Bab 7 - Pulang Tanpa Ibram

Bulan yang ditunggu Arumi akhirnya tiba, ia begitu semangat karena hari ini akan pulang ke kampung bersama suaminya. Arumi menghampiri Ibram yang sedang memainkan ponselnya di ruang tamu.

"Mas, lusa 'kan hari Jum'at bertepatan tanggal merah. Jadi temani aku ke rumah orang tuaku?" tanya Arumi duduk di samping suaminya.

Ibram berhenti memainkan ponselnya, ia mengarahkan pandangannya pada kalender yang berada di dinding. "Jum'at memang aku libur, tapi aku tidak bisa mengantarkanmu."

Seketika raut wajah Arumi yang awalnya ceria mendadak redup.

"Aku akan meminta Malik menjemputmu, dia 'kan tinggal di kota ini juga," ucap Ibram.

"Tapi Malik kerja, Mas. Bagaimana mungkin dia dapat libur, apalagi ke kampung aku membutuhkan waktu lebih dari sembilan jam perjalanan," ujar Arumi berharap suaminya yang menemaninya.

"Malik 'kan dapat mengambil izin beberapa hari untuk menemani kamu," kata Ibram.

Arumi pun diam, ia tak mungkin mengajak debat suaminya yang ada hanya menjadi lelah saja.

"Selama dia menemani kamu, aku akan memberikan upah kepadanya. Anggap saja sebagai ganti rugi karena harus libur," ucap Ibram agar istrinya tak memaksanya ikut.

"Ya sudahlah kalau Mas Ibram tidak bisa menemani aku," kata Arumi pasrah. Ia tampak mau bertanya alasan suaminya menolak menemaninya.

"Kamu tidak marah, 'kan?" Ibram memastikan istrinya apakah benar-benar sabar atau sebaliknya.

Arumi tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Padahal dirinya benar-benar kecewa, suaminya tak dapat menepati janji.

"Kenapa dia tidak marah? Sebenarnya dia terlalu pasrah atau memang wataknya seperti itu?" batin Ibram.

Arumi lantas beranjak dari tempat duduknya dan pamit ke kamar untuk tidur.

***

Esok paginya, Arumi baru saja selesai sholat dan suami juga pulang dari masjid. Ibram memasuki kamar lalu berkata, "Nanti tidak usah kamu bawa bekal makan siang, ya."

"Kenapa, Mas?"

"Ada rapat di restoran nanti siang jadi makan di sana."

"Oh."

"Rum, kirim nomor rekening kamu!" pinta Ibram.

"Tunggu sebentar, Mas." Arumi mengambil ponselnya lalu mengirimkan pesan ke nomor suaminya.

"Aku akan mentransfer ongkos dan uang jajan selama kamu di sana," kata Ibram.

"Iya, Mas."

Selesai sarapan, Ibram berangkat ke kantor. Arumi lalu mengerjakan pekerjaan rumahnya. Ia menyempatkan waktu menelepon adik laki-lakinya untuk memastikan kembali jadwal keberangkatan mereka.

Tak lama setelah menghubungi sang adik, ponsel Arumi berbunyi. Sebuah pesan masuk ternyata dari Ibram. Ia mengirimkan uang yang cukup besar hampir separuh gaji bulanan pria itu. Arumi membalas pesan suaminya dan mengucapkan terima kasih.

-

Sore harinya, Ibram pulang dari kantor tanpa membawa apapun. Tentunya hal ini menjadi perhatian Arumi biasanya sang suami membelikan sesuatu.

"Aku tidak sempat singgah, hari ini sangat lelah. Badanku pegal semua," jelas Ibram. Dia yakin jika istrinya pasti akan bertanya mengenai buah tangan yang selalu dibawanya pulang.

"Mas Ibram sakit? Aku batalkan saja pulang ke kampung," ucap Arumi tampak khawatir mendengar suaminya kelelahan.

"Jangan, Rum. Kamu sudah berjanji kepada mereka mau pulang, tidak mungkin dibatalkan. Aku baik-baik saja, kamu tak perlu khawatir," kata Ibram.

"Bagaimana mungkin aku bisa pergi sementara suamiku sedang sakit dan membutuhkanku?"

"Aku hanya kelelahan saja. Dibawa tidur dan istirahat juga besoknya sehat."

"Mas yakin mengizinkan aku pergi dalam keadaan kurang sehat?" tanya Arumi menatap suaminya.

Ibram mengangguk sebagai jawaban.

"Ya sudah, sebelum pergi aku akan membuatkan air jahe dan beli obat-obatan," kata Arumi.

"Tidak usah, Rum. Nanti aku makan dan obat beli saja," Ibram menolak bantuan istrinya agar tak semakin dirinya bersalah karena belum sepenuhnya menerimanya.

"Baiklah, kalau begitu," ucap Arumi. "Mas Ibram mau aku buatkan air panas?" lanjutnya bertanya.

"Tidak, Rum. Buatkan teh manis hangat saja," jawab Ibram.

"Baiklah, Mas. Aku akan buatkan, sekalian mau memanaskan lauk," ucap Arumi kemudian diiyakan Ibram.

****

Esok paginya selesai sarapan, Arumi sudah berkemas. Bekal makan juga sudah dipersiapkan, tinggal menunggu kedatangan adiknya Malik.

"Mas, hari ini aku masak lauk cukup banyak. Itu semua nanti buat makan siang dan malam. Air jahe ada di atas meja makan dan obat-obatan aku letakkan di laci nakas," kata Arumi di ruang tamu sembari duduk.

"Kenapa harus repot, Rum?"

"Aku tidak merasa direpotkan. Aku melakukannya sebagai seorang istri yang menginginkan suaminya selalu sehat dan baik-baik saja."

Ibram terpaku, apa yang dikatakan adik dan ibunya mengenai sosok Arumi benar adanya. Tapi, ketulusan hatinya belum juga berhasil menyadarkannya.

"Malik sudah datang, Mas!" Arumi mengarahkan matanya ke arah pagar rumah, ia lalu beranjak berdiri.

Ibram juga berdiri.

"Ayo, Mba!" ajak Malik yang berdiri di depan pintu.

"Titip Arumi, Lik!" ucap Ibram kepada adik iparnya sembari berjalan menghampiri.

"Iya, Mas!" Malik menyalim tangan iparnya.

"Kami berangkat, Mas!" pamit Arumi tersenyum lalu mengecup punggung tangan suaminya.

"Hati-hati, jika sampai kabari aku!" ucap Ibram kepada istrinya yang mengangguk mengiyakan.

Arumi dan adiknya lalu naik mobil travel yang akan membawa mereka pulang ke kampung halaman.

Ada sedikit kelegaan di hati Ibram melihat istrinya pergi. Setidaknya ia tak perlu berpura-pura peduli karena hanya akan membuat dirinya tersiksa.

-

-

Di kampung halamannya Arumi....

Arumi dan Malik tiba di rumah kedua orang tuanya, kedua adik perempuan mereka menyambutnya dan memeluknya saling bergantian.

"Kami merindukan kalian!" ucap Alila, 20 tahun.

"Aku juga!" sahut Amita, 18 tahun.

"Kakak juga merindukan kalian!" Arumi tersenyum bahagia.

Aisyah dan Amir muncul, menghampiri putra putrinya. Mereka melepaskan rindu dengan saling berpelukan. Ya, Malik jarang pulang kalau tidak ada acara atau hari raya. Terakhir bertemu ketika Arumi menikah.

"Suami kamu mana, Nak?" tanya Amir yang sedari tadi tak melihat Ibram.

"Mas Ibram sedang sakit, Yah. Makanya tak dapat ikut," jawab Arumi.

"Suamimu sakit, kenapa kamu pulang?" tanya Amir lagi.

"Aku tadi mau menunda ke sini tapi Mas Ibram melarangnya. Katanya dia tak ingin melihatku bersedih jika tidak bertemu kalian!" jawab Arumi menatap wajah kedua orang tuanya.

"Tapi apa kata orang, Nak. Suami lagi sakit malah ditinggal pulang kampung!" Amir tampak sedikit kecewa dengan sikap putrinya yang malah membiarkan Ibram dalam keadaan sakit.

"Mas Ibram tidak sakit parah, Yah. Hanya kelelahan saja, lagian obat dan vitamin sudah aku sediakan," jelas Arumi agar ayahnya berhenti bertanya mengenai suaminya.

"Yah, Mas Ibram tidak kesulitan berjalan. Walaupun wajahnya sedikit pucat, tapi dia sudah meridhoi Kak Arumi pulang kemari," sahut Malik.

"Iya, Yah. Arumi tidak akan mungkin keluar jika tanpa izin dari suaminya," timpal Aisyah, 50 tahun.

"Aku akan terus mengirimkan pesan dan meneleponnya untuk mengetahui keadaannya, Yah." Kata Arumi kepada sang ayah agar tak cemas dengan keadaan menantunya.

Amir mengangguk paham.

