Arumi sebenarnya ingin bertanya mengenai sosok Nadira yang dibicarakan suaminya tetapi ia takut jika Ibram marah kepadanya. Makanya ia memilih untuk memendamnya.
Ibram telah berangkat ke kantor, Arumi mengerjakan pekerjaan hariannya sebelum pergi ke pasar.
Setelah semuanya beres, Arumi pun ke pasar dengan berjalan kaki meskipun cukup jauh namun ia sengaja biar sekalian olahraga. Begitu sampai Arumi memilih sayuran, buah dan aneka lauk.
Selama berumah tangga, Ibram memang memberikan uang belanja yang pantas. Bahkan suaminya membedakan uang nafkah dan uang jajan untuknya. Arumi juga diizinkan membeli pakaian tetapi ia tak melaksanakannya karena memang belum butuh.
Hampir 1 jam, Arumi pun pulang. Dia sengaja kembali ke rumah dengan berjalan kaki lagi karena belanjaannya tidak terlalu banyak dan tak terburu-buru.
Tanpa disadari Arumi, sebuah mobil mengikutinya dari belakang. Setelah beberapa meter dari pasar, terdengar suara klakson. Arumi menoleh dan berhenti.
Mobil itu pun berhenti, pengemudinya lantas turun dan menghampiri Arumi. Pria dengan tinggi 180 cm melemparkan senyuman kepada Arumi. "Assalamualaikum!" sapanya.
"Waalaikumussalam!" Arumi membalasnya dengan senyuman tipis dan singkat.
"Kamu Arumi, 'kan?"
Arumi mengangguk mengiyakan.
"Kenalkan namaku Robi!" pria itu mengulurkan tangannya.
Arumi yang kedua tangannya memegang barang belanjaannya sejenak menundukkan kepalanya. "Maaf!"
Robi menarik tangannya. "Aku temannya Ibram, kemarin malam datang berkunjung ke rumah kalian."
"Jadi Mas Robi yang kemarin malam datang," ucap Arumi.
"Iya. Kita pernah bertemu ketika kalian menikah," kata Robi.
"Maaf, saya lupa!" Arumi benar-benar tidak mengenal teman-teman suaminya.
"Mau aku antar pulang?" Robi menawarkan diri.
"Tidak, terima kasih. Saya jalan kaki saja," tolak Arumi dengan sopan.
"Rumahmu masih jauh," kata Robi.
"Tidak, Mas. Terima kasih tawarannya," tolak Arumi sekali lagi.
"Baiklah, jika kamu tidak mau. Kalau begitu, aku pamit. Sampai jumpa lagi, assalamualaikum!" Robi kembali ke mobilnya. Sebelum pergi ia membunyikan klakson singkat sebagai tanda 'duluan'.
Arumi bernapas lega, akhirnya terhindar dengan 1 dosa. Meskipun teman suaminya hanya ingin berbuat baik tapi ujungnya kemungkinan akan menjadi fitnah.
Di dalam mobil sembari memperhatikan Arumi dari jarak jauh dengan kaca spion, Robi menarik kedua sudut bibirnya. Ia begitu terpesona melihat sosok istri sahabatnya, tipe wanita yang diimpikannya.
"Jika Ibram meninggalkannya, aku siap menggantikan posisi," gumam Robi.
-
-
Sore harinya, Ibram pulang dari kantornya. Arumi tersenyum menyambutnya, istrinya itu meraih tangannya dan mengecupnya.
"Bagaimana pekerjaan hari ini, Mas? Apakah berjalan lancar?" tanya Arumi.
"Alhamdulillah, Rum. Semua berjalan lancar," jawab Ibram.
"Alhamdulillah, aku senang mendengarnya." Arumi kembali tersenyum.
Ibram lantas duduk membuka sepatu kerjanya dan Arumi segera memindahkannya ke rak. Arumi berjalan ke dapur mengambil secangkir teh lalu diletakkan di atas meja.
"Tadi pulang dari pasar, aku tidak sengaja bertemu dengan Robi, Mas." Kata Arumi membuka obrolan, dia ingin berbicara jujur.
"Robi? Memangnya kamu kenal wajahnya?" tanya Ibram. Meskipun pernah mengundang temannya di acara pernikahan tapi Ibram tak mengenalkan mereka satu persatu kepada istrinya.
"Dia sendiri yang bilang. Katanya dia kemarin datang ke sini," jawab Arumi.
"Kalian bicara apa saja?" tanya Ibram penasaran sembari menyeruput teh.
"Tidak ada. Hanya saja dia berniat mengantarkan aku pulang, Mas." Jawab Arumi.
"Lalu kamu mau?" tanya Ibram.
Arumi menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"Kenapa tidak mau? Dia 'kan hanya mengantar saja," ucap Ibram.
"Memangnya Mas Ibram ridho istrinya jalan dengan pria lain yang bukan mahramnya?" Arumi malah balik bertanya.
"Sebenarnya tidak. Tapi kalau kamu mau, silahkan saja. Aku takkan marah," kata Ibram.
Mendengar perkataan suaminya membuat hati Arumi sakit. Ibram tak memiliki rasa cemburu. Arumi memilih diam dan tidak melanjutkan obrolannya.
"Aku senang kamu menjaga diri tidak mudah menerima laki-laki lain," ucap Ibram.
"Memang seharusnya begitu, Mas!" kesal Arumi kemudian berlalu.
Ibram yang melihat istrinya cemberut hanya dapat mengulum senyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments