13 Bab 13 - Arumi Bertemu Nadira
14 Bab 14 - Pengakuan Arumi Dan Ibram
15 Bab 15 - Ibram Gundah
16 Bab 16 - Mimpi Buruk, Kebahagiaan Arumi
17 Bab 17 - Ibram Begitu Manis
18 Bab 18 - Semakin Mesra
19 Bab 19 - Ditemani Malik
20 Bab 20 - Robi Buat Ulah
21 Bab 21 - Robi Ingin Belajar Ilmu Agama
22 Bab 22 - Nadira Berdebat Dengan Robi
23 Bab 23 - Merasa Bersalah
24 Bab 24 - Menolong Karena Kasihan
25 Bab 25 - Salah Paham
26 Bab 26 - Meluruskan Masalah
27 Bab 27 - Menolak Permintaan Robi
28 Bab 28 - Bertemu Annisa Kedua Kalinya
29 Bab 29 - Belajar Hijrah
30 Bab 30 - Terpaksa Menuruti Mama
31 Bab 31 - Menuduh Nadira
32 Bab 32 - Nadira Minta Maaf
33 Bab 33 - Klarifikasi
34 Bab 34 - Terlibat Skandal
35 Bab 35 - Akal Licik Nadira
36 Bab 36 - Mencari Penjelasan
37 Bab 37 - Lamaran
38 Bab 38 - Nadira Dan Robi Resmi Menikah
39 Bab 39 - Rumah Baru
40 Bab 40 - Sikap Cuek Robi
41 Bab 41 - Minta Izin Keluar Rumah
42 Bab 42 - Dianggap Pembantu
43 Bab 43 - Kenyataannya Sebenarnya
44 Bab 44 - Terasa Sakit
45 Bab 45 - Perasaan Aku Tidak Pernah Berubah
46 Bab 46 - Aku Akan Pergi Menepati Janji
47 Bab 47 - Sad Ending
Episodes

Updated 47 Episodes

1
Bab 1 - Rejeki atau Musibah?
2
Bab 2 - Hari Yang Hampa
3
Bab 3 - Pasca Menikah
4
Bab 4 - Menutupi Kekurangan Ibram
5
Bab 5 - Ibu Mertua Yang Baik
6
Bab 6 - Mendengar Kenyataan
7
Bab 7 - Pulang Tanpa Ibram
8
Bab 8 - Bebas
9
Bab 9 - Kedatangan Tamu
10
Bab 10 - Bertemu Robi
11
Bab 11 - Tak Suka Mendengar Arumi Dipuji
12
Bab 12 - Resepsi
13
Bab 13 - Arumi Bertemu Nadira
14
Bab 14 - Pengakuan Arumi Dan Ibram
15
Bab 15 - Ibram Gundah
16
Bab 16 - Mimpi Buruk, Kebahagiaan Arumi
17
Bab 17 - Ibram Begitu Manis
18
Bab 18 - Semakin Mesra
19
Bab 19 - Ditemani Malik
20
Bab 20 - Robi Buat Ulah
21
Bab 21 - Robi Ingin Belajar Ilmu Agama
22
Bab 22 - Nadira Berdebat Dengan Robi
23
Bab 23 - Merasa Bersalah
24
Bab 24 - Menolong Karena Kasihan
25
Bab 25 - Salah Paham
26
Bab 26 - Meluruskan Masalah
27
Bab 27 - Menolak Permintaan Robi
28
Bab 28 - Bertemu Annisa Kedua Kalinya
29
Bab 29 - Belajar Hijrah
30
Bab 30 - Terpaksa Menuruti Mama
31
Bab 31 - Menuduh Nadira
32
Bab 32 - Nadira Minta Maaf
33
Bab 33 - Klarifikasi
34
Bab 34 - Terlibat Skandal
35
Bab 35 - Akal Licik Nadira
36
Bab 36 - Mencari Penjelasan
37
Bab 37 - Lamaran
38
Bab 38 - Nadira Dan Robi Resmi Menikah
39
Bab 39 - Rumah Baru
40
Bab 40 - Sikap Cuek Robi
41
Bab 41 - Minta Izin Keluar Rumah
42
Bab 42 - Dianggap Pembantu
43
Bab 43 - Kenyataannya Sebenarnya
44
Bab 44 - Terasa Sakit
45
Bab 45 - Perasaan Aku Tidak Pernah Berubah
46
Bab 46 - Aku Akan Pergi Menepati Janji
47
Bab 47 - Sad Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!