EC Corperation merupakan perusahan besar yang berpusat di London. Perusahaan yang dipimpin oleh Eddy bergerak dalam berbagai bidang seperti otomotif, properti dan banyak bidang lain.
Selama satu tahun ke belakang, EC Corperation berniat untuk memperluas cabangnya pada bidang pertambangan. Karena itu EC Corperation membutuhkan kerjasama dengan Wilfred Company untuk membantu menyukseskan proyek mereka.
Karena alasan bisnis inilah yang membuat Eddy memanfaatkan putra semata wayangnya untuk menikah dengan putri bungsu keluarga Wilfred. Ia ingin kerjasama yang terjalin diantara kedua pihak tak bisa berakhir.
Berulang kali Leo menolak perjodohan konyol yang diciptakan ayahnya. Apalagi ketika ia mengetahui bahwa wanita yang akan dijodohkan dengannya merupakan wanita rendahan yang membuatnya ingin muntah.
Leo bahkan tak peduli lagi dengan ancaman Eddy yang akan mencabutnya dari ahli waris EC Corp jika ia tak menuruti kemauan ayahnya. Ia bahkan sudah melayangkan pengunduran dirinya sebagai direktur EC Corp tetapi ayahnya sendiri yang menolak hal itu berulang kali.
Pertunangan yang terjadi antara Leo dan Lucy adalah suatu hal yang tak pernah Leo inginkan. Bahkan pertunangan itu terjadi karena paksaan Eddy yang menjadikan ibunya sebagai ancaman.
Sungguh Leo tak mengerti dengan pola pikir ayahnya yang telah meninggalkan keluarganya demi seorang jalang malah menyusahkan keluarga yang ia tinggalkan.
Ingin sekali Leo membunuh pria itu, tetapi bersyukurlah Eddy karena ibunya selalu melarang hal itu. Karena itu ia harus melakukan permintaan Eddy agar pria itu tak mencelakai ibunya.
Perjodohan yang terjadi hanya bisa dibatalkan jika Lucy ingin mengakhiri perjodohan ini. Keluarga Wilfred telah menyerahkan semua keputusan di tangan Lucy. Jadi selama wanita itu menerima perjodohan mereka, maka Leo akan selalu berhubungan dengan Lucy dan keluarganya.
Dengan terpaksa Leo menceritakan semuanya kepada Liya agar wanita itu percaya kepadanya. Ia tak ingin Liya meninggalkannya karena cerita Lucy yang tidak benar.
Leo masih membutuhkan Liya untuk membuat Lucy cemburu dan membatalkan perjodohan mereka, karena itu ia tak ingin Liya meninggalkannya sebelum tujuannya tercapai.
“Trust me, okey? Kamu boleh tanya Egra atau bunda kalau kamu nggak percaya sama aku.”
Saat ini Liya tak tau lagi harus mempercayai apa dan harus berbuat apa. Semua hal yang baru ia dengar sangat berat untuk ia terima. Ia memerlukan waktu untuk menilai mana yang benar dan mana yang salah.
“Aku butuh waktu kak.”
“Okey, take your time.”
Leo segera menyalakan mobilnya dan melajukannya. Akhirnya Liya bisa bernapas lega karena ia pikir ia bisa segera membersihkan dirinya yang semakin kotor. Ia ingin segera menghilangkan semua bekas sentuhan pria gila itu dan beristirahat.
Namun setelah lebih dari satu jam perjalanan, mobil yang Leo kemudikan malah berjalan mendekati bibir pantai. Pria itu menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah kecil di pinggir pantai yang membuat jantung Liya kembali berdebar.
“Kak... kita ngapain di sini?’ tanya Liya mengeratkan lagi jas yang ia gunakan.
“Don’t scare, aku bawa kamu kesini karena aku ingin kamu bisa ngeliat sunrise. Gapapa kan? Semua kebutuhan kamu udah David siapin di sana jadi kamu bisa langsung bersih-bersih.”
Butuh beberapa saat bagi Liya untuk menganalisa kebohongan yang ada di kedua netra Leo. Namun ia sama sekali tak menemukannya. Ia merasa pria itu jujur dan membuat jantungnya kembali berdetak normal. Ia pun menghembuskan napas lega.
“Jadi, kita turun sekarang?”
Liya hanya mengangguk dan menunggu pria itu turun dan membukakan pintu untuknya, membiarkan pria itu menuntunnya menuju rumah yang pertama kali ia datangi.
Begitu masuk ke dalam rumah itu, netra Liya langsung dipenuhi oleh papan surfing dan alat-alat lukis yang membuatnya berdecak kagum. Lukisan-lukisan yang terpampang di dinding dan beberapa sketsa di meja membuatnya tak menyangka jika Leo memiliki hobi yang menyenangkan.
Binar di mata Liya membuat Leo tersenyum bangga, “Dont you know that your boyfriend is perfect?”
Ucapan Leo mengalihkan atensi Liya. Kedua pipinya seketika memerah karena tertangkap basah sedang mengagumi keindahan rumah ini. Segera ia menghindari iris biru itu.
“Kamu sendiri yang ngelukis ini?”
Dengan bangga Leo mengangguk seraya tersenyum, “Kamu mau aku buktiin?”
“Kamu bisa?”
“Kamu ngeraguin aku?”
Dengan polos Liya mengangguk. Terlalu banyak hal yang terjadi dan membuatnya semakin ragu dengan Leo. Karena itu ia pun sulit untuk mempercayai pria itu.
Namun tanggapan Liya membuat Leo terkekeh kecil dan menangkup kedua pipi Liya dengan gemas. Ia menatap wanita itu dengan penuh keyakinan, ‘Trust me, babe.”
“Kalau kamu mau liat aku ngelukis, kamu bersih-bersih dulu deh selagi aku nyiapin alat-alatnya. Nanti kamu bisa nilai sendiri hasil lukisan aku.”
Wanita itu segera menuruti perintah Leo. Ia segera membersihkan dirinya dan berganti piyama panjang yang membuatnya lebih nyaman. Sedangkan Leo segera menyiapkan alat-alat lukisnya dan menatanya di sofa teras.
“Kak,” panggil Liya membuat pria yang baru selesai menata alat lukis itu menoleh.
“Udah selesai bersih-berih?”
Wanita itu mengangguk dan membuat Leo kembali mengeluarkan suaranya, “Udah lebih nyaman?”
Kembali wanita itu mengangguk. Leo pun segera menarik tangan wanita itu agar duduk di sampingnya. Ia mengamati pemandangan sekitar sebelum menatap kekasihnya teduh.
“Kamu mau aku ngelukis apa?”
Liya hanya mengedikkan bahunya, “Terserah.”
Mengapa perempuan sering sekali mengatakan kata terserah? Sebenarnya apa arti dari kata terserah bagi perempuan? Entahlah, Leo juga tak memahaminya. Namun kali ini ia sudah memutuskan untuk melukis pemandangan laut dengan bulan purnama yang menerangi malam ini.
Pria itu mulai menggoreskan cat air pada kanvas dengan kuas besar. Ia mulai mencoret-coret berbagai warna gelap untuk menciptakan ilusi malam hari yang indah. Selanjutnya ia mulai menggambar detail-detail lain seperti bintang dan bulan yang membuat lukisannya terlihat indah meskipun belum selesai.
Liya yang mengamati proses pembuatan lukisan itu hanya bisa memandang takjub. Ia tak menyangka jika kekasihnya itu juga merupakan pelukis yang ahli. Setelah mengetahui keahlian Leo dalam bidang memasak, ia juga akhirnya tau jika pria itu sangat pandai melukis.
Leo memang definisi laki-laki sempurna. Pria itu memiliki wajah yang tampan, mapan di usia muda, dan memiliki banyak bakat. Wajar jika banyak wanita menginginkan pria itu. Namun mengapa pria itu memilihnya diantara banyak wanita lainnya?
Tanpa sadar Liya menghembuskan napasnya dan menyandarkan kepalanya pada bahu Leo hingga membuat pria itu menoleh. Ia terlalu fokus pada lukisan Leo dan pikirannya. Yang ia rasakan saat ini hanyalah nyaman dan tenang.
Bibir Leo pun tersungging tanpa berniat mengeluarkan suaranya. Ia tak tau mengapa hatinya menghangat ketika wanita itu jatuh pada tubuhnya dengan sukarela. Rasanya ia bangga pada dirinya sendiri karena telah berhasil membuat Liya nyaman. Ia pun kembali melanjutkan lukisannya.
“Kamu sejak kapan belajar ngelukis sampai jago kayak gini?”
Pertanyaan Liya membuat Leo menoleh. Ia pun berdengung, “Emmm, sejak lima tahun yang lalu? Waktu itu pas tangan aku patah tulang dan di operasi, dokter sama psikolog aku nyaranin buat aku coba ngelukis pelan-pelan buat latihan otot tangan sekalian penyembuhan mental.”
“Busa dibilang melukis adalah peralihan biar aku nggak bunuh diri waktu itu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments