11 - Why You Do That?

Pagi yang cerah menemani hari wanita yang tengah menggeliat di kasurnya. Perlahan ia pun merebakan tangannya ke tempat sampingnya. Namun ia tak bisa menemukan apapun disana. Hanya kekosongan yang membuatnya membuka mata.

Pria yang telah memaksanya untuk tidur di kamar ini sudah menghilang entah kemana. Liya pun hanya bisa menghembuskan napasnya. Lebih baik ia bersiap untuk pergi ke kampus. Namun tubuhnya terjingkat ketika netranya melihat barisan perempuan yang berdiri di depan ranjang.

“Kalian siapa?” tanya Liya takut.

Salah satu dari wanita itu pun berjalan mendekati Liya. Wanita itu menunduk sebentar seraya tersenyum, “Perkenalkan saya Marline. Saya yang bertanggung jawab untuk penampilan nona seperti perintah tuan Leo.”

“Terus Kak Leo nya mana?”

“Saya tidak tau, mungkin sedang ada urusan.”

Oh Tuhan, baru juga beberapa hari berurusan dengan Leo tetapi sudah begitu banyak hal baru yang terjadi pada Liya. Ia pun memegang kepalanya yang sangat pening. Ia segera mengambil ponselnya.

Sekali lagi lagi Liya berhasil dibuat terkejut kala melihat ada satu nama asing di antara kontaknya. Tertulis ‘My Hubby’ kontak itu yang membuatnya menutup wajah. Pria itu memang selalu melakukan apapun yang ingin ia lakukan.

Tanpa pikir panjang, Liya pun segera menekan tombol telepon dan mendekatkan ponselnya di samping telinga. Tak lama kemudian, panggilan itu pun tersambung.

“Morning, babe. Sebelum kamu nanya, aku mau jelasin kalau mulai hari ini Marine adalah stylish yang akan bantu kamu buat milihin outfit dan make up kamu.”

“Tapi buat apa kak? Aku bisa pulang dan pake baju aku sendiri kan?”

Terdengar decakan dari seberang sana, “Nggak ada bantahan! Setengah jam lagi aku sampai apart jadi kamu harus udah siap dan aku anterin ke kampus.”

“Tapi kak-“

Tut!

Pria itu telah mematikan panggilan sepihak. Sungguh, Liya tak tau mengapa pria itu senang sekali membuang uang untuk hal-hal yang tak penting seperti ini. Atau apakah memang semua orang kaya memang memiliki kebiasaan seperti Leo?

Padahal tinggal mengantar Liya pulang dan membiarkannya memakai pakaiannya sendiri, tetapi pria itu malah memilih untuk menghamburkan uang dan menyusahkan orang lain hanya untuk memilihkan outfit dan makeup.

“Nona? Bisa kita mulai sekarang?”

Pertanyaan Marine membuyarkan lamunan Liya. Wanita itu pun mengangguk ragu, “Sebentar ya kak, aku mau mandi sebentar.”

“Baik nona.”

...-+++-...

Hanya butuh beberapa menit untuk Liya selesai membersihkan dirinya. Ia pun sudah menggunakan bathrobe dan sedang memilih outfit yang sudah Marine pilihkan untuknya.

Dress setengah lutut, crop top, rok mini, semuanya tak ada yang Liya sukai. Ia pun langsung menolak semua outfit itu mentah-mentah. Apakah Marine tak tau jika kampus memiliki peraturan untuk berpakaian sopan? Tetapi mengapa wanita itu terus memiliki baju yang kekurangan bahan kepadanya?

“Kalau yang ini bagaimana?”

Kali ini Marine menunjukkan setelan kargo pants dan kemeja crop yang terlihat lebih sopan dari tiga setelan sebelumnya. Namun sekali lagi Liya menggeleng. Bahkan setelan ini pun masih memperlihatkan sedikit perutnya. Tentu saja ia tak mau. Perut nya yang sedikit buncit pasti akan terlihat.

“Kak, yang biasa aja ada nggak? Kemeja biasa sama jeans aja deh gapapa. Maaf banget tapi aku nggak bisa pake yang aneh-aneh gini kak.”

“That’s a good outfit. Kenapa kamu nggak mau pake?”

Suara berat yang tepat berdengung di sebelah telinga nya itu membuat Liya terkejut. Ia pun melebarkan matanya seraya memukul lengan Leo dengan keras. Sungguh ia tak peduli dengan tatapan orang lain yang tengah memperhatikan mereka.

Dengan kekesalan yang sudah memuncak, Liya menarik pria itu menuju walk in closet. Ia menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan memberikan tatapan tak sukanya pada pria itu.

“Kenapa kamu nggak minta izin dulu ke aku kalau mau bawain aku stylish?”

Bukannya merasa berdosa, pria itu malah duduk dengan santai di sofa yang ada dan menarik wanita itu ke atas pangkuannya. Tangannya mengalung di pinggang Liya yang membuat wanita itu meremang.

“Kamu liat di sini ada baju perempuan nggak?”

Wanita itu merotasi kepalanya dengan gerakan lambat dan mengamati sekitarnya. Memang tak ada satu pun pakaian perempuan di ruangan itu. Namun apa hubungannya dengan rasa kesalnya?

“Terus ken-”

“Diam dan dengerin aku baik-baik... Ruangan ini nantinya akan diisi juga sama pakaian dan aksesoris kamu, jadi tugas Marine disini buat bantu kamu milih mana pakaian yang cocok buat kamu dan pakaian apa yang kamu mau. That’s it.”

Leo mendekatkan wajahnya pada telinga Liya, “Tapi kayaknya kamu lebih cocok pakai bathrobe ini. Gimana kalau kamu pakai ini terus di apart? You’re so beautiful with this outfit.”

Seketika netra Liya melebar dan menjauhkan pria itu. Ia mengeratkan bathrobenya dan menatap pria itu tak suka, “Jangan macem-macem ya kamu!”

Apa dosa Liya hingga memiliki kekasih mesum seperti Leo? Bagaimana bisa pria itu mengatakan hal vulgar tanpa merasa bersalah sedikit pun?

Namun kepanikan Liya berhasil membuat Leo tertawa. Ia pun semakin mengeratkan tangannya pada pinggang Liya, “Kenapa kamu takut banget sama aku? Come on, aku nggak bakal gigit kamu sayang.”

“Gi-gimana nggak takut kalau kamu kayak gitu.”

“Kayak gitu gimana?”

“Y-ya kayak gitu,” cicit Liya mengalihkan pandangannya.

Bagaimana bisa Tuhan menciptakan manusia selucu Liya? Mengapa Leo baru bertemu dengan Liya? Wanita polos itu telah membuatnya menggila. Kepolosan dan keluguan Liya membuat ingin terus bermain-main.

Dengan sengaja Leo pun mengelus paha dalam Liya hingga membuat wanita itu semakin meremang dan melebarkan netranya. Tatapan mesumnya beradu dengan senyum nakal yang ia tampilkan.

Apakah ia akan merusak Liya sekarang? Tidak, Leo tak akan melakukannya sekarang karena ia masih ingin bermain halus. Ia hanya ingin membiasakan wanita itu dengan sentuhannya saja.

“Close your eyes and trust me.”

Bukannya menolak, wanita itu justru mengikuti perintah Leo. Sungguh Liya pun tak tau mengapa ia bersikap seperti ini. Pria itu jelas telah melecehkannya tetapi mengapa ia malah diam saja dan memberikan ruang bagi Leo? Harus nya ia mendorong pria itu dengan keras tetapi malah diam dan menikmati permainan Leo seperti ini?

Sengatan pada lehernya semakin membuat Liya kehilangan akal. Kecupan yang pria itu berikan pada lehernya membuat kesadarannya perlahan terenggut. Kecupan itu semakin turun dan turun hingga mencapai perbatasan leher dan dadanya.

Wanita itu sudah sangat pasrah tetapi di saat yang bersamaan Leo menyudahi aksinya. Pria itu memperhatikan hasil karyanya dengan bangga. Bekas kemerahan yang berhasil ia torehkan pada beberapa bagian tubuh Liya membuat senyumnya mengambang.

Namun tiba-tiba isak tangis membuat Leo terkejut. Ia pun menatap wanita yang sudah menutup wajahnya itu dengan bingung, “Hey, ada apa?”

“Aku udah kotor kak.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!