Menilai karakter dan sifat manusia memang tak dapat dilakukan hanya dalam satu kali pertemuan. Liya baru menyadarinya saat ia bertemu dengan Leo. Pria yang ia kira jahat dan memiliki sikap buruk ternyata merupakan pria berhati malaikat.
Well, meskipun memang pada pertemuan kedua mereka, Leo sedikit jutek tetapi pria itu ternyata memperlakukannya dengan baik. Tak hanya mentraktir makan siang, pria itu bahkan mengantarkannya sampai kos dengan selamat. Pria itu juga tak mempermasalahkan biaya perbaikan mobil yang membuat Liya banyak berterima kasih.
Wanita itu menatap Leo dan tersenyum, “Makasih banyak ya kak buat hari ini.”
“Oh iya, buat yang waktu itu... Tolong jangan salahin Kak Egra atau yang lain ya kak. Kejadian waktu itu bener-bener nggak disengaja dan Kak Egra sama yang lain cuma mau bantu tanpa ada unsur sengaja ngajak kita ke basecamp kalian.”
“Iya... ya udah sana masuk.”
“Makasih kak,” ulang Liya sebelum keluar dari mobil itu.
Leo hanya dapat menatap kepergian Liya dari tempatnya. Ia mengamati wanita yang masuk ke dalam kos itu dengan seksama. Apakah memang ada perempuan sepolos Liya jaman sekarang? Atau wanita itu hanya berpura-pura di hadapannya?
Belum juga terjawab, tiba-tiba deringan ponsel mengalihkan atensi Leo. Ia pun segera mengangkat ponsel itu dan mendekatkan ke telinganya, “Halo.”
“Sayang aku udah siap nih... kamu buruan ke sini ya.”
Terdengar suara wanita dengan nada manja yang membuat Leo mengeluarkan smirknya, “Gue jalan sekarang.”
...-+++-...
“Jadi apa ceritanya?”
Setelah jam makan siang, akhirnya ketiga wanita yang sudah sangat penasaran memiliki waktu untuk mendengarkan cerita teman mereka yang mengatakan bahwa ia memiliki cerita aktual.
Kia, Citta dan Erina pun sudah sangat siap dan menajamkan telinga mereka untuk mendengarkan cerita Liya. Membiarkan wanita itu menarik napas panjang dan mulai bercerita.
“Jadi kemarin itu aku ketemu lagi sama Kak Leo. Inget kan sama laki-laki yang bentak kita di basecamp genk motor itu? Nah aku ketemu lagi sama dia. Dan kalian harus tau kalau dia itu sebenernya baik banget.”
“Wait...wait...wait...” tahan Citta yang belum bisa mencerna cerita Liya dengan baik. Ia pun mengernyitkan dahinya, “Jadi kamu ketemu dia dimana? Kenapa kamu bisa bilang dia baik?”
Erina pun mengangguk menyetujui, “Bener, kayaknya orang tempramen itu nggak mungkin baik deh.”
Ketidakpercayaan Erina dan Citta dapat Liya pahami dengan baik karena pada awalnya ia pun seperti mereka. Namun ia tak berbohong jika Leo memang pria baik. Ia pun menatap teman-temannya untuk meyakinkan.
“Beneran tau... jadi kemarin itu kan aku mau bantuin ibu hamil yang lagi kontraksi. Nah aku ketemu Kak Leo di depan supermarket, dia yang nganterin kami ke rumah sakit.”
“Habis dari rumah sakit, dia ngajak aku pergi ke dealer buat ganti interior gitulah, terus dia juga ngajakin aku makan siang dan bahkan nganterin aku sampai kos. Baik banget nggak sih kalau gitu.”
Sebenarnya cerita Liya memang sulit untuk dipercaya. Apalagi dengan Citta yang tak mudah percaya. Ia pun berdehem, “Menurut aku dia bukan baik sih. Ya maksud aku tuh nggak ada yang gratis di dunia ini. Kayak nggak mungkin aja ada orang yang sebaik itu.”
“Kamu nggak percaya?”
“Bukan maksud aku nggak percaya, Ya. Tapi kayak dari cerita kamu susah buat percaya kalau sifat dia baik apalagi pertemuan pertama kita aja buruk kan. Dia aja waktu itu tiba-tiba bentak kita jadi kayaknya dia tempramen gitulo bukan yang baik. Ngerti nggak maksudku?”
“Itu kan karena salah kita juga yang tiba-tiba dat-“
Brak!
Gebrakan meja yang terdengar nyaring menghentikan ucapan Liya. Gebrakan itu membuat Liya, Citta dan Kia menatap sang pelaku dengan netra melebar. Sedangkan sang pelaku nampak tak merasa bersalah sedikit pun.
Tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel, Erina pun bersuara, “Gais kalian harus denger baik-baik.”
“Ternyata Kak Leo itu CEO sekaligus founder Xanthellae Group. Dia adalah direktur dan pemegang saham terbesar kedua di EC Corperation. Ayahnya donatur terbesar di kampus kita, dan ibunya pemilik Pearl Beauty. Dia satu kampus sama kita by the way.”
Kemampuan Erina memang harus diancungi jempol soal mencari tau latar belakang orang lain. Namun semua fakta yang wanita itu ungkapkan membuat Liya tercengang.
Latar belakang Leo yang sangat sempurna membuat Liya tak dapat menutup mulutnya. Ternyata pria itu memang bukanlah pria dari kalangan biasa. Apakah karena itu, uang ratusan juta seakan tak ada harga dirinya di mata Leo? Wow, entah bisa disebut keberuntungan atau tidak dirinya bisa bertemu dengan Leo.
Citta yang sebelumnya tak setuju pun menganggukkan kepalanya perlahan, “Ya, kayaknya Kak Leo emang baik deh. Dia kebanyakan uang kali ya makanya menghamburkan uangnya untuk membantu orang lain.”
“Aku mau pingsan kalau gini.”
...-+++-...
17.30
Setelah kelas terakhir selesai, semua mahasiswa berbondong-bondong keluar kelas. Seperti biasa, Liya dan ketiga temannya akan menunggu untuk bisa keluar kelas paling akhir. Mereka menunggu seraya memikirkan tujuan mereka setelah ini.
“Kita jadi mau kemana?”
Seperti biasanya, Liya akan menjadi orang pertama yang membuka obrolan. Dan seperti biasa juga ketiga temannya itu akan saling melempar pertanyaan hingga membuatnya jengah.
“Kalian mau ke Patnam aja? Atau jadi mau karaoke?”
Ketiga wanita itu pun mengangguk, ”Boleh.”
“Boleh kemana?”
“Terserah.”
Huft, Liya sangat malas jika ketiga temannya sudah menjawab terserah. Bukankah harusnya ketiga temannya itu tau jika ia pun perempuan biasa yang tak bisa menebak apa arti kata terserah? Namun selalu saja seperti ini, selalu saja ia yang harus menentukan tujuan mereka.
Setelah berpikir sebentar akhirnya Liya pun memutuskan, “Ya udah ke Patnam aja sambil ngerjain tugas.”
“Okeyyy.”
Pada akhirnya keempat orang itu pergi ke Patnam sesuai dengan pilihan Liya. Patnam merupakan salah satu tempat tongkrongan yang jaraknya tak terlalu jauh dari kampus. Hanya butuh beberapa menit untuk sampai ke tempat itu.
Patnam memang selalu ramai oleh mahasiswa yang juga akan mengerjakan tugas, rapat atau sekedar bersantai dengan teman-teman. Untung saja Liya dan ketiga temannya masih bisa mendapatkan bangku semi outdoor.
Beruntungnya keempat mahasiswa itu karena sedang ada live music yang bisa menghibur mereka dengan lagu-lagu indi yang dibawakan. Wanita yang akan mengeluarkan laptopnya pun mengurungkan niat dan menikmati music itu seraya menyeruput hot matchanya yang baru tiba.
Namun kedamaian yang Liya rasakan hanya berlangsung sekejap. Badai seketika menerjang hatinya ketika kedua netranya menangkap kejadian yang benar-benar membuatnya jijik. Ia melihat seorang pria yang ia kenal sedang bertukar saliva dengan wanita lain di depannya.
Liya pun menggebrak mejanya hingga membuat ketiga wanita itu menatapnya, “Aku mau pergi dari sini,” putusnya.
“Liya? Kenapa? Aku aja baru makan burgerku satu gigitan. Tiba-tiba banget,” ucap Citta yang agak kurang setuju dengan keputusan Liya.
Apakah Liya egois jika ia ingin pergi dari sini hanya karena melihat pria yang ingin ia lupakan berciuman dengan wanita lain? Apakah ia egois jika ia menyeret teman-temannya untuk pergi bersamanya?
Pada akhirnya Liya hanya dapat menghembuskan napasnya dan menunduk, “Maaf, kalau gitu tolong kamu aja yang duduk sini ya. Aku mau duduk di kursi kamu aja.”
Citta hanya menghembuskan napasnya dan mengikuti permintaan Liya. Ia pun duduk di bangku wanita itu dengan perasaan heran. Namun ketika ia baru mendaratkan bokongnya dan melihat kejadian yang Liya lihat beberapa saat yang lalu, membuatnya sadar.
“Kita pergi aja yuk,” ajak Citta menepuk bahu Liya.
Erina yang belum mengerti pun mengernyitkan dahi, “Lah katanya belum habis?”
Bukannya menjawab, Citta malah mengarahkan kepala Erina untuk melihat tontonan itu. Kia yang ikut penasaran pun mengikuti arah pandang kedua temannya. Ciuman panas yang tak layak ditonton itu membuat ketiganya mengangguk dan beranjak.
“Yuk, Ya kita pergi dari sini. Ternyata disini panas banget, aku nggak kuat. Gerah banget!” seru Erina yang diangguki oleh Kia dan Citta.
“Iya kan, udah yuk pergi aja. Ini burgernya bisa minta dibungkus kok.”
“Betul! Daripada Kepanasan di neraka ini!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments