16 - Ready To Go

Pesawat mendarat di Bandara Heathrow dengan selamat setelah mengudara selamat kurang lebih 15 jam 40 menit. Mereka sampai di London pada pukul enam pagi.

Semua ketakutan yang sempat hadir di hati Liya kala pria itu menggendonya pun sirna. Ternyata pria itu hanya mengajaknya mengobrol hal-hal ringan hingga mereka tertidur.

Banyak fakta yang bisa Liya ketahui dari obrolan itu seperti makanan kesukaan Leo atau hal-hal yang tak pria itu sukai. Humor yang pria itu tunjukkan juga tak pernah gagal membuatnya tertawa. Hal itu membuatnya mulai yakin untuk menerima hubungan mereka.

Kedatangan mereka disambut oleh David, asisten pribadi Leo ketika dirinya berada di London. David segera mengantarkan mereka menuju apartemen milik Leo.

Alasan mengapa Leo tak ingin pergi ke mansion Cuvier adalah karena tak ingin bertemu dengan Eddy Cuvier yang secara biologis adalah ayahnya sendiri. Ia tak ingin bertatap muka dengan pria itu yang akan membuat amarahnya tersulut.

Liya yang mengetahui alasan Leo pun hanya dapat mengikuti. Ia pikir, ia tak memiliki hak untuk mencampuri urusan ayah dan anak tersebut. Jadi ia hanya bisa menghibur dan menangkan Leo saja.

“Kak jadi nanti kalau kamu udah selesai pestanya, kita langsung pulang?”

Pria yang sedang mendekap kekasihnya itu mengangkat sebelah alisnya, “Kak?”

Memang sulit membiasakan diri untuk memanggil seseorang dengan panggilan yang tak pernah ada sebelumnya. Bagi Liya yang baru pertama kali memanggil seorang pria dengan sebutan sayang sungguh membuatnya lelah. Ia pun menghembuskan napasnya.

“Iya maaf sayang... Namanya juga masih belajar.”

“Ya makanya dibiasain dong, kan udah janji mau ngasih aku hadiah karena udah bertahan sejauh ini.”

Liya pun berdecak, “Iya-iya, kan udah dipanggil sayang. Jadi gimana nanti? Langsung balik indo atau gimana?”

Akhirnya pria itu bisa tersenyum menang. Ia pun semakin mengeratkan pelukannya dan mencium gemas pucuk rambut wanita itu, “No sayang... I will show you the beauty of London. Jadi sekarang kamu tidur biar nggak jetlag.”

“Kamu nggak tidur juga?”

Senyuman Leo semakin melebar. Sepertinya wanita itu sudah mulai luluh. Wanita itu tak lagi menolak sentuhannya. Wanita itu bahkan menanyakannya beristirahat juga atau tidak. Bukankah ia sudah membuat wanita itu tunduk?

Namun kali ini ia tak dapat menemani wanita itu karena ada hal yang harus ia urus. Ia pun menggeleng, “Sorry, I have to go. Ada yang harus aku urus, tapi kalau kamu butuh sesuatu panggil aku aja atau David. Dia akan jaga kamu dari luar.”

“Gapapa kan?”

Jika boleh jujur sebenarnya Liya tidak baik-baik saja ketika Leo mengatakan akan pergi. Bagaimana bisa pria itu meninggalkannya di tempat asing seperti ini? Meskipun ada David yang akan terus berjaga tetapi tetap saja tak ada yang ia kenal disini.

Namun Liya tak memiliki hak untuk melarang Leo. Alhasil ia pun hanya mengangguk lesu, “Gapapa.”

“Okey, so have a nice a dream babe,” ucap Leo melumat bibir Liya singkat dan beranjak.

Liya tau ini salah, tetapi sepertinya ia sudah mulai terbiasa dengan perlakuan pria itu. Sepertinya tubuhnya sudah mulai terbiasa dengan sentuhan yang Leo berikan. Bahkan ia sama sekali tak berontak ketika pria itu melumat bibirnya.

Setelah kepergian pria itu, Liya tak kunjung menutup matanya. Ia ingin tidur tetapi tak bisa. Otaknya terus memikirkan banyak hal yang membuatnya pening. Akhirnya ia pun bangun dan berjalan menuju dapur.

Entah mengapa Liya sekarang mudah lapar, mungkin karena faktor penerbangan yang terlalu lama. Namun sayangnya, tak ada apapun di kulkas yang membuatnya bingung harus melakukan apa.

Sekarang Liya bingung harus melakukan apa. Haruskah ia menelpon Leo? Namun belum juga ada setengah jam pria itu meninggalkannya jadi tak enak jika harus mengganggu pria itu.

Lalu apakah ia harus memanggil David dan menyuruhnya untuk membelikannya makan? Tidak, tidak. Hal itu lebih tidak mungkin karena ia belum mengenal pria itu jadi sungkan rasanya menyuruh orang yang belum ia kenal.

Pada akhirnya Liya pun hanya bisa menahan rasa laparnya dan kembali merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Ia mencoba untuk menutup kembali matanya dan melukis mimpi.

...-+++-...

“You look so pretty Liya.”

Pujian tetap tak bisa membuat Liya berdiri dengan percaya diri. Sebenarnya ia tak tau mengapa dirinya juga harus datang ke pesta padahal ia sama sekali tak memiliki kepentingan. Namun paksaan yang Leo berikan akhirnya membuatnya berdiri dengan gaun yang sangat ketat ini.

Margareth, bibi Leo yang juga pemilik butik ini pun terus memuji penampilan Liya. Menurutnya gaun panjang yang press body itu membuat Liya tampak lebih ramping dan tinggi.

Namun entahlah, menurut Liya gaun yang ia kenakan sekarang terlalu ketat hingga rasanya ia sulit untuk bernapas. Apalagi lekukan tubuh dan pundaknya yang terlihat karena gaun ini membuatnya merasa tak nyaman.

“I’m sorry, but do you have another dress I can wear? A dress that’s not tight for me?”

“Kenapa mau ganti? You look like the most beautiful girl in the world, babe.”

Pria yang tiba-tiba masuk ke ruang ganti itupun menginterupsi Margareth yang akan menyahuti Liya. Pria itu pun menyuruh bibinya untuk keluar hingga menyisakannya dan kekasih yang tidak terlihat percaya diri.

“Kak... aku nggak nyaman pakai dress ini. Aku kayak nggak pakai baju tau rasanya. Ketat banget kak, aku nggak suka,” ungkap Liya.

Sepertinya Leo tak sependapat dengan kekasihnya. Ia pun berjalan mendekati wanita itu. Mengalungkan tangannya pada pinggang wanita itu dan mengarahkannya untuk melihat pantulannya di cermin besar yang ada di hadapan mereka saat ini.

“You look stunning,” puji Leo tepat di telinga Liya yang membuat wanita itu merinding.

Perlahan tangan Leo mengelus pundak polos Liya. Kepalanya mendekati leher jenjang Liya hingga wanita itu spontan memiringkan kepalanya.

Kembali jantung Liya berdebar karena sikap pria itu yang membuatnya meremang. Berulang kali pikirannya seolah menyuruhnya untuk menghentikan Leo tetapi tubuhnya seolah menikmati permainan yang pria itu lakukan.

“Kak...”

Seketika Leo menegakkan badannya. Ia menatap wajah wanita di cermin itu dengan serius, “Dont call me kak!”

“Di pesta nanti panggil aku sayang kalau kamu mau aman. Dan jangan jauh-jauh dari aku, paham?”

Perlahan Liya menganggukkan kepalanya, “Tapi kak, emangnya di pesta ada yang bikin aku nggak aman? Ada bahaya apa?”

Oh Tuhan, lama kelamaan kepolosan Liya membuat kesabaran Leo semakin menipis. Pria itu pun menghela napasnya dan mengecup pipi Liya hingga membuat wanita itu semakin bingung.

“Ada apa kak?”

Leo menggeleng, “Cukup satu hal yang perlu kamu tau...”

“I will kill all men who come near you.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!