Xanthellae Home. Disinilah Liya dan ketiga temannya berada. Dilihat dari dekorasi yang serba otomotif membuat Liya yakin bahwa orang-orang yang telah menolongnya adalah anggota sebuah genk motor. Ditambah dengan keahlian Egra dan temannya dalam memperbaiki ban motor Erina membuatnya semakin yakin akan hal itu.
Hanya butuh beberapa menit untuk membuat motor Erina terlihat seperti baru. Selain mengganti ban motor Erina dengan yang baru, mereka bahkan mencucikan motor Erina hingga bersih dari debu.
Perbuatan baik mereka sungguh membuat Liya mengubah perspektifnya. Ia tak menyangka jika pria-pria yang baru ia temui memiliki kepribadian yang baik. Bahkan pria yang tadi ia pikir melecehkannya pun sudah meminta maaf dan membantu memperbaiki motor Erina.
"Ini kuncinya, udah selesai dibenerin motornya," ucap Egra seraya memberikan kunci motor Erina kepada Liya.
Liya menerima kunci itu seraya tersenyum, "Makasih banyak ya kak. Maaf banget jadi ngerepotin kalian semua."
"Gapapa, san-"
"SIAPA KALIAN?!"
Tiba-tiba suara bentakan yang menggelegar membuat semua orang terkejut. Baik keempat mahasiswi yang tak tau apapun ataupun anggota Xanthellae lain yang terlihat begitu takut dengan pria yang baru datang.
Pria itu memang terlihat sangat menakutkan dengan mata elang yang siap untuk menerkam siapapun yang melihatnya. Hanya ada satu orang yang terlihat tenang dan tak terganggu dengan kemarahan pria itu.
Hanya Egralah yang masih bisa tenang. Ia bahkan mendekati pria itu dan menepuk bahu pria itu, “Tenang bro. Baru dateng jangan langsung marah-marah.”
“Lo lupa peraturan Xanthellae apa?!”
Egra hanya dapat mengangguk dan menarik pria itu menuju basecamp setelah memberikan kode kepada anggota Xanthellae lain untuk membawa Liya dan teman-temannya keluar dari basecamp mereka.
“Lepas!”
Dengan cepat Egra melepas tangannya dan menatap pria itu. Ia menarik napas panjang, “Gue tau peraturan Xanthellae buat nggak bawa cewek ke basecamp kecuali anggota Xanthellae.”
“I know that, tapi gue juga nggak bisa biarin mereka kesusahan saat ban motor mereka bocor karena paku-paku yang kita sebarin. Pengecut banget nggak kalau gitu?”
Pria yang sebelumnya menggebu-gebu pada akhirnya hanya bisa menghembuskan napasnya setelah mendengarkan penjelasan Egra. Ia pun menyilangkan kedua tangannya di depan dada dengan angkuh.
“Itu salah mereka karena lewat sini, jadi setelah ini cepet lo suruh mereka pergi sebelum gue yang bikin mereka angkat kaki,” jelas pria itu sebelum meninggalkan Egra.
Egra mengangguk patuh, “Mereka sekampus sama lo by the way.”
“I dont care.”
Sungguh acuh dan cuek tetapi berhasil membuat senyum Egra mengembang. Reaksi yang diberikan pria itu membuatnya tertarik akan sesuatu.
Let’s play the game.
...-+++-...
Hari ini adalah hari kesialan bagi Liya. Dimulai dari pertemuan dengan asisten planktonologi, melihat wanita lain mendekati Alata, ban motor Erina terkena paku, hingga berakhir dibentak oleh pria yang tak ia kenal. Ia bahkan masih mengingat bagaimana pria itu memarahi Egra.
“Gue tau peraturan Xanthellae buat nggak bawa cewek ke basecamp kecuali anggota Xanthellae…”
Sungguh Liya sangat berterima kasih kepada Egra yang masih membelanya di depan pria itu. Namun tetap saja ia tak ingin berurusan lagi dengan mereka, apalagi dengan pria yang sangat menyeramkan itu.
“Jangan dianggurin terus tuh makanan,” nasehat Kia menghentikan lamunan Liya.
Bukannya Liya sengaja menganggurkan makanan. Ia juga sebenarnya lapar karena dari pagi belum makan. Hanya saja selera makannya tiba-tiba hilang sejak memikirkan kejadian di basecamp itu. Ia yang memang dasarkan mudah overthinking harus bergelut dengan kejadian yang membuatnya tak tenang.
“Kalian tau nggak sih kenapa laki-laki itu nggak suka banget sama kita?”
Kia, Erina dan Citta serempak menggeleng hingga membuat Liya kembali mengeluarkan suaranya, “Laki-laki itu kayaknya nggak suka kita disana karena mereka punya peraturan buat nggak ngundang perempuan selain anggota mereka.”
“Kamu serius? Tau darimana?”
Liya mengangguk, “Tadi aku denger dikit-dikit pembicaraan Kak Egra sama cowok tadi makanya aku nggak mau deh kalau harus lewat situ lagi. Dimarahi Pak Boni karena tugas nggak selesai juga gapapa deh.”
“Emang kita udah dapet berapa ikan?”
Kia segera membuka catatan yang ada di ponselnya, “Baru dapet 35. Masih kurang banyak.”
“Kalau gitu kita coba ke supermarket aja deh siapa tau ada ikan yang belum kita foto daripada balik lagi ke jalanan itu,” putus Liya.
“Boleh.”
...-+++-...
Hari minggu adalah hari yang paling dinanti karena dapat mengistirahatkan diri dari segala tugas yang harus dikerjakan. Begitupun dengan Liya. Ia memilih untuk mengistirahatkan otaknya dengan belanja bulanan ke supermarket.
Setelah membayar ojek online yang mengantarkannya, Liya pun segera berjalan kaki menuju supermarket. Namun baru beberapa langkah tiba-tiba tangannya ditahan oleh seorang wanita berperut buncit yang membuatnya berhenti.
“Mbak, tolong saya... Saya sudah nggak kuat...” rintih wanita itu.
Tentu saja Liya langsung panik. Ia yakin jika wanita itu sedang kontraksi tetapi ia sama sekali tak memiliki gambaran harus melakukan apa. Di sekitar merekapun tak ada siapapun yang bisa dimintai pertolongan.
“Ibu jangan lahiran disini dulu tolong. Sabar ya... saya cari pertolongan dulu.”
Liya terus mengedarkan pandangannya untuk mencari orang yang bisa ia mintai pertolongan seraya menahan ibu itu kuat-kuat. Di dalam hati ia terus berdoa agar Tuhan segera mendatangkan orang yang bisa menyelamatkan ibu hamil itu.
Tepat setelah Liya menyelesaikan doanya, tiba-tiba sebuah koenigsegg gemera silver melaju ke arahnya yang membuat secercah harapan muncul. Dengan cepat Liya berlari dan mencegat mobil itu hingga berhenti tepat di hadapannya.
Sungguh aksi Liya adalah aksi yang berbahaya dan membuat sang pengemudi kesal. Pengemudi itupun membuka jendela nya dan mengeluarkan kepalanya, “LO MAU MAT-“
Bentakan itu seketika terhenti ketika pria itu menyadari siapa yang telah mencegatnya. Begitu pun dengan Liya yang langsung mematung di tempatnya. Pengemudi itu adalah orang yang sama dengan orang yang telah membentaknya dua hari yang lalu.
Liya bahkan sudah berdoa agar tak bertemu dengan pria itu lagi tetapi mengapa takdir mengharuskan mereka bertemu dalam keadaan yang kacau seperti ini?
"LO BENER-BENER YA DARI KEMARIN BIKIN GUE EMOSI!"
Liya akhirnya tersadar dan menarik napas panjang, "Maaf buat yang kemarin. Tapi bisa nggak tolong anterin kami ke rumah sakit? Ini adeknya mau lahir, kak...”
Pria itu hanya memutar bola matanya jengah, “Bukan urusan gue! Jadi minggir atau gue tabrak lo!”
“Nggak.”
“Minggir!”
“Nggak!”
“Ming-”
"Mas… mbak… saya udah nggak kuat," lirih ibu hamil itu membuat dua orang yang tengah beradu mulut menoleh.
Liya sampai lupa jika ibu hamil tersebut sudah kontraksi karena berdebat dengan pria itu. Sedangkan pria yang sebelumnya keberatan hanya dapat memutar bola matanya dan memukul setirnya, "CEPET BAWA MASUK KE MOBIL!"
Mendengar persetujuan pria itu membuat Liya mengembangkan senyum. Ia segera berlari ke ibu hamil itu dan menuntunnya untuk masuk ke dalam mobil. Namun ia kembali terdiam di depan pintu. Membuat pria yang sudah siap membantu itu menatapnya heran.
"Ngapain lo masih diem aja?"
"Gimana cara masuknya?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments