Yvonne menarik - narik lengan Theo cukup keras membuat anak itu meringis kesakitan.
"Ibu, tanganku sakit.. apa tidak boleh dilepas?" tanya Theo menyadarkan Yvonne. Yvonne langsung melepaskan cengkramannya dan mengusap wajahnya gusar.
"Ibu apa aku melakukan kesalahan?" tanya Theo kembali dengan wajah sedihnya, Yvonne menghela nafas.
"Theo, jika kamu mengatakan seperti tadi, orang - orang jelas mengira bahwa warna matamu sekarang itu bukan warna mata asli!" seru Yvonne, Theo baru terkejut menyadarkan sesuatu.
"Ah, apa paman termasuk orang yang tidak boleh tahu? Aku kira paman adalah orang yang boleh tahu karena dia adalah yang mulia kaisar."
Yvonne menghela nafasnya kembali. Justru yang mulia kaisar lah yang paling tidak boleh tahu identitas asli dari Theo.
"Mulai sekarang hindari kontak berlebih dengan yang mulia, jika yang mulia tahu warna asli matamu, ia akan menghukum ibu." Jelas Yvonne menakuti.
Theo yang sangat menyayangi ibunya itu jadi ketakutan dan mengangguk demi keselamatan orang tersayangnya.
"Theo!"
Theo dan Yvonne melirik kearah suara yang langsung membuat wajah Theo bersinar kembali.
"Helina!"
Theo berlari kecil menghampiri Helena lalu mengobrol bersama. Disana juga ada Kani membuat Yvonne sedikit tenang lalu berjalan menghampiri tempat makan yang biasa ia jual sayuran.
"Bibi, aku mem--"
"Berhenti disana!"
Yvonne membelakkan matanya, ia melilhat para pengawal istana yang sedang menyerbu tempat makan itu.
Yvonne tidak tahu pasti apa yang sedang terjadi, tetapi begitu tatapannya bertemu dengan Gowen, jelas Gowen mengenali putri semata wayang dari duke Jadeveusz.
Yvonne hendak berbalik namun langkahnya terhenti begitu Gowen membuka mulutnya.
"Ayah anda sedang berada dalam pengawasan kami, mohon kerja samanya putri duke Jadeveuzs!"
.
Yvonne dan Gowen sedang berada disuatu ruangan yang hanya berisikan mereka berdua. Gowen memintanya untuk berbicara sebentar tentang apa yang telah mereka alami dan sembunyikan selama ini.
"Nona, apakah anda bisa menjelaskan keadaan sebenarnya mengenai anak yang anda kandung? Yang mulia sangat gigih untuk mencari anda beserta anak anda hingga saat ini." Jelas Gowen membuat Yvonne sedikit terkejut.
"Hingga saat ini?" tanya Yvonne, Gowen mengangguk mantap.
"Sebentar, apakah yang mulia masih mengingat itu setelah ia kehilangan ingatan?"
Gowen mengerutkan alisnya sambil menatap Yvonne.
"Kehilangan ingatan? Apa - apaan itu? Yang mulia kabur dari istana begitu mendengar jawaban dari duchess yang memberitahu alamat anda tinggal." Jelas Gowen.
Yvonne membelakkan matanya lebar - lebar. Ia bangkit dari duduknya dan langsung berlari keluar mengabaikan teriakan Gowen dari dalam ruangan.
Yvonne berlari kearah rumah Kani, ia percaya bahwa Theo masih berada disana sekarang. Dan benar saja, Theo sedang bermain gembira dengan Helina dan Kani yang sedang mengawasi.
Kani melihat kearah Yvonne yang terlihat sangat khawatir, itu membuatnya bangkit dan menghampiri Yvonne.
"Yvonne, apa yang terjadi?" tanya Kani khawatir.
"Kani, aku tertangkap!" seru Yvonne memegang lengan Kani.
"Yvonne, katakan dengan jelas!"
"Kani, aku tak ada waktu untuk menjelaskannya. Sampaikan pada nenekku bahwa aku tertangkap, aku akan kabur bersama Theo, dan tolong jaga nenekku!" Jelas Yvonne buru - buru sambil berlari menghampiri Theo.
Yvonne memakaikan tudung pada Theo dan meneteskan herba pada bola mata Theo.
"Yvonne, tunggu! Tolong biarkan aku membantumu. Sangat bahaya bila kamu pergi sendiri!" tahan Kani khawatir sambil kebingungan dengan kekhawatiran Yvonne.
