"Will you be my girlfriend?"
Satu kalimat yang baru pertama kali Liya dengar membuat gadis itu mematung. Jujur, ia tak tau bagaimana harus bersikap. Ia terlalu terkejut dengan apa yang ia dengar. Bagaimana bisa pria asing yang baru bertemu dengannya beberapa kali sudah berani mengatakan cinta kepadanya?
Dengan ragu Liya menggeleng, "Kak Leo nggak bercanda kan? Kalau iya nggak lucu tau kak."
"Ngapain gue bercanda?"
"Tap-tapi, kenapa Kak Leo bisa ngomong gitu? Maksudku, kita baru ketemu beberapa kali itu juga karena nggak sengaja. Kita bahkan nggak sedeket itu sampai kakak bisa tiba-tiba confess ke aku."
Leo menghela napasnya. Pria itu berjalan mendekati Liya. Semakin dekat hingga membuat wanita itu memundurkan langkahnya. Jujur sikap Liya membuatnya terkejut. Liya adalah wanita pertama yang menolaknya bahkan menjauhinya seperti ini.
Dengan cepat Leo mencengkram bahu kiri Liya dan memberikan tatapan elangnya, "Apa ini udah bikin kita deket?"
Tatapan itu membuat tubuh Liya bergetar takut, "Mak-maksud aku bukan deket kayak gini tap-"
"Gue tau. lo ragu kan sama gue. Tapi gue beneran suka sama lo. Mungkin sejak kejadian ibu hamil itu.”
Pikiran Liya mundur jauh menuju kejadian ibu hamil yang kontraksi di depannya. Saat itu sikap Leo memang manis kepadanya walaupun pada awalnya ia masih melihat kekesalan di mata Leo. Ia bisa melihat sisi baik Leo. Namun itu tak cukup untuk meyakinkan Liya agar menerima perasaan Leo.
Wanita itu kembali menggeleng dan menunduk, "Maaf aku ngga bisa kak."
Leo menghela napasnya, "Gue harus apa biar lo nerima gue?"
"Aku nggak tau. Jawabannya nggak ada di buku kan?"
Leo tersenyum kecut mendengarkan pertanyaan retoris itu. Ia semakin menguatkan cengkeraman pada bahu Liya, "Nope. Gue udah mutusin! Mulai sekarang Lo jadi pacar gue. Nggak terima bantahan."
Sedetik kemudian pria itu mendekatkan wajahnya pada wajah Liya. Mendekatkan bibirnya dan mengecup singkat bibir peachy Liya hingga membuat wanita itu mematung.
Wanita itu hanya dapat mengerjap hingga ia tersadar apa yang telah terjadi. Ia pun memukul lengan Leo dan menatapnya tak suka, "Ini buat suami aku!"
Protes itu tak akan mempan bagi Leo. Pria itu hanya terkekeh dan kembali mengecup bibir Liya. Ia bahkan mengubah kecupan itu menjadi lumatan kecil sebelum mengecup kedua pipi, bahkan kening Liya.
"Gue pacar lo sekarang. Jadi…" Leo menatap Liya dari ujung kepala hingga ujung kaki, "Semua ini milik gue."
Liya hanya bisa menggeleng tak percaya, "Tapi aku belum nerima Kak Leo jadi pacar aku."
Perlakuan yang pria itu berikan membuat Liya merasa seolah dilecehkan. Baginya seluruh tubuhnya hanya untuk suaminya saja. Kecupan bahkan ciuman hanya ingin ia lakukan dengan suaminya ketika sudah sah. Namun Leo? Pria itu justru mencuri ciuman pertamanya tanpa merasa bersalah.
Benar, Leo memang tak pernah menerima penolakan. Karena itu ia pun tak senang melihat sikap Liya yang seakan jijik dengannya. Seketika tatapannya mendingin. Ia pun segera menarik tengkuk Liya dan melumat bibir itu, memaksakan lidahnya untuk mengabsen deretan gigi Liya.
Tak peduli dengan kondisi Liya yang mulai kehabisan napas, ciuman Leo semakin liar. Tangannya juga mulai bergerilya yang membuat Liya semakin berontak.
Berulang kali wanita itu memukul dada Leo tetapi tak ada hasil apapun. Pada akhirnya ia pun hanya bisa pasrah saat oksigen yang ada di tubuhnya benar-benar menipis.
Tepat pada saat oksigen yang hampir satu persen, Leo akhirnya melepas pagutan itu dan kembali menatap wanita yang tengah terengah-engah. Ia tersenyum seraya menggerakkan tangannya untuk membelai pipi Liya.
“Gue nggak nerima penolakan sayang.”
Baru kali ini Liya merasa terhina. Ia pun hanya bisa menatap tajam kedua iris biru itu. Kedua tangannya telah terkepal tanpa bisa ia gerakkan untuk memukul tubuh Leo lagi.
“Aku mau pulang!”
...-+++-...
“Dia psychopath!!”
Citta dan Erina tak berhenti misuh setelah Liya menceritakan segala yang ia alami kepada mereka. Sedangkan Kia hanya dia merangkul bahu Liya. Mengusapnya perlahan untuk memberikan kekuatan pada wanita itu.
Kia pikir sikap Citta dan Erina tak akan membantu untuk menenangkan Liya. Ia pun menatap kedua temannya bergantian dan membulatkan netranya agar kedua temannya itu diam.
Kedua wanita itu pun akhirnya menutup mulutnya dan memeluk Liya dan membuat wanita itu mengusap air matanya. Wanita itu tersenyum, “Aku gapapa kok.”
“Kamu jadi mau gimana sekarang?”
Liya hanya menggeleng, “Aku nggak tau. Mungkin tetep kayak biasanya aja. Aku juga nggak yakin kalau Kak Leo serius jadi, mungkin aja dia nggak akan datengin aku lagi kan karena udah dapet apa yang dia mau.”
“Tapi kamu nggak akan balas apapun? Maksud aku tuh Kak Leo udah kelewatan banget, Ya,” ucap Citta greget.
Kembali Liya menggeleng, “Nggak, aku nggak mau sia-siain tenagaku buat Kak Leo. Tapi kalau dia seenaknya lagi baru aku akan bertindak.”
Banyak kejadian yang lebih berat daripada dilecehkan oleh Leo. Karena itu tak ada waktu untuknya terpuruk hanya karena seorang pria. Ia sudah melalui tahun-tahun yang lebih berat dari ini.
Huft, Liya menghembuskan napasnya dan beranjak, “Ya udah yuk balik kampus. Udah mau praktikum.”
...-+++-...
Asistensi kali ini terasa begitu lama. Bertemu kembali dengan Alata dan asisten lain yang membuat kepala Liya semakin pening. Ia hanya diam dan mengabaikan teman-temannya yang antusias menanyakan banyak hal untuk mendapatkan poin hingga sampai di penghujung asistensi.
"Baiklah sampai disini dulu asistensi kali ini. Kalian boleh kembali, selain Aurellia Aurita Quinn.”
Sang pemilik nama tak menggubris sama sekali. Ia masih bergelut pada pikirannya hingga membuat Kia yang duduk di sampingnya turun tangan. Kia menyenggol lengan Liya dengan keras untuk menyadarkan wanita itu.
Liya yang terkejut pun spontan berdiri, "Hadir kak," ucapnya lantang sambil mengangkat tangannya.
Semua yang ada di kelas itupun tertawa, termasuk asisten yang sedang berdiri di depan kelas. Sungguh Liya sangat malu saat ini. Ia pun kembali duduk dan menenggelamkan wajahnya pada meja, "Aku malu banget, sumpah!"
“It’s okey...”
Sesaat kemudian para praktikan mulai meninggalkan kelas, menyisakan Liya, Citta, Kia, Erina dan para asisten tentunya. Dengan langkah berat Liya berjalan mendekati asisten.
"Lo tadi tidur ya? Enak banget tidur," tuduh Zailla.
Liya benar-benar muak dan tak ingin menanggapi. Ia pun langsung menatap Alata yang merupakan koas praktikum ini, "Jadi ada apa ya kak?"
"Beruntung banget ya praktikan kayak gini dipilih sama dosen. Lo yang kemarin dibawa pergi ama Kak Leo kan?" celetuk Zailla lagi membuat Liya semakin geram.
Asisten planktonologi kali ini memang benar-benar diluar batas. Liya tau jika Zailla salah satu fans Leo yang tak menyukainya, tetapi apakah Zailla harus mencampurkan urusan pribadi dengan akademik? Sangat tidak profesional!
"Kenapa jadi bawa-bawa Kak Leo ya kak?" tanya Liya pada akhirnya. Ia sudah benar-benar jengah.
Melihat suasana yang mulai memanas akhirnya membuat Alata mengeluarkan suara "Udah stop!" tegasnya.
"Zai, lo diem dulu. Dan buat lo…" Alata beralih kepada Liya, "Lo diminta Pak Sam buat dateng ke ruangannya."
"Baik," singkat Liya. Ia pun menunduk sekejap dan meninggalkan para asisten itu. Sudah tak betah dirinya berlama-lama di sana.
Kepergian Liya diikuti oleh ketiga temannya. Wanita itu sedikit terkejut ketika menyadari bahwa Alata ikut berjalan di belakangnya. Namun ia memilih untuk diam dan tetap berjalan ke ruangan Sam setelah menyuruh ketiga temannya untuk pulang terlebih dahulu.
Di dalam ruangan Sam, dosen itu segera menyuruh kedua mahasiswanya untuk duduk. Ia langsung menjelaskan tujuannya memanggil kedua mahasiswa itu. Ia menawari Alata dan Liya untuk mengikuti PKM dengan studi kasus yang ia berikan.
Sepertinya tahun ini prodi mereka memang kekurangan mahasiswa yang berminat mendaftar PKM sehingga dosennya yang harus turun tangan. Setelah bernegosiasi, akhirnya Liya dan Alata pun menyetujuinya dengan Alata sebagai ketua.
Sebelumnya Liya tak pernah berpikir untuk mengikuti kompetisi karya ilmiah seperti ini, apalagi dengan Alata. Bahkan untuk fokus ke mata kuliah yang satu ini saja sulit baginya.
Liya menghela napasnya, "Kak kalau gitu aku permisi dulu ya," pamitnya setelah keluar dari ruangan Sam.
"Lo pulang sama siapa?"
"Jalan. Deket kok dari sini. Lima menit juga sam-"
"Nggak. Gue anter lo," putus Alata yang langsung ditolak oleh Liya.
Wanita itu tak ingin berurusan lagi dengan Alata. Ia tak ingin menjadi bahan perbincangan lagi setelah apa yang ia dapatkan ketika Leo membuat ulah, "Nggak usah kak. Aku jalan aja. Tapi makasih."
"Tapi udah malem jadi-."
"Gue yang anter dia pulang."
Ucapan Alata terhenti ketika seorang pria memotongnya. Leo. Pria itu berjalan mendekati Liya dan Alata. Ia merangkul wanita itu tanpa malu dan menatap Alata dengan sengit.
"Gue yang bakal anterin pacar gue pulang!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments