Dia Anakmu!

Pria itu turun dari atas genteng dan menghadap Dhoty. Dhoty sangat terkejut mendapati bahwa itu adalah ayah dari cicitnya yang sedang tinggal bersamanya selama ini.

"S--salam kepada yang mulia kaisar!" seru Dhoty menundukkan kepalanya.

Dhoty sangat tahu persis seperti apa Neil, karena Dhoty adalah ibu asuh dari Neil itu sendiri.

"Ah, angkat kepalamu nyonya."

Dhoty membelakkan matanya. "Nyonya?" batinnya.

Dhoty mengangkat kepalanya dan melihat Neil yang berekspresi khawatir yang jarang sekali Dhoty lihat.

"Itu.. apa aku bisa tinggal denganmu sementara waktu? Aku sedang dikejar oleh para bandit, mungkin para pengawalku sedang mencariku, aku akan tinggal sampai mereka datang." Pinta Neil membuat Dhoty mengerutkan alisnya.

"Yang mulia.. bagaimana bisa anda kalah dari para bandit? Bukankah anda adalah swordmaster yang tak terkalahkan?" tanya Dhoty dengan segala kecurigaannya.

Neil tersenyum kecut sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Ah.. aku.. entah kenapa.. aku mengalami amnesia, jadi aku tidak bisa menggunakan pedang sama sekali."

Dhoty membelakkan matanya lebar - lebar. Amnesia? Itu adalah hal yang sangat tidak mungkin terjadi untuk kaisar yang terkuat sepanjang sejarah.

"Tapi bagaimana bisa anda mengalami itu? Itu adalah penyakit yang sama sekali tidak bisa diterima oleh orang semacam anda!" seru Dhoty khawatir, itu malah membuat Neil kebingungan.

"Kamu berkata seperti itu seolah - olah mengenalku lebih baik ya." Ucap Neil, Dhoty menghela nafas sambil mengusap wajahnya kasar.

"Nenek, apa yang--"

Yvonne dan Neil bertemu tatapan membuat Yvonne membelak kaget. Baru Yvonne akan kabur, tapi Dhoty menahannya dan mencoba menenangkan.

"Yvonne, yang mulia meminta untuk berlindung disini sampai para pengawalnya datang. Ia kehilangan ingatannya maka kita harus merawatnya dengan baik." Jelas Dhoty membuat Yvonne paham dengan maksud itu.

"Ah.. begitu, kalau begitu mari masuk yang mulia. Kami baru menyiapkan makan malam." Ajak Yvonne, Neil mengangguk ramah lalu masuk ke dalam rumah.

Neil melihat Theo yang sedang bermain diatas meja makan membuat mereka saling tersenyum begitu bertemu tatapan.

"Paman!" seru Theo yang langsung menghampiri Neil dan memeluknya.

"Theo! Jaga kata - katamu, beliau adalah yang mulia kaisar! Panggil ia dengan sebutan 'yang mulia'." Titah Yvonne membuat Theo sedikit murung.

"Tidak apa, jika dia nyaman memanggil itu, aku tidak keberatan sama sekali." Sahut Neil membuat Theo ceria kembali.

"Tapi yang mulia.."

"Ini pertama kalinya aku dekat dengan anak kecil, tolong izinkan aku." Pinta Neil yang pasti tidak bisa ditolak oleh Yvonne yang hanya rakyat biasa.

"Baik kalau begitu.."

"Yeay! Apa paman akan tinggal disini?" tanya Theo bersemangat.

Neil tersenyum senang lalu mengangkat Theo untuk berada digendongannya.

"Iya!"

"Wah, kalau begitu paman bisa membantu ibu mengangkat barang? Ibu selalu mengeluh sakit pinggang karena sering melakukan aktivitas itu!" seru Theo.

"Theo! Walau yang mulia punya tenaga besar tentu saja ia tidak akan melakukan pekerjaan itu! Itu adal--"

"Iya! Aku akan membantu ibumu! Bagaimana dengan pekerjaan lain? Apa ibumu melakukan hal lain yang biasa dikerjakan oleh laki - laki?" potong Neil membuat Yvonne makin merasa tidak enak.

"Banyak paman! Ibu melakukan ..."

Yvonne meliriknya khawatir. Ia tak menyangka bahwa Theo akan bersikap seperti itu pada kaisar negaranya. Padahal dari dulu Theo adalah anak yang penurut, entah kenapa Theo melakukan hal yang kelewatan sekarang.

Dhoty menyentuh pundak Yvonne. Ia memberi kode bahwa biarkan saja mereka seperti itu, selama Neil masih dalam amnesianya, ini tidak akan terjadi hal yang buruk.

Untuk sementara, Yvonne hanya memperhatikan dari jauh sambil mengurangi kekhawatirannya.

.

Yvonne mengangkat tomat yang ia panen dalam keranjang dengan sedikit kesusahan. Yvonne malas untuk mengangkatnya kembali maka dari itu ia masukan sekaligus tomatnya agar ia tidak perlu bulak balik.

"Biar aku yang mengangkatnya."

Neil mengambil alih keranjang Yvonne membuat Yvonne membuka suaranya.

"Yang mulia, anda tidak perlu melakukan itu!" tolak Yvonne.

"Tidak apa, nona, aku hanya ingin melakukan sesuatu." Balas Neil.

Pria itu langsung melangkah menuju rumah untuk memindahkan tomat - tomat yang ada dikeranjang. Yvonne hanya mengikutinya sambil melihat tubuh kekar Neil yang tak asing diingatannya. Seketika ia malah mengingat kejadian dimalam festival.

Yvonne segera bergeleng untuk menghilangkan pikiran itu dan menatap Neil kembali. Tanpa disadari, ternyata Neil pun sedang menatap Yvonne.

"Apa kamu kelelahan?" tanya Neil, Yvonne diam mematung.

"Kamu terlihat berpikir sesuatu, apa kamu mengkhawatirkan suatu hal?" tanya Neil kembali, Yvonne tersadar dari lamunannya lalu bergeleng.

"Tidak ada, saya hanya teringat orang tua saya." Jawab Yvonne bohong, Neil memiringkan kepalanya.

"Apa kamu berjauhan dengan mereka?" tanya Neil, Yvonne melihat kesembarang arah.

"Ah.. ya begitu." Jawab Yvonne asal.

"Kenapa mereka berjauhan? Apa kamu dibuang?"

"Ah, tidak - tidak. Mereka hanya sedang bekerja untuk membantu saya dan anak saya." Jelas Yvonne berbohong kembali, Neil menatapnya diam.

"Apakah.. suamimu tidak menafkahi?" tanya Neil membuat Yvonne menatap kearahnya.

Mereka saling bertatap untuk beberapa saat sebelum akhirnya Yvonne tersadar lalu mengalihkan perhatiannya.

"Ah.. itu, saya tidak menikah." Jawab Yvonne, Neil membelakkan matanya.

"Lalu, ayah Theo?"

Yvonne menggerutu dalam hati. "Apa aku harus berkata 'kamu yang menghamiliku, sialan!'"

"Ah, em, saya tidak tahu haha."

Neil menatap Yvonne kasihan, ia membayangkan seberapa sulitnya menjadi Yvonne yang mengurus anak seorang diri.

"Untungnya keluargamu sangat menyayangimu ya. Theo juga anak baik, tidak menyusahkanmu, kan?"

"Iya benar, saya bersyukur akan hal itu." Sahut Yvonne.

"Ibu! Apa kita akan pergi ke pasar sekarang?" tanya Theo dengan semangatnya.

Yvonne tersenyum senang lalu membungkuk mendekati anaknya.

"Apa kamu tidak sabar untuk bertemu Helina?" tanya Yvonne, Theo mengangguk semangat.

"Helina juga pasti menunggumu, ayo kita pergi sekarang!" ajak Yvonne.

"Ayo!"

Theo menarik lengan Neil membuat Neil dan Yvonne saling terkejut.

"Ah, Theo.. kamu tidak bisa mengajak yang mulia, para penduduk pasti akan mengenali yang mulia." Jelas Yvonne membuat Theo murung.

"Kenapa? Padahal aku ingin mengenalkan paman pada Helina." Ucap Theo yang tiba - tiba tidak bersemangat.

Neil hanya tersenyum tak enak, ia pun tidak mungkin pergi ke tempat para penduduk karena mereka pasti akan mengenalinya hanya dengan melihat warna mata Neil.

"Itu.. Theo. Aku mempunya warna mata sejarah, jadi mereka pasti akan mengenaliku walau hanya dengan melihat mataku." Jelas Neil membuat Yvonne membelakkan mata.

"Ah, bukankah itu bisa ditutupi dengan herba yang selalu ibu teteskan pada mataku?" tanya Theo membuat Neil mengerutkan alis.

"Diteteskan padamu?"

"Ah, Theo! Kalau kamu terus menunda bibi akan membeli tomat pada orang lain, ayo cepat tinggalkan yang mulia beristirahat disini!" seru Yvonne menarik lengan Theo dan membawa keranjang yang ada dilengan Neil.

"Yang mulia, saya pergi dulu."

Yvonne langsung bergegas pergi meninggalkan Neil sendiri yang sedang memperhatikan kepergiannya.

"Ah.. begitu ya."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!