Family Time

"Yang mulia pangeran, saya izin masuk sambil membawa seseorang." Izin Tera sopan didepan pintu kamar Theo.

Theo yang sedang membaca buku kini menghentikan aktivitasnya dan duduk manis dengan tenang.

"Masuk."

Tera masuk dengan seorang wanita. Wajah itu rasanya tak asing bagi Theo, seperti mirip seseorang.

"Salam matahari kecil kekaisaran, yang mulia pangeran Theodore. Saya Synta Lokey yang akan menjadi ibu asuh anda." Ucap Synta sopan sambil membungkukkan badannya.

"Nah, pangeran, beliau akan menjadi ibu asuh anda mulai saat ini. Mungkin setelah anda dewasa, beliau akan menjadi dayang pribadi anda, jadi tolong bekerja sama yang baik dengannya." Jelas Tera.

Theo tersenyum manis lalu mengangguk paham. Tera pun beralih pandangan pada Synta.

"Synta, tolong jaga pengeran dengan baik ya. Beliau adalah orang yang lembut dan polos." Ucap Tera.

Synta yang mengetahui sifat asli dari pangerannya itu hanya tersenyum mengiakan membuat Tera merasa lega.

"Kalau begitu saya pamit, yang mulia. Lusa anda akan kedatangan guru untuk akademik, jadi saya harap anda bersemangat ya!" ucap Tera lalu membungkuk dan pergi dari ruangan.

Theo diam memperhatikan Synta yang juga ikut terdiam.

"Kau ibunya Geran ya?" tanya Theo, Synta menunduk.

"Benar yang mulia, saya senang anda mengetahuinya." Jawab Synta.

"Kalian hanya terlihat mirip, aku iri."

Synta mengerutkan alisnya dan memperhatikan Theo yang sedang bergerak menuju rak buku.

"Iri? Bukankah yang mulia justru lebih mirip yang mulia permaisuri daripada baginda?"

Theo membalikkan badannya menatap Synta dengan mata berbinar.

"Apakah itu benar?"

Synta tersenyum senang melihat Theo berbahagia. Ternyata bahagianya cukup simpel ya.

"Tentu yang mulia. Bahkan sepanjang sejarah, baru kali ini ada pangeran dengan rambut perak yang bertolak belakang dengan cirikhas keluarga kaisar yang berambut hitam! Itu artinya pangeran lebih mirip yang mulia permaisuri." Jelas Synta membuat hati Theo sedikit tenang.

"Aku tidak akan memanggilmu ibu asuh, ibuku hanya satu. Aku akan memanggilmu bibi." Ucap Theo.

"Silahkan panggil saya Synta yang mulia." Sahut Synta sopan.

"Tidak, karena kamu ibu temanku, aku akan memanggilmu lebih sopan." Balas Theo.

Synta tersenyum senang lalu membungkukkan kepalanya.

"Suatu kehormatan bagi saya jika anda begitu."

.

"Yvonne sedang apa?" tanya Neil sambil berkutat dengan dokumen.

"Yang mulia permaisuri sedang mengurus dayang dan pelayan di istananya. Kemarin sempat terjadi sedikit kekacauan makanya hari ini dia membereskan para pelayan." Jelas Geran, Neil mengangguk singkat.

"Kalau pangeran?" tanya Neil kembali.

"Setelah berkenalan dengan istri saya untuk menjadi ibu asuh, beliau bermain pedang dengan anak saya, Geran." Jelas Gowen kembali, Neil pun mengangguk kembali.

Gowen melihat atasannya itu semakin sibuk setelah menikah. Padahal keluarganya yang ia cari selama bertahun - tahun sudah berkumpul, tapi mereka malah sibuk masing - masing begini. Itu tidak baik untuk masa depan pangeran.

Gowen melirik kearah jendela dan melihat ada pangeran dan anaknya sedang bermain bersama. Namun matanya membelak begitu melihat bahwa Theo bisa menggunakan sihir.

"Ah, apa pangeran penyihir?" tanya Gowen membuat Neil terhenti dari aktivitasnya.

"Kau melihatnya dimana?" tanya balik Neil.

"Itu, yang mulia pangeran mengeluarkan mana pada pedangnya." Jelas Gowen, Neil menghela nafas.

"Itu yang ingin aku tanya padamu. Apa silsilah keluarga Jadeveuzs melahirkan penyihir? Kekaisaran tidak mungkin menghasilkan penyihir karena selama beberapa generasi pun tidak ada yang menurunkan bakat sihir."

Gowen berpikir sejenak.

"Setahu saya penyihir di dunia ini hanyalah kaisar pertama, yang mulia.Karena beliau diberkahi langsung oleh dewi kekuatan jadi bakat itu tidak bisa diturunkan." Jelas Gowen membuat Neil makin khawatir.

Gowen memperhatikan kekhawatiran itu. Ia juga sempat bertanya - tanya, bagaimana pangeran yang masih segitu kecilnya sudah bisa mengangkat pedang seperti sword master itu?

"Jika aku memberitahu Yvonne, dia akan khawatir kan? Mungkin aku harus menyuruh Theo untuk menyembunyikan bakatnya sampai dia dinobatkan." Ucap Neil, Gowen mengangguk setuju.

"Benar yang mulia, lebih baik para bangsawan tidak mengetahui hal itu agar mereka tidak berbondong - bondong menyakiti pangeran." Balas Gowen, Neil mengangguk sambil memikirkan sesuatu.

Gowen yang menyadari itu ikut penasaran dan memberanikan diri untuk bertanya.

"Apa ada yang anda khawatirkan yang mulia?" tanya Gowen, Neil meliriknya.

"Aku harus melaksanakan liburan dengan keluargaku."

.

Yvonne menghela nafas setelah menyelesaikan semua permasalahan istananya. Juyi, pelayan pribadi Yvonne dahulu sudah kembali dan melayaninya.

"Apa yang mulia pangeran sudah mempunyai ibu asuh?" tanya Juyi sambil menuangkan teh digelas Yvonne.

Yvonne melirik Juyi lalu berpikir sejenak.

"Aku sudah menitipkan itu pada bulter istana kaisar, kalau mengikuti jadwal pangeran sudah bertemu dengannya." Jelas Yvonne, Juyi mengangguk pelan.

"Bagaimana jika anda mengunjungi pangeran? Sepertinya anda sudah lama tidak bertemu?" tawa Juyi.

"Ah, benar. Bahkan kita jarang sarapan bersama lagi karena aku dan Neil sibuk. Kalau begitu ayo segera bersiap menemui pangeran!" seru Yvonne yang langsung dibantu oleh para dayangnya.

Beberapa saat setelah menyelesaikan persiapannya, permaisuri datang ke istana kaisar begitu mendengar bahwa pangeran sedang bermain di taman sana.

Yvonne melihat anaknya sedang bermain pedang dengan anak Gowen. Wanita itu tersenyum senang sambil mensyukuri betapa senangnya dia mempunyai anak sehebat Theo.

"Salam yang mulia permaisuri." Ucap Geran begitu melihat Yvonne tak jauh darinya.

Theo yang terkejut mendengar itu membalikkan badannya dan tersenyum begitu melihat Yvonne tengah menghampirinya.

Theo pun membuang pedangnya asal lalu berlari kecil menghampiri Yvonne.

"Ibu!" sapa Theo sambil menghamburkan pelukkan.

"Ya ampun.. tidak bertemu beberapa hari sepertinya anak ibu bertambah besar! Apa yang sedang kamu lakukan nak?" tanya Yvonne membungkukkan dirinya.

"Aku sedang latihan pedang, apa ibu mau ikutan?" tawar Theo dengan mata berbinar.

Yvonne hanya tersenyum membalasnya. Boro - boro ikutan, memegang pedang saja dia tidak bisa.

Yvonne mengelus rambut Theo membuat anak itu bergelaut manja.

"Mending kita kunjungi ayahmu? Lalu kita makan camilan yang banyak!" ajak Yvonne, mata Theo langsung membelak berbinar - binar.

"Ayo! Kita family time!" seru Theo dengan wajah gembiranya.

Theo memegang tangan ibunya untuk berjalan bersama menuju ruang kerja kaisar. Synta dan Geran yang melihat itu menghela nafas karena tak habis pikir dengan kepribadian yang berbeda pangeran mereka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!