Galeocerd Cavier adalah seorang pria yang tak pernah membiarkan siapapun membuat barang kesayangannya kotor. Begitu pun dengan mobil yang ia gunakan. Ia akan sangat marah jika ada orang tak dikenal menyentuh mobilnya bahkan sedikit apapun.
Namun hari ini, dengan kesadaran penuh ia malah membiarkan dua wanita yang tak ia kenal berada di mobilnya. Ia bahkan seperti sopir yang harus mengantarkan kedua wanita itu dengan cepat sekarang. Bergelut dengan waktu dan kemacetan kota.
Sedangkan wanita muda yang berada di kursi belakang itu terus membantu ibu yang hampir melahirkan untuk terus tenang dan mengontrol napasnya. Liya terus menuntun ibu hamil itu untuk menarik napas dan menghembuskan napasnya hingga sampai di rumah sakit.
Pada akhirnya usaha Liya dan Leo berhasil mengantarkan ibu itu ke meja operasi dengan selamat. Ibu itu akhirnya bisa melahirkan dengan selamat tanpa ada kekurangan apapun.
Sungguh Liya sangat bersyukur akan hal itu. Ia akhirnya bisa bernapas lega ketika keluarga dari ibu itu datang. Ia pun duduk di kursi taman rumah sakit untuk menenangkan dirinya. Ia perlu waktu untuk mengatur emosinya setelah kejadian menegangkan itu selesai teratasi.
Namun, baru saja Liya tenang ia harus dikejutkan dengan kedatangan Leo yang terlihat sangat marah padanya. Pria itu bahkan mengeluarkan tatapan elangnya yang membuat Liya takut.
“Berdiri lo, ikut gue sekarang!”
“Kemana?”
“Lo yang udah bikin mobil gue kotor, jadi lo harus tanggung jawab sekarang!”
Penjelasan Leo kembali membuat tubuh Liya lemas. Ia pun menyusut dan membinarkan matanya, Cobaan apa lagi ini ya Tuhan...
...-+++-...
Leo memang tak pernah main-main dengan ucapannya. Pria itu sungguh membawa Liya menuju salah satu dealer yang asing bagi Liya. Sungguh ia tak memiliki ide apapun tentang apa yang akan Leo lakukan disini. Apakah mencuci mobil memang harus dilakukan di dealer? Tempat mobil-mobil baru ini?
Liya hanya bisa mengikuti langkah pria itu hingga mereka berhenti di resepsionis. Pria itu terlihat berbincang sebentar sebelum berjalan menuju sofa tunggu yang ada di sana.
Sejujurnya Liya tak tau harus berbuat apa sekarang. Apakah ia harus kembali mengikuti langkah Leo? Namun sepertinya rasa penasaran yang ia miliki lebih mendorongnya untuk mendekati resepsionis itu.
“Permisi kak,” ucap Liya sedikit berbisik.
“Iya kak? Ada yang bisa saya bantu?”
Dengan jantung berdebar Liya kembali bersuara, “Laki-laki yang barusan itu mau ngapain katanya kak di sini? Mau nyuci mobil?”
“Maksud kakak, Kak Leo? Kalau benar, dia merupakan klien tetap kami yang hari ini ingin mengganti interior untuk seat nya.”
“Kalau gitu sampai berapa kak biasanya?”
Oh Tuhan, Liya tak bisa menghentikan rasa penasarannya dan terus bertanya. Ia menunggu resepsionis itu selesai mengotak-atik komputernya. Tak berselang lama resepsionis itu pun kembali menatap Liya dan tersenyum.
“Kalau dilihat dari yang Kak Leo pesan, biasanya bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta kak.”
Liya hanya dapat tersenyum hambar setelah mendengar nominal yang cukup besar itu. Ia kembali mendekati Leo dengan perasaan linglung. Banyak sekali pemikiran yang memenuhi otaknya.
Sebelumnya Leo mengatakan jika dirinya harus bertanggung jawab bukan? Apakah maksudnya Liya harus membayar semua biaya penggantian seat yang diinginkan Leo? Apakah artinya ia harus mengeluarkan dana puluhan hingga ratusan juta?
Bagaimana Liya bisa membayar biaya perbaikan yang tak sedikit itu? Bahkan uang dari beasiswa yang ia terima selama empat tahun pun tak akan cukup untuk menggantinya. Jadi bagaimana ia bisa mengganti kerugian Leo?
Ingin rasanya Liya menangis sekarang. Berulang kali ia menatap pria yang tengah memainkan ponselnya dengan jantung berdebar. Jujur, ia takut tetapi ia harus segera berterus terang. Ia pun menarik napas panjang dan berdehem beberapa kali hingga Leo memusatkan atensi padanya.
“Ada apa?”
“Emmm, tadi kamu suruh aku tanggung jawab kan? Apa maksudnya aku harus bayarin semua perbaikan mobil kamu? Penggantian seat atau apa itu?”
Pria itu tersenyum, “Pinter, nggak perlu gue jelasin berarti.”
Jawaban Leo seakan menampar hati Liya dengan keras. Sekarang apa yang bisa ia lakukan? Nihil! Ia hanya dapat menunduk dan memainkan jarinya pasrah.
“Kalau aku nggak ada uangnya gimana kak? Boleh nggak kalau aku gantinya pake cara lain? Lagian kan Kak Leo juga dapet pahala karena udah bantuin ibu hamil kak jadi nggak rugi banget kan kak.”
Ungkapan Liya kembali membuat Leo tersenyum, bahkan terkekeh kecil, “Babe... Gue nggak butuh pahala. Jadi sekarang pikirin cara lo tanggung jawab nanti.”
...-+++-...
Setelah setengah jam menunggu, akhirnya mobil Leo selesai diperbaiki. Interiornya sudah diganti dengan yang baru. Sekarang tiba waktunya untuk melakukan pembayaran.
Liya yang sudah pasrah hanya bisa merangkai kata-kata yang akan ia ucapkan pada kasir itu. Ia harus berterus terang agar bisa menyelesaikan masalah ini. Namun baru saja dirinya akan bersuara, pria itu terlebih dahulu mengeluarkan black cardnya dan menyelesaikan pembayaran dalam sekali gesek.
Sikap Leo membuat Liya kembali mematung. Ia bukan perempuan bodoh yang tak tau apa fungsi black card. Hanya saja ia bingung harus melakukan apa. Ia tak tau apakah pria itu memang telah mengikhlaskan semuanya atau tetap menuntutnya ganti rugi.
“Nggak masuk mobil lo?”
Suara berat Leo membuyarkan lamunan Liya. Dengan kebingungan yang masih melandanya, Liya pun masuk ke mobil itu. Cukup lama ia terdiam dan membiarkan keheningan menyelimuti mereka hingga pada akhirnya ia tak dapat lagi menahan rasa penasarannya.
“Kak... Jadi sekarang aku punya hutang ke kamu? Atau yang tadi emang kamu bayar sendiri? Kamu udah ikhlas?” tanya Liya to the point.
“Lo berharap gue jawab apa?”
“Nggak usah diganti kak,” jawab Liya terus terang.
Liya tak akan malu untuk mengatakan keinginannya daripada ia semakin susah di kemudian hari. Namun jawabannya malah membuat pria itu tertawa. Sungguh membuat Liya semakin kebingungan.
Bagaimana bisa Leo tertawa di saat seperti ini? Apakah pria itu sedang menertawakannya atau pria itu memang memiliki masalah mental yang membuat emosinya gampang berubah? Entahlah Liya juga tak yakin akan hal itu.
“Lo udah makan?”
Bukannya menjawab, pria itu malah mengeluarkan pertanyaan yang membuat Liya menggeleng, “Belum kak.”
Hening. Lagi-lagi tak ada lanjutan percakapan setelah Liya menjawab pertanyaan Leo yang membuatnya mengusap wajah kasar. Ia menatap Leo dengan mata berbinar.
“Kak tolong jawab pertanyaan aku tadi. Jadi maksudnya aku perlu ganti atau nggak?”
“Oh lo mau makan? Okey kita makan sekarang.”
“Kakkk...”
Entah mengapa kekesalan Liya membuat Leo sedikit terhibur. Ia senang melihat raut kebingungan yang wanita itu tampilkan pada wajah chubbynya. Dan hal itu membuat nya ingin terus menggoda Liya.
Tanpa menghiraukan wanita yang masih membutuhkan jawaban, Leo tetap melajukan mobilnya menuju salah satu restoran yang sering ia datangi. Namun ketika ia hendak turun, tiba-tiba wanita itu menahan pergerakannya.
“Ada apa?”
“Kak Leo yakin mau makan disini? Kak... Tadi aja udah habis seratus empat puluh juta! Sekarang malah mau makan disini, uang dari mana kak?”
Sejujurnya baru pertama kali ini Leo bertemu dengan wanita yang malah khawatir saat ia mengajaknya makan di restoran mahal. Biasanya wanita yang ia bawa akan dengan senang hati ikut dan memanfaatkannya untuk memesan menu termahal. Tapi Liya? Sepertinya wanita itu berbeda dan membuatnya semakin tertarik.
“Ssssttt... Lo kesini sama siapa?”
“Kak Leo.”
“So, what are you worried about?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments