“Kamu mau bikin aku jadi pelacur?”
Pertanyaan itu berhasil membuat Leo tercengang. Di luar sana banyak wanita yang berpura-pura alim padahal sangat suka jika ia memberikannya kemeja atau bahkan lingerie. Namun binar di kedua mata Liya seolah mengatakan hal lain. Wanita itu terlihat sangat keberatan.
“Kamu nggak mau pake kemeja aku?”
“Nggak. Lebih baik aku pulang basah kuyup dari pada pake itu. Anterin aku pulang aja sekarang.”
Leo hanya bisa menghembuskan napasnya lelah. Mengapa wanita itu terus menerus meminta pulang? Tak betahkah ia di apartemen yang megah ini? Bahkan satu unitnya saja lebih besar dibandingkan kosnya. Lalu mengapa wanita itu tak nyaman di sini?
Kedua tangan Leo perlahan bergerak menggenggam kedua tangan Liya. Ia pun menatap wanita itu dalam, “I’m sorry, okey? Silahkan kamu pilih sendiri baju apa yang mau kamu pake tapi kamu tetep di sini.”
“Kak? Kenapa kamu mau aku tetap di sini? Aku mau pulang kak.”
Lagi. Sekali lagi Liya mengucapkan kalimat yang tak Leo sukai. Pria itu pun segera melepaskan tangannya dan menggebrak lemari kaca itu dengan keras. Tatapannya menajam dan membuat mangsanya bergetar takut.
“Pilih dan ganti baju disini! Malam ini kamu nggak boleh pergi kemanapun!”
Setelah menyelesaikan kalimatnya, Leo segera pergi dari ruangan itu dan menutup pintu dengan keras hingga membuat Liya yang masih mematung di tempatnya kembali mengeluarkan air mata.
Tubuh Liya menyusut ke lantai. Tangisannya semakin mengeras dan membuat kedua bahunya ikut bergetar hebat. Ia tak peduli lagi dengan penampilannya sekarang. Ia hanya ingin menyalurkan emosinya saja. Jadi berikan ia waktu sebentar untuk menghilangkan kesedihannya.
Butuh beberapa menit hingga tangis Liya mereda. Ia pun menarik napas panjang dan beranjak dari tempatnya. Ia mulai memilih pakaian yang ada di lemari itu dengan seksama.
Tubuh Leo yang lebih besar darinya memang membuat pakaian pria itu nampak kebesaran di tubuh Liya. Namun semuanya hanya bisa menutup setengah pahanya. Pun semua celana pria itu terlihat kedodoran dan sangat besar.
Sungguh Liya bingung harus memakai pakaian apa. Butuh waktu lama untuknya memilih hingga ia mengambil sebuah sweater oversize milik Leo. Ia pun mengambil training Leo dan segera memakainya.
Masa bodoh dengan penampilannya yang terlihat acak, yang terpenting ia masih bisa berpakaian tertutup di depan pria itu. Ia tak ingin memperlihatkan sedikit pun auratnya pada Leo, kecuali rambut yang memang tak ia tutupi.
Namun begitu Liya keluar dari walk in closet, ia tak dapat menemukan keberadaan Leo di seluruh penjuru kamar. Ia pun segera keluar dan mencari pria itu di ruangan lain.
Jantung Liya sudah berdetak kencang karena takut pria itu meninggalkannya di apartemen ini seorang diri. Namun ternyata pria itu tengah duduk di sofa ruang tamu dan tengah memainkan ponselnya.
Dengan ragu Liya pun mendekati pria itu. Ia duduk di samping Leo tanpa mengeluarkan suaranya. Namun tanpa mengeluarkan suara pun pria itu bisa mengetahui kehadirannya dan langsung mengamatinya dari atas hingga bawah.
“Maaf aku pakai training kamu juga. Besok aku cuci kok semuanya.”
Tidak. Leo bahkan tak mempedulikan training dan sweater yang wanita itu gunakan. Ia hanya sedikit terkejut karena wanita itu benar-benar sangat menutup dirinya dengan baik. Tidak seperti kebanyakan wanita yang dengan sengaja berpakaian terbuka di depannya.
Sikap Liya semakin membuat Leo tertarik. Pria itu pun menarik tangan Liya ke dalam genggamannya. Ia menatap iris coklat itu dalam-dalam. Entah apa yang berusaha ia cari tetapi beberapa saat kemudian ia pun menghembuskan napasnya.
“Can I ask you some question?”
“Mau nanya apa?”
“Kamu udah pernah pacaran? Atau deket sama laki-laki?”
Wanita itu menggeleng dan membuat Leo terkejut. Ia baru tau jika zaman sekarang masih ada wanita seumuran Liya yang belum pernah berpacaran ataupun dekat dengan lawan jenis. Wow, wajarkah jika ia senang karena dirinya menjadi yang pertama untuk Liya?
“One night stand?”
“Maksudnya?!”
Nada bicara Liya sedikit meninggi. Ia sedikit tersinggung dengan pertanyaan pria itu yang menurutnya di luar batas. Bukankah kelewatan menanyakan hal privasi itu kepada wanita yang baru ia kenal? Oh Tuhan, apakah penampilannya terlihat liar hingga pria itu menanyakan hal itu?
“Sorry... sorry... I know the answer. Belum pernah kan?”
Wanita itu hanya berdehem yang membuat Leo semakin semangat. Ia pun beranjak dan menarik tangan wanita itu untuk mengikutinya. Ia membawa wanita polos itu ke kamarnya dan menidurkannya di kasur king size miliknya.
“K-kak? Kamu nggak akan apa-apain aku kan?” tanya Liya dengan mulut bergetar.
Jujur saja Liya takut karena pria itu belum lama ia kenal dan bisa saja khilaf bukan. Ia mengedarkan pandangannya untuk mengamati apapun yang bisa membantunya. Sialnya hanya ada sebuah vas kecil di atas nakas yang bisa menjadi senjatanya.
Namun cekalan tangan Leo menghentikan aksi Liya. Pria itu terkekeh dan menggelengkan kepalanya tak percaya. Setelah menolaknya berkali-kali, apakah wanita itu juga akan melukainya dengan vas keramik hanya karena ia menariknya ke kasur ini?
Oh Tuhan, banyak sekali wanita yang mengantri untuk tidur bersamanya. Leo bahkan tak perlu bersusah payah untuk menarik wanita ke kasurnya karena mereka sendiri yang biasanya datang ke sini tanpa ia suruh. Namun Liya? Bagaimana bisa wanita itu malah terang-terangan menolak?
“Rileks, sayang... Aku bilang aku nggak akan apa-apain kamu kan. Trust me...”
Tak ada tanggapan apapun dari Liya. Hal itu pun membuat Leo tersenyum dan kembali berbicara, “So, let’s sleep.”
“Kak... tapi kita bukan muhrim.”
Sekali lagi wanita itu berhasil mengejutkan Leo. Baru kali ini ada wanita yang terang-terangan menolak dirinya. Ia tak menyangka jika ia akan memacari wanita alim seperti Liya.
Namun sebesar apapun dosa yang akan ia tanggung Leo tak peduli. Ia pun semakin dalam membawa wanita itu dalam pelukannya, mengabaikan Liya yang terus memberontak.
“Ssttt... Tenang, sayang. Dosanya biar aku yang nanggung jadi kamu tidur aja.”
“Have a nice dream, babe.”
Tak ada sahutan dari Liya. Wanita yang masih berusaha mengatur emosinya itu hanya diam. Entah apa lagi yang harus ia lakukan untuk menjauhkan dirinya dari maksiat ini.
Semua yang Leo lakukan kepadanya adalah yang pertama bagi Liya. Setelah pelukan, genggaman tangan dan ciuman yang baru ia rasakan setelah sembilan belas tahun hidup, apakah ia juga akan merasakan sensasi tidur bersama pria?
Tak ada gunanya lagi memberontak. Liya hanya akan semakin lelah jika terus menolak keputusan pria itu. Ia pun hanya bisa menghembuskan napasnya dan mulai menutup mata.
Berulang kali Liya mengucapkan kalimat pengampunan di hatinya. Namun ia malah semakin bersalah karena pelukan yang pria itu berikan semakin lama semakin nyaman untuknya. Tuhan, ia tau ini tak benar tetapi mengapa hatinya tenang di pelukan Leo?
“Kak?”
“Apa sayang?”
Ternyata pria itu belum tidur. Seharusnya pria itu sudah tidur agar Liya bisa menghentikan kegelisaan ini. Namun ternyata ia salah. Ia pun hanya menggeleng dan kembali memejamkan matanya.
“Sayang... Nikmatin aja apa yang bisa kamu nikmatin. Jangan merasa bersalah karena aku yang akan nanggung semuanya.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments