Episode 11

"Dia kenapa? Kok aneh gitu?" 

Mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Ricko, Kalya pun menoleh menatap lelaki itu. Alisnya terlihat mengerut samar saat ia melirik ke arah punggung Ricky lagi yang terlihat menjauh dari mereka. 

"Iya, dia kenapa, ya?" gumam Kalya juga merasa penasaran. 

Akhirnya, setelah merasa kalau dia tidak akan mendapat jawaban apapun dengan duduk diam seperti itu,  Kalya bangkit dari kursinya dan memutuskan untuk mengikuti lelaki itu. Dia berjalan pelan di belakang Ricky sampai akhirnya mereka tiba di lantai dua rumah Keanu dimana terdapat kamar Ricka, Ricky dan juga Kalya di sana. 

"Ricky, tunggu!" 

Ricky yang hendak masuk ke dalam kamarnya terkejut saat Kalya menangkap sebelah lengannya dan menghentikan gerakannya. Sepertinya lelaki itu baru sadar kalau sejak tadi Kalya terus mengikutinya dari belakang. 

"Kenapa?" 

Ricky yang terlihat sedikit salah tingkah, menarik lengannya dari Kalya. Bukan hanya itu, dia membuang pandangannya ke arah lain dan mundur beberapa langkah menjauh dari Kalya menutupi keterkejutannya. 

"Kamu dari mana? Kok baru pulang? Lembur?" tanya Kalya memperhatikan gerak gerik Ricky yang kelihatan seperti tidak nyaman dengan kehadiran Kalya di sana. 

"Eum, i-iya… ya… gitulah," jawab Ricky tergagap, masih enggan menatap Kalya. 

"Kamu udah makan?" 

"Udah." 

"Mau langsung istirahat?" 

"Iya." 

Kalya pun terdiam sejenak menatap Ricky dalam-dalam. Entah kenapa, dia jelas merasa kalau Ricky seperti tidak ingin berbicara dengannya. Atau, mungkinkah anak itu sedang marah kepadanya? 

"Ah, ya! Tadi, Tante izin pulang lebih cepat dari kantor. Sory, kalo Tante nggak ngabarin kamu sebelumnya. Abis, Tante ngerasa nggak enak badan tadi… kamu nggak marah 'kan?" 

Kalya yang merasa kalau mungkin saja sikap menghindar Ricky terhadapnya dikarenakan alasan tersebut, mengusap leher belakangnya pelan. Diam-diam, dia juga melirik Ricky yang tampaknya berpikir mendengar ucapannya barusan. 

Tunggu! Apa mungkin Ricky tidak tahu kalau Kalya sudah pulang lebih dulu? 

"Ricky," 

"Oh? Ah… O-oke…" Lagi-lagi Ricky terlihat geragapan. Dia juga mengusap bagian belakang kepalanya dengan reaksi wajah yang terbilang cukup aneh. 

"Ya udah, kalo nggak ada urusan lagi, ak-emh, saya masuk dulu," 

Kalya yang tidak sengaja mendengar kalimat itu dengan jelas, kembali mengerutkan dahinya bingung. Cara bicara Ricky sangat berbeda dengan cara bicaranya selama ini. Saya? Wah, penyakit Kalya pasti sedang menyebar saat ini. 

Kalya yang tidak tahu harus membahas apa lagi, akhirnya memutuskan untuk diam, ketika Ricky masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu di hadapan Kalya begitu saja. Tanpa menoleh lagi, ataupun tanpa mengucapkan kata selamat malam, sebagaimana sering Ricky ucapkan sebelum ia masuk kamar. 

Melihat suasana yang hening, Kalya masih terdiam di depan kamar Ricky. Pikirnya, mungkinkah sebenarnya Ricky sedang ada masalah, hingga membuatnya bersikap demikian? Tapi, kenapa dia tidak cerita dan malah terkesan menutupinya? 

Maksudnya, selama ini, di keluarga mereka Ricky adalah tipe anak yang tidak bisa menyimpan semua masalahnya sendiri. Dia terlalu ribut untuk menyimpan segala kegundahannya dalam hati. Entah masalah apapun itu, dia pasti akan menceritakannya kepada keluarganya. Entah itu hal memalukan sekalipun, Ricky akan tetap tenang bertukar pikiran dengan mereka. 

Tapi, ada apa dengan hari ini? Kenapa anak serewel Ricky bisa menjadi diam dan kaku seperti itu? Apa yang salah? 

Kalya hendak memberanikan dirinya untuk mengetuk pintu kamar Ricky saat ia merasa kepalanya kembali pusing. Rasa yang berputar membuat Kalya memutuskan untuk kembali saja ke kamarnya dan beristirahat. Urusan Ricky, biarlah dia bertanya pada anak itu esok hari. 

***

Sepertinya Kalya sudah tidak bisa mengerti lagi apa yang sebenarnya terjadi. Sudah beberapa hari ini, Ricky terlihat begitu aneh. Jika biasanya dia selalu bersikap manja dan protektif terhadap Kalya, kini berbeda dengan sekarang yang terlihat begitu dingin dan acuh tak acuh. Tidak hanya kepada Kalya, tapi terhadap keluarganya pun, Ricky berubah seperti orang asing. 

Seperti pagi ini, Kalya yang sejak tadi muntah-muntah di kamar mandi dengan suara yang begitu nyaring, hingga membuat semua anggota keluarga datang berbondong-bondong ke kamarnya dan menanyakan tentang kondisi, Ricky malah terlihat tidak peduli dengan melintas begitu saja dari depan kamar Kalya tanpa terpengaruh dengan apa yang sedang terjadi di kamar tersebut. Dia bahkan tidak bertanya, apakah Kalya akan pergi bekerja bersama atau tidak. Yang jelas, saat Keanu mencarinya ke segala penjuru rumah untuk meminta tolong mengantarkan Kalya ke rumah sakit, dia sudah pergi tanpa mengucapkan satu kalimat apapun. 

"Gimana, Pa? Mana Ricky?" tanya Ricko ketika melihat ayahnya kembali masuk ke dalam kamar Kalya tanpa membawa Ricky bersamanya. 

"Kata Pak Deni, dia udah pergi," ucap Keanu mengingat satpam rumah mereka yang mengatakan kalau Ricky sudah pergi sejak dua puluh menit yang lalu. 

"Udah pergi? Kok cepat banget? Tumben?" kening Ricko mengerut, melihat Keanu mengusap dahinya yang berkeringat. 

"Emang dia ada kerjaan?" 

"Nggak tahu. Papa juga nggak ngerti. Dari kemarin anak itu kelihatan aneh," sahut Keanu tidak mau ambil pusing, saat melihat Kalya kembali berlari ke kamar mandi. 

"Huek!" 

"Tante!" 

Ricka berseru panik menyusul Kalya yang terduduk di lantai kamar mandi dengan wajah yang tepat berada di atas closet.

Rara, Keanu dan juga Ricko yang kebetulan berada di sana, langsung menyusul ke kamar mandi dan membantu Kalya bangkit dari sana. 

"Biar aku aja deh, Pa, yang bawa Tante Kal ke rumah sakit. Ini udah nggak bisa dibiarin," 

Ricko bergerak hendak mengangkat tubuh Kalya, saat wanita itu dengan sigap menahan tangannya di pintu dan mendorong tubuh Ricko menjauhinya. 

"Udah Tante bilang, Tante nggak papa! Tante cuma perlu istirahat doang, kok!" ujar Kalya terlihat lemas, yang membuat semua orang di sana justru menggeram. 

"Kemarin-kemarin kamu juga bilang cuma perlu istirahat! Tapi, nyatanya sekarang, sakit kamu malah tambah parah!" ujar Rara mulai kesal bercampur khawatir sambil mengusap dahi Kalya yang sudah banjir keringat. 

