Sudah satu minggu ini Kalya berhasil menghindar dari Gavin. Sudah satu minggu ini juga, dia berusaha keras untuk tidak terlibat interaksi apapun dengan cowok itu. Termasuk, menolak undangan makan malam bersama di rumah Kendra, dengan alasan belum punya waktu karena pekerjaan yang sedang ia tangani.
Sebenarnya, di satu sisi, Kalya merasa sedih, karena hubungannya dengan Gavin harus berakhir seperti ini. Keponakan yang paling ia sayang sejak dulu, kini seperti menjadi duri dalam daging. Yang membuat Kalya mau tidak mau, harus melepaskan Gavin agar bisa tenang menjalani hidup.
"Tante, udah siap belum? Aku tunggu di bawah, ya!"
Kalya masih berdiri di depan cermin rias kamarnya, ketika mendengar suara Ricky yang berteriak dari arah luar.
Aneh, setelah kemarin tidak mengatakan apapun, pagi ini Ricky terlihat lebih sibuk dan menggedor Kalya dengan mengatakan kalau mereka akan berangkat lebih pagi dari biasanya.
Meski heran dan penuh tanya, Kalya lebih memilih untuk diam sementara waktu. Menuruti perkataan Ricky sampai nanti tiba dia bertanya pada lelaki satu itu.
Setelah selesai mempersiapkan diri, Kalya langsung turun menuju lantai dasar rumah Keanu. Belum sempat sarapan ataupun berbasa basi dengan semua orang di rumah Keanu, Kalya langsung melesat menuju teras rumah, dimana Ricky sudah menunggunya dari tadi.
"Loh, Tante udah mau gerak? Nggak sarapan dulu?"
Di teras, Kalya bertemu dengan Ricka yang sepertinya baru pulang dari lari pagi. Dia menatap Kalya dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Nggak. Si Ricky bilang dia harus berangkat pagi ini. Jadi, ya Tante ikut aja." Jawab Kalya, membuat Ricka mengerutkan dahi tidak suka.
"Kalau dia buru-buru, ya udah. Tante berangkat sama Papa aja! Atau sama Kak Ricko pas dia mau ke restoran," saran Ricka, kini melirik mobil Ricky yang baru keluar dari garasi rumah mereka.
"Nggak bisa! Papa kamu nanti ada urusan dulu di luar. Sementara Ricko, dia 'kan biasa pergi ke resto jam sepuluh! Bisa telat dong Tante! Lagian, arah restoran dia sama kerjaan Tante kan lain arah, Rickaaaa… gimana, sih!"
"Oh, iya, ya…. Lupa,"
Kalya hanya menggeleng melihat tampang Ricka yang berpikir. Setelah itu, dia mengangguk pasrah, mendengar Ricky yang mulai meneriaki tante mereka untuk segera masuk ke dalam mobil.
"Ya udah, kalau gitu, Tante pergi dulu, ya!" pamit Kalya yang langsung masuk ke sisi kemudi Ricko, setelah mendapat anggukan kepala dari Ricka.
"Rick, kita kok perginya cepat banget, sih? Tumben. Kamu ada rapat pagi ini?" tanya Kalya, begitu Ricky mulai menjalankan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah.
"Enggak,"
"Lah, terus kita mau kemana? Kenapa berangkat sekarang? Mana Tante juga belum sarapan lagi! Kamu juga pasti belum, kan?!" omel Kalya memberengutkan wajahnya melirik Ricky.
"Udah, pokoknya, Tante tenang aja. Ntar juga Tante pasti tahu kira ke mana. Pokoknya, aku pastiin sampai kantor nanti Tante udah sarapan." Kata Ricky yakin, lantas membuat Kalya hanya bisa menghembuskan napas panjang. Dia memang selalu kesulitan jika berurusan dengan membaca tingkah laku Ricky sejak dulu.
"Yaudah! Awas kalo kamu bohong!"
***
"Loh, kenapa kita datang ke mari?"
Kalya membelalakkan matanya tak percaya, melihat rumah yang saat ini ada di depan matanya. Rumah yang sudah bertahun-tahun ia tempati, hingga akhirnya memutuskan untuk pindah ke kediaman Keanu saat ini.
"Sory ya, Tante… aku sengaja bawa Tante kemari, karena nggak bisa menolak perintah Om Kendra. Soalnya, Om Kend sendiri yang nyuruh aku bawa Tante Kal kemari…" Ricky terlihat sedikit jaga jarak dengan Kalya, ketika melihat perempuan yang menjadi tantenya itu menatap murka ke arahnya.
"Kamu…!"
Kalya hendak mengomeli Ricky yang langsung mengerut takut, ketika pintu rumah Kendra terbuka dan menampilkan sosok Kendra dari dalam.
"Oh, kalian udah datang, toh…" Kendra tersenyum pada Ricky dan juga Kalya, yang dibalas senyuman bahagia oleh Ricky sendiri.
Sedangkan Kalya, dia hanya bisa tersenyum canggung ketika fokus kakaknya hanya tertuju padanya.
"Hai, Kal… apa kabar kamu? Perasaan, akhir-akhir ini, untuk ketemu kamu aja, kok susah banget, ya? Mesti cari waktu yang pas untuk ketemu sama kamu. Udah kayak pejabat aja," canda Kendra langsung merangkul Kalya dengan sayang dan menyuruh Ricky untuk ikut masuk ke dalam rumah.
"Ih, pejabat apa coba yang kayak aku gini! Mas Kend nyindir, ya!" rajuk Kalya pura-pura cemberut, menutupi perasaan tidak enaknya terhadap Kendra.
"Iya. Emang nyindir! Syukur-syukur kamu sadar. Abis, kamu sombong banget, sih akhir-akhir ini! Masa mau ketemu sama adik sendiri Mas harus nunggu lama? Untung ada Ricky yang bisa Mas ajak kerja sama buat bawa kamu kemari," cerita Kendra, yang langsung membuat Kalya menoleh tajam pada Ricky.
Sementara Ricky, yang mendapat pelototan tajam seperti itu, hanya bisa tersenyum memohon ampun, agar Kalya tidak marah kepadanya. Yah, siapa tahu saja Kalya tidak akan mencubitnya hanya karena masalah ini.
"Udah, kamu nggak usah marahin Ricky kayak gitu! Ini kan permintaan Mas sendiri. Kalau mau marah, marah aja sama Mas. Jangan sama dia! Dia nggak salah," bela Kendra yang seketika membuat Ricky senang dan memberikan tanda hati pada paman tersebut.
"Ya, enggaklah, Mas! Aku mana mungkin marah, kalo Mas Kendra yang nyuruh aku kemari," lirih Kalya akhirnya pasrah, begitu Kendra membawa mereka ke ruang makan.
Disana, sudah ada Nia, istri Kendra dan juga Gavin yang sebenarnya sangat enggan Kalya temui.
"Eh, Kalya dan Ricky udah datang? Mari sini duduk!" seru Nia mempersilakan adik ipar serta keponakannya untuk di kursi yang sudah ia siapkan.
Kalya yang hendak duduk di salah satu kursi di dekat Nia, mendadak membeku, ketika Gavin menarik kursi yang ada di sebelahnya.
"Duduk sini aja," kata lelaki itu datar, bahkan tanpa menoleh pada Kalya sedikitpun.
"Eum…," Kalya yang bingung dan takut menimbulkan kecurigaan di depan Nia dan Kendra, berpikir untuk duduk di tempat yang telah Gavin berikan.
"Iya,"
Tap!
"Thank you,"
Belum juga sempat Kalya duduk di kursi yang Gavin persilakan untuknya, Ricky yang tadinya sudah duduk berseberangan dengan Gavin, entah kenapa berpindah dan malah duduk di kursi yang Gavin berikan untuk Kalya.
"Lo--!"
"Kenapa? Ada masalah? Apa ini kursi khusus yang nggak boleh diduduki orang lain? Kok muka lo kelihatan kesel gitu?" tanya Ricky menatap polos pada Gavin yang menggeram.
"Udah! Kalian ini udah gede masih aja pada ribut! Kalya, kamu duduk aja di samping Mbak sini!" ajak Nia setelah sebelumnya mengomel pada Gavin dan juga Ricky yang tampak masih berperang melalui tatapan mereka.
"Rese lo!" rutuk Gavin lantas mengabaikan Ricky di sampingnya.
Suasana sarapan pagi terasa cukup hangat dengan perbincangan yang terjadi di antara mereka. Tampak Kendra dan juga Ricky yang sangat aktif berbagi cerita satu sama lain dengan Nia yang sesekali ikut dalam percakapan mereka.
Sedangkan Kalya, hanya menanggapi sesekali karena ia sendiri pun masih merasa tidak begitu nyaman di sana. Tatapan Gavin yang sejak tiba tadi selalu tertuju padanya, membuat Kalya sulit untuk sekedar menelan sarapan yang masuk ke dalam mulutnya.
"Om senang banget loh, Rick, kamu ikut sarapan di sini. Rame! Harusnya, kamu sering singgah ke mari untuk sarapan bareng kayak gini! Toh, dari rumah kamu menuju kantor 'kan emang selalu melewati jalan ini." Kata Kendra saat mereka selesai makan.
"Makasih, Om atas undangannya! Aku jadi terharu…" balas Ricky tertawa, dan melirik Kalya yang masih terlihat resah.
"Yaudah deh, kalau gitu, aku sama Tante Kal berangkat dulu ya, Om, Tante… kita--"
"Eh! Tunggu!" interupsi Gavin tiba-tiba, membuat semua mata tertuju padanya.
"Gue ikut,"
***
"Kamu apa-apaan, sih?! Kenapa kamu malah izinin dia ikut bareng kita?!"
Ricky menelan ludahnya susah payah, saat membawa isi pesan teks yang dikirimkan oleh Kalya untuknya. Padahal, saat ini wanita itu tengah duduk di sampingnya dengan tampang yang terlihat seperti ingin mengunyah seseorang.
"Maaf deh, Tante… apalah dayaku saat Om Kend nyuruh aku ngasih tumpangan buat anaknya. Kalo bisa mah, aku juga malas bawa manusia model dia bareng kita…"
Setelah mengetik balasan untuk Kalya dan melihat wanita itu membawa isi pesannya, Ricky melirik kaca spion bagian tengah yang membuat dia bisa melihat Gavin yang saat ini tengah duduk di bagian belakang mobilnya.
"Vin! Lo yakin mobil lo mogok? Bukannya kemarin baik-baik aja, ya? Bahkan semalam gue sempat lihat lo nyalip mobil gue dengan kecepatan tinggi," tanya Ricky melirik Gavin yang tampak masa bodo dengan pertanyaan yang ia berikan.
"Emang nggak boleh, mobil gue mogok! Emang dia harus kelihatan lemah dulu di depan lo, baru dia boleh mogok?!" ketus Gavin, membuang pandangannya ke arah lain.
"Ya bukan gitu juga, goblok! Gue 'kan cuma nanya. Emang nggak boleh?!"
"Enggak kalo orangnya itu elo!"
"Sialan lo! Mau gue turunin?!" ancam Ricky kesal, sontak membuat Gavin hanya bisa menatapnya dengan sorot mata yang tajam.
Ricky hanya menggelengkan kepalanya sejenak. Lalu, dia menoleh, melihat Kalya yang terlihat masih resah di tempatnya.
Sepertinya adik dari ayahnya itu tidak begitu nyaman dengan kehadiran Gavin bersama mereka. Meski dia tidak tahu betul apa yang sebenarnya terjadi antara keduanya hingga membuat Kalya tampak begitu menghindari Gavin, tapi Ricky tetap berusaha untuk membuat Kalya nyaman bagaimana pun caranya.
"Waktu nyetir, mata itu lihat ke depan! Ntar kali nabrak nyalahin orang lagi!" tegur Gavin penuh sindirian itu, kembali membuat Ricky menatapnya melalui kaca spion. Dia penasaran, apa mungkin Kalya membenci Gavin karena tingkahnya yang super menyebalkan itu?
"Gue dengar, bentar lagi waktu magang lo selesai, ya? Wah, enak dong, bisa balik ke kampus lagi! Ya nggak?"
Ricky tersenyum sinis penuh kemenangan, melihat raut wajah Gavin yang kembali cemberut. Heran, perasaan waktu kecil dulu, yang paling pendiam itu adalah Ricko, saudara kembar Ricky, tapi, kenapa sekarang malah Gavin yang terlihat jadi lebih pendiam dan ketus?
"Nyetir aja yang bener! Nggak usah banyak tanya!" balas cowok itu, membuat Ricky gemas dan ingin memukulnya.
Tapi, alih-alih melawan Gavin dan mulut jahatnya, Ricky lebih memilih untuk menghibur hati tantenya yang saat ini terlihat semakin tidak karuan.
"Tante Kal, ingat nggak, waktu aku magang dulu? Waktu itu 'kan aku nggak di divisi yang sama sama Tante," tanya Ricky melihat Kalya yang menoleh ke arahnya.
"Ingat. Kenapa?" sahut Kalya.
Ricky tersenyum dan meluruskan pandangannya ke arah jalanan yang ada di depan.
"Waktu itu, aku kan nggak ada di divisi yang sama sama Tante. Tapi, kita ketemu tiap hari, karena Tante yang selalu nemuin aku di waktu jam istirahat. Tante bahkan yang selalu memperjuangkan waktu aku untuk makan di luar, saat Papa ngasih aku tugas yang banyak. Ingat kan?"
Ricky tersenyum melihat Kalya yang sepertinya larut dalam obrolan mereka seputar kegiatan Ricky waktu magang dulu.
"Iya, ingat! Tante juga yang belain kamu waktu kamu bolos karena nggak mau Papa kamu kasih beban kerjaan yang banyak ke kamu! Kamu bilang, Mas Keanu itu pilih kasih karena lebih nekan kamu daripada anak magang yang lain. Ya kan?" ujar Kalya terkekeh, membuat wajah Ricky sedikit memerah.
"Iya, kayaknya aku masih manja banget ya waktu itu. Kalo dipikir-pikir agak malu juga, sih karena sekarang aku malah jadi manager di tempat aku magang dulu."
"Bukan cuma manja! Kamu juga cengeng! Ingat, kamu pernah merengek datang sana Tante cuma karena kamu disuruh lembur untuk gantiin waktu kamu yang bolos itu? Kamu juga ngambek dan ngancam bakal minggat dari rumah kalau Papa kamu terus menuntut waktu magang kamu yang terbuang sia-sia itu! Ingat?"
Kalya menuding wajah Ricky yang semakin merah itu dengan telunjuknya. Membuat pria yang lebih muda tiga tahun darinya itu panik dan langsung menangkap tangan Kalya dan menggenggamnya.
"Eh, Tante! Nggak usah bahas yang itu, bisa nggak, sih?? Aku malu banget sama itu! Karena waktu itu aku nggak sadar kalo aku lagi nangis di depan banyak orang! Sumpah! Rasanya muka aku ini mau aku semen aja tahu nggak, sih saking malunya! Mana Papa nggak Bujuk aku dan malah nurutin mau aku lagi…" seru Ricky heboh, yang tanpa sadar terus menggenggam sebelah tangan Kalya yang tertawa.
"Baru sadar, itu memalukan! Selama ini kemana aja, Pak Ricky…!" ejek Kalya yang sepertinya juga tidak sadar atau bahkan tidak mempermasalahkan itu juga tampak tertawa lepas.
Sementara itu, seolah keberadaannya dilupakan, Gavin yang duduk di belakang mereka pun hanya bisa diam, menonton adegan romantis itu dengan dengan tatapan penuh amarah.
"Iya… aku baru juga ngeh sekarang karena bahas magang. Aku pikir…"
Seperti ingat akan sesuatu, Ricky menghentikan ucapannya, seiring dengan tawa Kalya yang juga ikut mereda. Wajah mereka mendadak kaku, saat pelan-pelan mereka melirik ke arah belakang kemudi dimana seorang yang tiba-tiba saja mereka ingat, tengah berada di sana.
"Udah siap ketawanya?"
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Erni Fitriana
🤣🤣🤣🤣baru enveh y ada orang duduk di jok belakang
2021-11-06
0
Lie Komala
yeeaayyt akhirnya up jg,,,bahagia nya kya dpet dorprise 😁
2019-09-12
0
Aiyou Nmz Ceweszaghitariusz
kow baru muncul lagi
2019-09-09
2