Hari Pernikahan

Kini pesta pernikahan tiba. Tidak banyak yang Yvonne dan Neil lakukan, mereka hanya mengucapkan janji di depan pendeta lalu menautkan sebuah cincin. Cincin yang dibawakan oleh Theo membuat semua orang haru melihatnya.

"Sebagai penutupannya, yang mulia kaisar dan yang mulia permaisuri akan saling berciuman dengan tanda bahwa mereka sudah menjadi pasangan yang sah dan tidak akan melanggar janji."

Yvonne tegang melihat Neil. Namun itu tidak sama sekali dirasakan oleh Neil. Neil sangat semangat pada bagian ini membuat Yvonne sedikit ketakutan.

Neil membuka veil Yvonne dan mendekatkan dirinya pada Yvonne.

"Akhirnya aku memilikimu, istriku."

Cup!

Merekapun saling menempelkan bibir membuat para tamu undangan bersorak riuh. Yvonne sedikit malu memperlihatkan wajahnya hanya tersenyum kecut sambil melirik para tamu undangan.

Neil melihat ekspresi Yvonne hanya tertawa ringan, ia pun mengibaskan tangannya pada udara sambil tersenyum dengan ramah.

.

"Yang mulia permaisuri, anda harus memakai baju ini!" seru salah satu pelayan yang sedang mendadaninya untuk malam pertama.

"Ah, aku mohon. Itu adalah baju yang tidak sopan untuk aku kenakan didepan yang mulia kaisar!" seru Yvonne membuat para dayangnya gemas.

"Ya ampun yang mulia, anda seperti pasangan yang baru naik dua puluh tahun saja! Anda kan sudah menghasilkan anak dengan yang mulia kaisar!" seru dayang itu membuat Yvonne terdiam.

"Benar juga." Gumam Yvonne kalah.

"Ah, apa anda tidak ingin memakai baju? Kalau begitu kami tidak aka--"

"Tidak! Berikan baju itu, aku akan memakainya." Teriak Yvonne tegas membuat para pelayan tertawa menang.

Setelah beberapa saat kemudia, Yvonne telah siap berdandan semestinya pengantin baru.

Walaupun mereka sudah melalui malam pertama, tapi Yvonne masih belum terbiasa dengan kontak fisik antara lawan jenis. Lagi pula, malam pertama Yvonne saat itu tidak diingat dan dirasakan sama sekali oleh Yvonne kan?

"Apakah kalian sudah selesai mendandani yang mulia permaisuri? Yang mulia kaisar sudah menunggu!" seru Tera dari luar pintu, para dayang langsung menyadari dan buru - buru menjauhkan diri dari Yvonne.

"Yang mulia permaisuri, kami pamit dulu. Semoga malam anda menyenangkan!"

Para dayang pun langsung berlari pergi membuat Yvonne yang takut itu terdiam mematung.

"Yvonne aku masuk."

Yvonne tahu persis siapa orang dibalik suara itu, Yvonne terdiam sebentar lalu bangkit dari duduknya dan berdiri menatap pintu.

"Iya.. silahkan masuk." Balas Yvonne.

Neil masuk ke dalam kamarnya dan melihat Yvonne dengan pakaian tidur yang tidak membungkus tubuh Yvonne dengan sempurna.

Neil langsung mengalihkan pandangannya agar ia bisa menahan untuk tidak memaksa Yvonne.

"Istriku, kalau kamu tidak mau melakukannya, kamu bisa langsung pergi ke tempat tidur dan membungkus dirimu dengan selimut." Jelas Neil membuat Yvonne membelakkan matanya.

"Ah, apa aku boleh seperti itu?" tanya Yvonne.

"Jadi dia tidak menginginkannya?" gumam Neil sedih.

"Apa?"

"Ah tidak, maksudku, ya! Kamu bisa melakukan apapun sesuai hatimu." Sahut Neil.

Yvonne tersenyum senang lalu bergegas menuju tempat tidur dan melakukan hal yang Neil suruh.

Neil masih terdiam mematung menatap tembok yang tidak bersalah.

"Neil, aku sudah membalut tubuhku."

Neil melirik kearah Yvonne. Ia menahan tawa begitu melihat bahwa Yvonne benar - benar membungkus tubuhnya seperti buras.

"Baiklah, apa aku sudah bisa tidur disana?" tanya Neil, Yvonne mengangguk.

Neil berjalan mendekati Yvonne, ia merebahkan dirinya dikasur besar itu dan melirik kearah Yvonne yang juga meliriknya.

"Apa kamu tidak nyaman jika aku tidur disini?" tanya Neil, Yvonne langsung menggelengkan kepalanya.

"Aku.. hanya penasaran satu hal." Jawab Yvonne.

Neil yang merasa ini akan menjadi obrolan panjang mengganti posisi tidurnya menjadi miring dengan kepala yang ditumpu oleh lengannya.

"Mengenai apa?" tanya Neil.

Yvonne sempat terdiam dulu untuk memikirkan beberapa hal. Sebelum akhirnya ia memberanikan diri untuk menanyakan hal ini.

"Bagaimana awalnya, kita bisa membuat Theo?"

Neil membelakkan matanya terkejut. Ia terdiam beberapa saat membuat Yvonne semakin penasaran.

"Ah, apa itu hal mengejutkan?" tanya Yvonne khawatir.

Neil mengusap wajahnya gusar.

"Tidak bukan itu, apa kamu.. tidak mengingat malam itu?" tanya Neil, Yvonne mengangguk sedih.

Neil menghela nafasnya gusar. Ternyata malam panas itu hanya dia yang mengingatnya?

"Neil, tolong ceritakan! Aku sangat penasaran!" seru Yvonne mengguncangkan tubuh Neil.

"Yvonne, bukannya aku tidak ingin bercerita, tapi jika aku mengingat hal itu, aku akan menerkammu sekarang juga." Jelas Neil sambil tersenyum kecut.

Yvonne sangat takut jika Neil menerkamnya saat itu juga, namun ketakutannya itu terhalang oleh rasa penasrannya.

"Aku mohon! Aku akan mengabulkan satu permintaanmu jika kamu memberitahukan malam itu!" seru Yvonne membuat Neil tertarik.

"Benarkah itu?" tanya Neil, Yvonne mengangguk semangat.

"Tapi aku akan mengabulkannya lain waktu."

Neil memasang wajah tak bersemangatnya kembali.

"Cepat, Neil!"

"Iya, iya, baiklah. Jadi, malam itu.."

Yvonne kehilangan kesadarannya begitu ia sedang asik menari dengan Neil. Neil yang asalnya ingin meninggalkan wanita itu sendiri saja menjadi iba karena saat itu penjagaan sedang longgar.

Neil menggendong Yvonne menuju sebuah penginapan yang tak jauh dari sana lalu memesan sebuah kamar.

"Wah, apa kamu akan memanfaatkan wanita yang mabuk itu untuk menikmati malammu?" tanya pedagang membuat Neil menyentaknya.

"Itu tidak mungkin! Aku justru ingin membantunya karena ia pingsan setelah mengajakku berdansa!" seru Neil geram.

Pedagang itu tersenyum menggoda sambil memberikan kunci kamarnya. Neil mengambilnya dengan emosi dan berjalan menuju kamar yang ia pesan.

"Semoga malammu menyenangkan!"

Neil menutup pintu dengan kasar. Ia sangat kesal dengan pedagang yang menggodanya.

"Sial, aku bukan pria yang meniduri wanita mabuk!" gumamnya sambil menidurkan tubuh Yvonne dikasur.

"Mmh.."

Yvonne menarik Neil kedalam pelukannya membuat Neil terjatuh dan berbaring diatasnya.

Neil terdiam untuk beberapa saat, ia meneliti wajah Yvonne dan menyadari bahwa itu adalah putri semata wayang dari keluarga Jadeveuzs.

"Hah, ya ampun! Untung saja aku yang menemukanmu! Jika tidak kamu aka--"

"Akan apa?" tanya Yvonne tersadar.

Neil diam memperhatikan Yvonne.

"Ah.. Neil? Apa itu anda?" tanya Yvonne setengah sadar, Neil tersenyum lembut.

"Yvonne, apa kamu mengingatku?" tanya Neil sambil mengusap wajah Yvonne.

Yvonne tersenyum senang sambil menatap panas kearah mata Neil.

"Aku ingin memiliki matamu." Pinta Yvonne membuat Neil tertawa.

"Bagaimana jika kamu melahirkan anakku? Kamu bisa memiliki mataku lewat anakmu." Tawar Neil, Yvonne tersenyum miring.

"Boleh."

"Setelah itu terjadilah itu!" jelas Neil panjang lebar membuat Yvonne kecewa.

"Tolong jelaskan bagian itu juga!" seru Yvonne.

"Tidak! Itu adalah bagian terlarang, aku bilang aku bisa menerkammu jika aku menceritakan itu!" tolak Neil tegas membuat Yvonne cemberut.

"Kamu tidak mengerti nafsu pria! Biarkan aku tidur agar godaan ini cepat berlalu!" seru Neil membalikkan tubuhnya lalu mencoba memejamkan mata.

Yvonne menghela nafasnya kecewa lalu ikut berbaring untuk tidur menyambut hari.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!