"Aku akan memberitahumu jika aku membutuhkan bantuan, untuk saat ini aku hanya minta tolong untuk menjaga rahasiaku dan menjaga nenekku!"
Yvonne menggendong Theo dan berlari menuju pintu belakang rumah Kani. Kani hanya terdiam menatap kepergiannya sambil memeluk Helina yang menangis karena ditinggal Theo.
"Ibu.. Theo pergi kemana?" tanya Helina sedih.
"Ibu tidak tahu, mari kita doakan untuk keselamatan Theo dan ibunya, ya."
.
"Sial! Bisa - bisanya kalian menghancurkan rencanaku! Orang - orang bodoh!" sentak Neil.
Para kesatria itu, termasuk Gowen, menunduk dihadapan Neil yang sendari tadi bergerutu mengeluarkan kata - kata kasar.
Ini memang salah mereka yang bertindak semaunya. Tapi sebagai bawahan, mereka jelas khawatir karena atasan mereka berpergian tanpa satupun pengawalan.
"Yang mulia, tolong perhatikan diri an--"
"Apa kamu buta saat perang Gowen? Aku menghabisi seratus musuh sendiri sambil tersenyum. Kamu pikir aku akan mati hanya dengan para bandit sialan itu?" potong Neil tegas membuat Gowen terdiam kembali.
"Sekarang juga temukan Yvonne dan anak itu, jika sampai kamu tidak menemukannya, aku akan memotong kaki dan tanganmu tanpa ampun!"
Neil pergi meninggalkan rombogannya begitu saja membuat para kesatria itu menangis dalam hati.
"Nona.. apakah anda mendengar itu? Lantas kembalilah pada yang mulia jika anda memiliki hati nurani!" batin para kesatria.
Yvonne melirik kearah belakang. "Sepertinya aku mendengar sesuatu?"
"Ibu, apakah kita sudah cukup untuk kabur?" tanya Theo, Yvonne melirik kearah anaknya.
"Ah, Theo, jangan katakan pada siapapun kalau kita sedang kabur! Mereka bisa mencurigai kita!" seru Yvonne, Theo membelak kaget lalu mengangguk semangat.
"Kalau begitu kita akan kabur kemana? Kita meninggalkan uyut dan Helina." tanya Theo.
"Kita akan pergi ke tempat nenek dan kakek berada, Theo. Kamu mau bertemu mereka?" tanya Yvonne mengembangkan senyuman.
"Mau!" sahut Theo semangat.
"Baiklah, kalau begitu berjanji untuk nurut pada ibu ya!" seru Yvonne.
"Janji!"
.
Yvonne sudah tiba di ibu kota dengan Theo. Ia tahu, para kesatria maupun kaisar pasti tidak akan mencari mereka jika mereka berada di markas mereka sendiri.
Yvonne menutupi dirinya sebisa mungkin agar tidak dikenali oleh orang - orang di ibu kota.
"Ibu, ibu! Disana ada sate seperti yang dijual oleh Bibi!" seru Theo menunjuk salah satu makanan.
Yvonne mengikuti pandangan Theo lalu menunduk pada anaknya.
"Apa kamu mau memakan sate itu?"
Theo mengangguk semangat. Yvonne tersenyum senang lalu mengajak Theo ke tempat makan itu.
"Pak, tolong satu ya."
"Mohon ditunggu sebentar nona!"
Yvonne menunggu sambil melirik kearah para penduduk. Disana, para penduduk terlihat sangat akrab satu sama lain. Berbeda dengan desa yang di pasar para manusia hanya melakukan transaksi jual beli tanpa mengumpul untuk mengobrol bersama seperti disini.
"Ah, apakah benar?"
Yvonne melirik begitu mendengar suara kencang dari seseorang yang tak jauh darinya.
"Ssshh, pelankan suaramu!"
Yvonne malah penasaran dengan apa yang mereka obrolkan karena seseorang berkata seperti itu. Bukan kah semakin memelan suara maka informasinya semakin panas?
"Tapi bagaimana mungkin? Masa yang mulia mencari pangeran dengan ciri - ciri mata ungu dan rambut perak? Bukankah itu sama sekali tidak menunjukkan ciri khas keturunan kaisar?"
Yvonne membelakkan matanya.
"Nona ini sate anda."
Theo mengambil sate itu dengan tatapan lucunya membuat sang pedagang membelakkan matanya terkejut.
"Nak, apakah--"
"Ah, terimakasih! Ini uangnya!"
Yvonne langsung menggendong Theo dan menutupi wajah Theo sebisa mungkin.
"Sial, bisa - bisanya dia melakukan trik licik seperti ini!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments