Pertengkaran dengan Eddy tak akan ada ujungnya. Pada akhirnya luka yang ada di hati Leo pun akan semakin membusuk jika ia terus berurusan dengan pria yang tak tau malu.
“I’m done, so don’t disturb me again!”
Setelah mengatakan kalimat itu, Leo segera berjalan keluar. Ia harus menemukan kekasihnya dan mengajak wanita itu pergi dari tempat toksik ini. Namun langkahnya terhenti ketika seorang wanita bergelayut manja padanya.
“Honey... I miss you...”
Dengan kasar Leo pun mendorong wanita itu untuk menjauhinya hingga wanita itu tersungkur ke lantai. Dengan tatapan elangnya ia pun menusuk kedua netra wanita itu.
“Fuck you, bitch!”
Bukannya tersinggung, wanita itu justru menampilkan senyum nakalnya. Ia kembali berdiri dan bergelayut indah pada lengan Leo.
“Yess, fuck me now baby...”
Leo memang penyuka jalang. Namun ia sama sekali tak sudi untuk meniduri jalang murahan seperti Lucy. Wanita yang ayahnya jodohkan padanya itu benar-benar murahan dan membuatnya jijik.
Kembali Leo menghempaskan wanita itu dengan kasar dan melangkahkan kakinya menjauh. Kepergian Leo membuat wanita itu menatapnya tak suka.
“She’s gone!”
Pernyataan Lucy membuat Leo berbalik. Ia mendekati wanita itu dan menggerakkan tangannya untuk meraih leher Lucy, mencekik wanita itu tanpa ampun.
“What have you told her?!”
“No...thing.”
Susah payah Lucy menjawab tetapi jawaban itu malah membuat Leo semakin mengeraskan cekikannya. Tatapannya pun semakin menggelap. Iris sebiru samudera itu harus bergelut dengan kegelapan yang siap untuk membunuh siapapun.
“WHAT HAVE YOU TOLD HER?!”
“WHAT ARE YOU DOING!”
Lagi-lagi Eddy datang di saat yang tak tepat. Pria itu membuat Leo kehilangan mangsanya dengan menarik Lucy dari tangannya. Pria itu melindungi Lucy di balik badan kekarnya yang membuat Leo semakin geram.
“Give her to me, Ed," titah Leo.
“What are you doing to my fiance, son?”
Huft, kenapa orang-orang disini sangat menjijikan? Leo tak tau lagi harus bersikap apa. Ia pun menggelengkan kepalanya dan meludah tepat di depan ayahnya.
“Fuck you all!” umpat Leo untuk yang terkahir kalinya sebelum ia meninggalkan kedua manusia hina itu.
Leo melangkahkan kakinya dengan cepat untuk mencari kekasihnya di seluruh penjuru hotel. Ia membuka satu persatu kamar yang ada. Masa bodoh dengan orang-orang yang terganggu dengan sikapnya, yang terpenting baginya adalah menemukan Liya secepatnya.
Entah sudah berapa kamar yang Leo buka dengan paksa hingga pada akhirnya langkahnya terhenti ketika ia membuka pintu kamar yang ada di ujung lorong. Netranya menghitam ketika melihat kekasihnya sudah kacau di bawah kukungan iblis yang tak tau ampun itu.
“I’LL KILL YOU NOW!”
Leo segera melangkahkan kakinya ke sisi ranjang dan menarik pria itu sebelum membantingnya di lantai. Melayangkan beberapa tinju ke wajah dan perut Xander sebelum mengambil meja kayu yang ada di sisi ranjang.
Pria itu membanting meja kayu dengan keras hingga terbelah menjadi beberapa bagian. Ia mengambil salah satu kaki meja dengan ujung tajam dan melayangkannya untuk menusuk dada musuhnya.
Namun saat ujung tajam itu nyaris menyentuh kulit Xander, tiba-tiba sebuah tangan mungil yang sudah bergetar menyentuh lengannya hingga Leo terdiam. Ia pun menatap wanita itu heran.
“Why you stop me?!”
Liya menggelengkan kepalanya, “Kita pulang aja kak...” lirihnya dengan air mata yang masih membasahi pipinya.
Ingin sekali Leo membunuh Xander sekarang. Namun sikap Liya membuatnya urung dan menghembuskan napas lelah. Pada akhirnya ia hanya dapat menusuk lengan Xander dengan keras hingga pria itu merintih kesakitan sebelum beralih pada Liya.
Dengan cepat Leo membuka jasnya dan menyelimutkannya pada Liya untuk menutupi tubuh Liya yang sudah kacau. Selanjutnya ia pun menggendong wanita itu menuju mobil yang sudah terparkir di depan gedung.