Terpopuler

Comments

Siti Muntamah

Siti Muntamah

q suka sifat ibram masih belum suka dia nggak kasar sama istri

2024-06-06

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Rejeki atau Musibah?
2 Bab 2 - Hari Yang Hampa
3 Bab 3 - Pasca Menikah
4 Bab 4 - Menutupi Kekurangan Ibram
5 Bab 5 - Ibu Mertua Yang Baik
6 Bab 6 - Mendengar Kenyataan
7 Bab 7 - Pulang Tanpa Ibram
8 Bab 8 - Bebas
9 Bab 9 - Kedatangan Tamu
10 Bab 10 - Bertemu Robi
11 Bab 11 - Tak Suka Mendengar Arumi Dipuji
12 Bab 12 - Resepsi
13 Bab 13 - Arumi Bertemu Nadira
14 Bab 14 - Pengakuan Arumi Dan Ibram
15 Bab 15 - Ibram Gundah
16 Bab 16 - Mimpi Buruk, Kebahagiaan Arumi
17 Bab 17 - Ibram Begitu Manis
18 Bab 18 - Semakin Mesra
19 Bab 19 - Ditemani Malik
20 Bab 20 - Robi Buat Ulah
21 Bab 21 - Robi Ingin Belajar Ilmu Agama
22 Bab 22 - Nadira Berdebat Dengan Robi
23 Bab 23 - Merasa Bersalah
24 Bab 24 - Menolong Karena Kasihan
25 Bab 25 - Salah Paham
26 Bab 26 - Meluruskan Masalah
27 Bab 27 - Menolak Permintaan Robi
28 Bab 28 - Bertemu Annisa Kedua Kalinya
29 Bab 29 - Belajar Hijrah
30 Bab 30 - Terpaksa Menuruti Mama
31 Bab 31 - Menuduh Nadira
32 Bab 32 - Nadira Minta Maaf
33 Bab 33 - Klarifikasi
34 Bab 34 - Terlibat Skandal
35 Bab 35 - Akal Licik Nadira
36 Bab 36 - Mencari Penjelasan
37 Bab 37 - Lamaran
38 Bab 38 - Nadira Dan Robi Resmi Menikah
39 Bab 39 - Rumah Baru
40 Bab 40 - Sikap Cuek Robi
41 Bab 41 - Minta Izin Keluar Rumah
42 Bab 42 - Dianggap Pembantu
43 Bab 43 - Kenyataannya Sebenarnya
44 Bab 44 - Terasa Sakit
45 Bab 45 - Perasaan Aku Tidak Pernah Berubah
46 Bab 46 - Aku Akan Pergi Menepati Janji
47 Bab 47 - Sad Ending
Episodes

Updated 47 Episodes

1
Bab 1 - Rejeki atau Musibah?
2
Bab 2 - Hari Yang Hampa
3
Bab 3 - Pasca Menikah
4
Bab 4 - Menutupi Kekurangan Ibram
5
Bab 5 - Ibu Mertua Yang Baik
6
Bab 6 - Mendengar Kenyataan
7
Bab 7 - Pulang Tanpa Ibram
8
Bab 8 - Bebas
9
Bab 9 - Kedatangan Tamu
10
Bab 10 - Bertemu Robi
11
Bab 11 - Tak Suka Mendengar Arumi Dipuji
12
Bab 12 - Resepsi
13
Bab 13 - Arumi Bertemu Nadira
14
Bab 14 - Pengakuan Arumi Dan Ibram
15
Bab 15 - Ibram Gundah
16
Bab 16 - Mimpi Buruk, Kebahagiaan Arumi
17
Bab 17 - Ibram Begitu Manis
18
Bab 18 - Semakin Mesra
19
Bab 19 - Ditemani Malik
20
Bab 20 - Robi Buat Ulah
21
Bab 21 - Robi Ingin Belajar Ilmu Agama
22
Bab 22 - Nadira Berdebat Dengan Robi
23
Bab 23 - Merasa Bersalah
24
Bab 24 - Menolong Karena Kasihan
25
Bab 25 - Salah Paham
26
Bab 26 - Meluruskan Masalah
27
Bab 27 - Menolak Permintaan Robi
28
Bab 28 - Bertemu Annisa Kedua Kalinya
29
Bab 29 - Belajar Hijrah
30
Bab 30 - Terpaksa Menuruti Mama
31
Bab 31 - Menuduh Nadira
32
Bab 32 - Nadira Minta Maaf
33
Bab 33 - Klarifikasi
34
Bab 34 - Terlibat Skandal
35
Bab 35 - Akal Licik Nadira
36
Bab 36 - Mencari Penjelasan
37
Bab 37 - Lamaran
38
Bab 38 - Nadira Dan Robi Resmi Menikah
39
Bab 39 - Rumah Baru
40
Bab 40 - Sikap Cuek Robi
41
Bab 41 - Minta Izin Keluar Rumah
42
Bab 42 - Dianggap Pembantu
43
Bab 43 - Kenyataannya Sebenarnya
44
Bab 44 - Terasa Sakit
45
Bab 45 - Perasaan Aku Tidak Pernah Berubah
46
Bab 46 - Aku Akan Pergi Menepati Janji
47
Bab 47 - Sad Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!