"Iya, Tante kalo emang nggak kau diperiksa sama aku, atau takut diagnosa aku salah, ya nggak papa! Tapi, Tante harus tetap diperiksa!" tambah Ricka merasa cemas dengan kondisi Kalya yang sejak kemarin terlihat begitu tidak sehat. 

"Iya, Kal… kalo kamu nggak mau ke rumah sakit, Mas bisa kok panggil dokternya aja yang kemari. Yang penting, kamu harus diperiksa. Mas takut sesuatu hal yang buruk terjadi sama kamu,"

Kali ini Keanu menyentuh kening Kalya dengan punggung tangannya. Demam adiknya kemarin tidak seperti ini. Hanya hangat saja. Tapi, pagi ini kondisinya seperti makin parah dengan tambahan mual dan muntah yang terus Kalya keluarkan. 

"Aku bilang aku nggak papa, kok Mas… aku baik-baik saja… Aku cuma kecapean aja. Aku yakin, setelah istirahat bentar juga, aku bakal sembuh, kok…" kukuh Kalya yang tetap tidak mau menerima tawaran untuk diperiksa oleh dokter. 

"Tapi, Tante…" 

"Udah deh, Ricko… mending sekarang, kamu siap-siap aja pergi ke restoran. Kemarin, gara-gara Tante kamu nggak jadi pergi ke restoran, kan? Sekarang Tante baik-baik aja. Jadi, kamu nggak usah khawatir." Sela Kalya lagi dengan mata yang nyaris tertutup. 

Ah, bagaimana bisa hal ini disebut dengan baik-baik saja? Sudah jelas Kalya terlihat kekurangan tenaga seperti itu. Tapi, kenapa dia tetap bertahan mengatakan kalau semua baik-baik saja? 

"Tante…"

"Ricka, kamu juga harus siap-siap ke rumah sakit. Bukannya ini minggu terakhir kamu magang, ya? Jadi kamu harus fokus biar bisa lulus dengan nilai yang baik. Oke?" perintah Kalya pada Ricka yang tidak bisa membuat gadis itu berkutik. Memang, sekarang ini adalah masanya harus lebih serius. Karena waktu magangnya yang tidak tersisa banyak, dia harus memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. 

"Tapi…" Ricka yang memang tidak bisa membantah pun hanya bisa menunduk dan pergi meninggalkan kamar Kalya. 

"Kalya, kayaknya ini bukan hal sepele. Kamu--" 

"Mas, please… aku cuma mau istirahat aja, kok. Beneran… beberapa hari ini, aku banyak pikiran. Jadi, tolong… biarin aku sendiri dulu…" 

Kalya yang hampir menangis, akhirnya membuat tiga orang yang tersisa di sana jadi menatap satu sama lain. 

"Mending sekarang Mas pikirin Ricky aja. Dia kayaknya ada masalah juga. Dari kemarin, dia kelihatan aneh. Kasihan, kalo emang dia lagi ada masalah," saran Kalya, kali ini berhasil membuat Keanu hanya bisa menarik napas panjang. 

"Kalian tenang aja. Aku bakal baik-baik aja, kok. Nanti, kalo emang aku butuh dokter, aku bakal bilang sama Mbak Rara," imbuh Kalya, membuat Keanu dan Ricko beralih menatap Rara. 

"Sayang, aku titip Kalya, ya… kalo ada apa-apa, cepat telepon aku," pinta Keanu lembut pada istrinya yang langsung mendapat anggukan kepala dari wanita itu. 

"Iya, Mas… aku bakal jagain dia. Mudah-mudahan, nggak terjadi apa-apa sama dia. Semoga ini cuma faktor pikiran dia doang," balas Rara menatap Kalya sejenak. 

"Ya udah, kalo gitu, biar aku bantu Tante balik ke tempat tidur aja. Abis itu, baru aku pergi," 

Terakhir, Kalya tidak bisa menolak saat Ricko mengangkat tubuhnya dan membaringkannya ke atas ranjang. Rasa pusing, membuat dia hanya bisa menutup matanya lemas dan tertidur dalam waktu sekejap.

***

Kalya sedang larut dalam tidurnya, ketika ia merasa seseorang tengah menyentuh anggota tubuhnya dengan lembut. Seperti pergelangan tangan, benda dingin yang menyentuh kulit dadanya, dan beberapa jari yang menekan halus bagian perutnya. 

"Ricka? Kamu ngapain?" 

Kalya yang merasa terganggu dengan seseorang tersebut, membuka matanya dan mendapati keponakannya, Ricka tengah duduk di samping ranjangnya dengan sebuah stetoskop yang menggantung di lehernya. Sementara tangan gadis itu, sedang melingkarkan dua jarinya di pergelangan tangan Kalya. 

"Malam, Tante… Tante udah bangun? Gimana keadaan Tante hari ini? Kata Mama tadi siang Tante udah baikan, ya?" 

Ricka tersenyum tipis pada Kalya, namun terlihat lebih fokus pada kegiatannya saat ini. Sepertinya dia sedang memeriksa kondisi Kalya. 

"Iya, Tante udah baikan, kok! Kamu ngapain, sih?!" 

Kalya yang merasa risi dan baik-baik saja hendak menolak Ricka dengan cara menjauhkan tangan anak itu darinya. Namun, seperti tidak ingin ditolak lagi, Ricka malah menahan lengan Kalya dengan tangan yang satunya lagi. 

"Tante tenang dulu! Ini semua demi kebaikan Tante! Kita itu cemas tahu, kalo Tante sakit dan nggak mau diperiksa begini!" 

Ricka mengerutkan alisnya sejenak setelah beberapa saat memeriksa denyut nadi Kalya. Lalu, dia melirik perempuan itu sebentar, sebelum akhirnya memutuskan untuk mengangkat baju Kalya dan menyentuh perut bawah wanita itu. 

"Ricka! Kamu apa-apaan, sih?!" 

Kalya yang kaget dengan ulah keponakannya tersebut, langsung terpekik dan berusaha untuk menutupi perutnya kembali.

"Ricka! Kamu--" 

Mulut Kalya terasa membeku dan tak bisa berkata-kata lagi, ketika Ricka mengangkat sebelah tangannya ke udara menandakan kalau Kalya tidak boleh berisik. Ditambah wajah ketat dan serius Ricka saat memeriksa perutnya, membuat Kalya penasaran, apa yang sedang didiagnosa perempuan itu sebenarnya. 

"Tante…Tante kok…" 

Wajah Ricka terlihat pias melihat ke arah Kalya. Raut keragu-raguan tampak jelas di wajah perempuan yang akan menjadi dokter tersebut. 

"Kenapa? Kok muka kamu gitu?" tanya Kalya bingung melihat perubahan rona wajah Ricka yang terlihat seperti membawa kabar buruk. 

"Ricka, kamu kenapa? Tante sakit apa?" Kalya yang merasa sesuatu hal buruk dari gelagat Ricka, langsung merasa tidak tenang. 

"Tante… nggak sakit berbahaya kan?" tanya wanita itu lagi, memperhatikan Ricka yang masih terpekur dalam pikirannya. 

"Engh, itu… Tante… kok--"

"Kalya!" 

Ucapan Ricka yang tergagap, mendadak terputus saat Rara, ibunya masuk ke dalam kamar Kalya dan memanggil si pemilik kamar. 

"Ya, Mbak? Kenapa?" 

Kalya yang melihat wajah tegang Rara, merasa bingung saat wanita itu masuk ke dalam kamarnya dengan cara tergesa. 

"Kamu ganti baju gih, sekarang! Ada hal penting yang nunggu kamu di bawah!" beritahu Rara langsung  duduk di sisi ranjang Kalya dan mencoba meraih tangan perempuan tersebut. 

"Hal penting?" alis Kalya kembali mengerut dan melirik wajah Ricka sekilas yang masih sama bingungnya seperti beberapa saat yang lalu. 

"Hal penting apa?" 

"Itu…Mario datang," Rara menarik napas panjang sekali dan membuangnya. 

"...dia bilang mau melamar kamu." 

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Erni Fitriana

Erni Fitriana

oh my GOD....oh my GOD😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱

2021-11-07

1

Nur Hayati

Nur Hayati

gavin yg harus tanggung jawab

2021-09-29

0

Kenzi Kenzi

Kenzi Kenzi

mario.nekad.....fmn reaksinga tahu klo eneng hamil,.....

2021-08-24

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Episode 1
3 Episode 2
4 Episode 3
5 Episode 4
6 Episode 5
7 Episode 6
8 Episode 7
9 Episode 8
10 Everythings has the reason
11 Episode 9
12 Episode 10
13 Episode 11
14 Episode 12
15 Episode 13
16 Episode 14
17 Episode 15
18 Episode 16
19 Episode 17
20 Episode 18
21 Episode 19
22 Episode 20
23 Episode 21
24 Episode 22
25 Episode 23
26 Episode 24
27 Episode 25
28 Episode 26
29 Episode 27
30 Episode 28
31 Episode 29
32 Episode 30
33 Episode 31
34 Episode 32
35 Episode 33
36 Episode 34
37 Episode 35
38 Episode 36
39 Episode 37
40 Episode 38
41 Episode 39
42 Episode 40
43 Episode 41
44 Episode 42
45 Episode 43
46 Episode 44
47 Episode 45
48 Episode 46
49 Episode 47
50 Episode 48
51 Episode 49
52 Episode 50
53 Episode 51
54 Episode 52
55 Episode 53
56 Episode 54
57 Episode 55
58 Episode 56
59 Episode 57
60 Episode 58
61 Episode 59
62 Episode 60
63 Episode 61
64 Episode 62
65 Episode 63
66 Episode 64
67 Episode 65
68 Epilog
69 Extra Part - 01 Gavin dan Kalya
70 Extra Part 02 - Satu Bulan Kemudian
71 Extra Part 03 - Dua Pasangan Yang Sangat Berbeda
72 Extra Part 04 - Satu Hari Yang Aneh di Rumah Gavin
73 Extra Part 05 - Dua Hati
74 Extra Part 06 - Dia Thalita
75 SORY 'N BIG THANKS
76 VISUAL
77 Mr. Evan's Brides
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Prolog
2
Episode 1
3
Episode 2
4
Episode 3
5
Episode 4
6
Episode 5
7
Episode 6
8
Episode 7
9
Episode 8
10
Everythings has the reason
11
Episode 9
12
Episode 10
13
Episode 11
14
Episode 12
15
Episode 13
16
Episode 14
17
Episode 15
18
Episode 16
19
Episode 17
20
Episode 18
21
Episode 19
22
Episode 20
23
Episode 21
24
Episode 22
25
Episode 23
26
Episode 24
27
Episode 25
28
Episode 26
29
Episode 27
30
Episode 28
31
Episode 29
32
Episode 30
33
Episode 31
34
Episode 32
35
Episode 33
36
Episode 34
37
Episode 35
38
Episode 36
39
Episode 37
40
Episode 38
41
Episode 39
42
Episode 40
43
Episode 41
44
Episode 42
45
Episode 43
46
Episode 44
47
Episode 45
48
Episode 46
49
Episode 47
50
Episode 48
51
Episode 49
52
Episode 50
53
Episode 51
54
Episode 52
55
Episode 53
56
Episode 54
57
Episode 55
58
Episode 56
59
Episode 57
60
Episode 58
61
Episode 59
62
Episode 60
63
Episode 61
64
Episode 62
65
Episode 63
66
Episode 64
67
Episode 65
68
Epilog
69
Extra Part - 01 Gavin dan Kalya
70
Extra Part 02 - Satu Bulan Kemudian
71
Extra Part 03 - Dua Pasangan Yang Sangat Berbeda
72
Extra Part 04 - Satu Hari Yang Aneh di Rumah Gavin
73
Extra Part 05 - Dua Hati
74
Extra Part 06 - Dia Thalita
75
SORY 'N BIG THANKS
76
VISUAL
77
Mr. Evan's Brides

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!