Leo benar-benar mengabaikan semua tatapan yang berpusat padanya. Ia hanya ingin membawa Liya pergi dari sana. Ia pun segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi setelah mendudukan wanitanya pada bangku penumpang.
Setelah beberapa menit berkendara, pria itu pun menghentikan mobilnya di depan sebuah taman kota yang sudah sepi. Tak ada obrolan dari kedua manusia itu karena keduanya masih bergelut dengan pikirannya masing-masing.
Liya yang masih syok dengan apa yang baru saja menimpanya, sedangkan Leo yang masih berusaha mengontrol emosinya yang masih kacau. Entah butuh berapa lama ia meredakan amarahnya yang masih memuncak.
Sebenarnya apa yang ada di pikiran wanita itu hingga melarangnya untuk membunuh Xander saat itu juga? Bukankah pria itu telah melecehkannya? Lalu apa alasan kekasihnya masih melindungi pria itu? Sungguh Liya bukanlah wanita yang mudah ditebak.
Di sisi lain, dengan tangan bergetar Liya berusaha untuk menyentuh tangan Leo hingga pria itu menoleh ke arahnya, “K-kak, boleh nggak kita balik ke indo sekarang?”
“Mau pulang sekarang?”
Wanita itu mengangguk dengan ragu. Sebenarnya Leo masih ingin berada di kota ini untuk membawa wanita itu keliling. Namun jika wanita itu ingin segera pulang, haruskah ia masih menahannya? Atau mengabulkan keinginan Liya?
Hembusan napas panjang beradu dengan hembusan angin malam dari celah jendela yang Leo buka sedikit. Ia pun menatap wanita di sampingnya dalam. Ia memperhatikan kekacauan Liya dengan seksama.
Rambut dan wajah Liya terlihat berantakan. Begitu pun dengan jas hitam yang wanita itu pakai dengan erat seolah menjadi penutup terakhir tubuh Liya. Sungguh wanita malang.
Perlahan tangan Leo bergerak untuk menyentuh pipi Liya. Namun dengan sigap wanita itu menepis tangannya seolah trauma berhasil membuat wanita itu mudah panik.
“Sstt... aku nggak akan nyakitin kamu. Come here, I wanna hug you,” ucap Leo menarik wanita itu ke dalam pelukannya perlahan.
Wanita itu tak lagi berontak dan menerima perlakuan hangat Leo. Beberapa saat kemudian, seluruh penjuru mobil dipenuhi oleh tangisan yang terdengar sangat menyedihkan.
Leo terus membelai rambut terurai Liya agar wanita itu tenang tanpa mengeluarkan suaranya. Butuh beberapa menit hingga wanita itu berhenti menangis dan kembali tenang.
“Sayang... can you tell me now?”
Anggukan Liya membuat Leo merenggangkan pelukan itu. Ia menatap kekasihnya dengan penuh perhatian dan mempersilahkan wanita itu untuk mengatakan tentang apa yang sudah terjadi agar ia bisa mengambil tindakan yang sesuai.
Setelah menarik napas panjang Liya pun mulai bersuara, “Tadi aku mau pulang tapi tiba-tiba laki-laki itu narik aku ke salah satu kamar dan ngelakuin hal itu...”
“Apa yang udah dia lakuin?”
Raut Leo menjadi serius. Cerita yang Liya sampaikan entah mengapa membuat amarahnya kembali tersulut. Ia tak ingin miliknya disentuh oleh siapapun. Karena Liya hanyalah miliknya seorang.
“Dia udah liat kamu?”
Wanita itu menunduk dan mengedikkan bahunya dengan ragu, “A-aku nggak tau tapi...”
Liya tak sanggup menyelesaikan kalimatnya dan membuat Leo menghembuskan napas kasar. Ketidaksanggupan Liya membuat amarahnya meninggi. Apa yang tidak bisa wanita itu katakan pasti sesuatu yang buruk baginya.
Apakah Xander sudah melihat tubuh Liya? Fuck! Bahkan ia saja belum bisa melihat tubuh boneka kesayangannya tanpa kain penutup. Sungguh ia semakin marah sekarang.
“I told you to stay with me right?! Kenapa kamu mau pulang sendiri padahal kamu nggak tau apapun?!”
Seketika Liya tertegun ketika Leo membentaknya. Mengapa pria itu jadi menyalahkannya? Bukannya meminta maaf dan menjelaskan tetapi Leo malah membentaknya? Sungguh ia tak menyangka. Tanpa sadar kedua tangannya terkepal.
“Karena tunangan kamu nyuruh aku pergi! Kalau kamu udah punya tunangan kenapa ngajak aku kesini?!”
“Lucy?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments