Maaf Dan Terima Kasih

...Di atas rooftop...

Sebelum salah seorang pria dengan wajah juteknya itu memegang pergelangan tangannya.

"Lo mau ngadu ke guru ya....kalo kita mau ngerokok disini..." ucap seorang lelaki dengan seragam berantakan itu padanya.

"eh...... tolol kita belum ngeluarin rokok!! dia pasti nggak bakalan tau anjir kenapa malah Lo kasih tau.....bangsat!!!" ucap seorang dengan seragam rapi itu sembari mendorong kepala lelaki dengan seragam berantakan itu.

"gue tau anjir!!! gue cuman mau bikin nih cewek salting... gitulah" ucapnya sembari menaikan sebelah alisnya.

"rak.....Lo nggak ada kapoknya yah, oh iya gue Arya dan ini Raka kita dari kelas 12 IPS 5, Lo kelas berapa. gue baru lihat Lo soalnya..." ucap seorang lelaki dengan seragam rapi itu padaknya yang tak lain bernama Arya.

"Nala 11 IPS 2..." ucapnya Dengan wajah datarnya,

"oh....berarti Lo sekelas sama adek gue Alya?" ucap Arya padanya

Ia pun mengangguk bermaksud mengiyakan ucapan Arya, ia hendak pergi dari tempat itu sebelum Raka kembali memegang pergelangan tangannya.

"Lo beneran kelas 11? bukan anak guru yang nyasar kan?..."ucap raka sembari mendekatkan wajahnya padanya, hal itu membuat Nala panik.

Nala pun akhirnya hanya mengangguk dan mencoba melepaskan genggaman tangan Raka, setelah berhasil melepaskan genggaman tangan Raka Nala pun segera pergi meninggalkan mereka berdua tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"woy..... Lo nggak ada sopan santunnya ya...sama kakak kelas" teriak Raka padanya tetapi tak di hiraukan.

Nala pun akhirnya hilang dari pandangan mereka.

"cih...dasar freak" ucap Raka kesal

"udah rak... Kita nyebat aja" ucap Arya sembari mengeluarkan rokok dari kantongnya.

Mereka berdua pun menghisap rokok, ditemani dengan angin rooftop yang menenangkan.

"eh ar....itu apaan" ucap Raka sembari menunjuk ke arah bangku.

"paperbag" ucap Arya sembari memegang paperbag itu

"kayaknya ini punya bocah freak tadi deh" ucap Raka

"bisa jadi, yuk kita balikin" ucap Arya hendak meninggalkan Raka, sebelum Raka menghalangi nya

"yaelah... Nanti aja pulang, kan dia bilang sekelas sama Alya" ucap Raka sembari mengeluarkan asap dari dalam mulutnya.

"benar juga" ucap Arya kembali menghisap rokoknya.

...*********...

Nala berjalan menuruni tangga, tepat saat Nala berbelok ia lagi-lagi tak sengaja menabrak hidan.

Tetapi hal itu membuat kertas-kertas yang ada di tangan hidan berterbangan dan terjatuh, hidan segera mengumpulkan kembali kertas yang terjatuh itu.

Nala hanya melihat Tanpa membantunya, hidan yang merasa jika Nala hanya melihatnya saja pun menegur nya.

"kamu daripada diam disitu mending bantu aku mungut tin ini kertas!!! kan ini jatuh juga gara-gara kamu!!" ucap hidan pada Nala

Mendengar ucapan hidan, Nala pun membantunya walaupun hanya beberapa yang ia pungut.

"makasih yah, Lo...nggak mau ngomong sesuatu gitu? kayak....maaf atau apa gitu?" ucap hidan pada Nala,

Tetapi Nala berfikir bahwa dia tak perlu mengatakan apa-apa, karena ia rasa kertas itu juga terjatuh karena ulah hidan yang tak memegangnya dengan benar.

"aku mau ke perpustakaan" ucapnya sembari berjalan meninggalkan hidan yang dibuat bingung olehnya

"emang aneh tuh anak, orang tanya apa dia jawab apa, heh...dasar untuk Lo cantik" ucap hidan (anjay Lo cantik Lo aman bro)

Belum sempat Nala ke perpustakaan, bel masuk pun berbunyi mau tak mau ia harus mengurungkan niatnya.

"loh Nala perasaan Lo keluar tadi bawa paperbag deh kok sekarang nggak ada" ucap Alya sembari melihat kearahnya

Ia baru sadar jika dia tak melupakan paperbag nya di rooftop tadi, bagaimana tidak pikirannya langsung terhenti saat melihat Arya.

Ia berniat kembali ke rooftop, tapi niatnya di urungkan karena gurunya telah memasuki ruang kelasnya, mau tak mau dia akan mengambilnya sepulang sekolah nanti, semoga saja rooftop tidak terkunci.

TRINGGG TRINGGG TRINGGG..........

Bel pulang pun berbunyi

Nala bergegas memasukan bukunya ke dalam tas, ia takut jika rooftop akan terkunci.

"nal.....kok Lo kayak buru-buru gitu Lo nggak kenapa-napa kan?" tanya Tasya padanya,

Nala hanya menggelengkan kepalanya, saat hendak pergi dari situ, dari kejauhan ia melihat kedua sosok orang yang berada di rooftop tadi.

Ia berniat menanyakan tentang paperbag nya pada mereka, kedua orang itu pun kini berada di dalam kelasnya

"nih punya Lo kan....makanya kalo dipanggil itu noleh jangan main asal pergi aja kayak bocah SD" ucap raka sembari memberikan paperbag miliknya

ia pun menggambil paperbag itu dari tangan Raka. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun

"bilang apa?" ucap Raka ketus kepadanya

"kak Raka, berharap ucapan apa dari mulut dia, jangankan makasih bilang maaf aja dia nggak bisa" ucap Alya pada Raka

"eh.....nala itu introvert kak makanya dia takut buat ngomong, bukan nggak bisa" sangkal Tasya

Nala menoleh ke arah Tasya yang memberinya kode untuk berkata iya.

Ia pun mengangguk dan ingin beranjak dari situ sebelum pergelangan tangannya di pegang oleh Raka.

"gue suruh Lo ngomong makasih! bukannya mengangguk, kalo gue tahu....mungkin nggak gue ambil nih paperbag Lo...!"ucap Raka kesal

"udah rak, Tasya bilang kan dia introvert,.udah biarin aja" ucap Arya sembari mencoba melepaskan tangan Raka padanya

"yah....setidaknya senyum kek apa kek ini diam aja kayak kanebo kering" ucap Raka kesal

"dia emang gitu kak aneh" sambung Alya

Nala segera beranjak pergi dari situ setelah Arya berhasil membantunya melepaskan genggaman tangan Raka padanya.

"tuh anak kayaknya salah daftar deh harusnya dia daftar di TK ehh malah nyasar di SMA merdeka" ucap Raka kesal.

Raka, arya, Alya, dan Tasya pun beranjak dari kelas 11 IPS 2 dan berjalan menuju parkiran.

Saat mobil mereka berhenti tepat di depan gerbang, mereka melihat Nala bersama dengan hidan.

"cocok deh mereka yang satu tolol, yang satu sok pintar, kalo mereka pacaran bakalan jadi couple goals deh gue yakin" ucap raka sembari melihat ke arah mereka

"ngapain kak hidan sama Nala?"ucap Alya dengan nada kesal

"kenapa alya? Lo cemburu sama hidan wkwk" ucap raka sembari tertawa

"nggak kok kak Raka, aku kesal karena kenapa kak hidan mau ngobrol sama Nala? pasti nggak bakalan di respon sama dia, Nala itu aneh" ucap Alya keliru

"udah rak pulang aja"ucap Arya padanya

"wkwkwk iya iya" ucap Raka sambil tertawa,

Tasya hanya diam sedari tadi, masih mencoba mencerna kejadian bahwa dia semobil dengan pria idolanya itu.

...**********...

Nala sedang menunggu pak Pardi di depan gerbang sekolah, dia sudah mencoba menghubungi pak Pardi tetapi tak ada jawaban dari pak pardi.

Tak lama sebuah motor berhenti di depannya, orang itu membuka helmnya dan menampilkan hidan.

"hallo... Nala udah ada yang jemput belum?" tanyanya pada nala dan hanya gelengan kepala yang nala lakukan

"kalo gitu mau bareng kakak nggak? Bentar lagi sekolah mau tutup ntar kamu sendirian disini" ajak hidan

Apa yang hidan katakan itu benar, sekolah sudah mulai sepi, dan pak Pardi masih belum bisa di hubungi, tetapi dia tak begitu mengenal hidan dia tak bisa percaya begitu saja padanya bukan?

Tapi sampai kapan dia menunggu? Tak ada pilihan lain selain ikut sama hidan, Nala yakin bahwa pak Pardi tidak menjemputnya ini ada kaitannya dengan mamahnya.

"kenapa Nala? mau ikut apa enggak? tapi aku harus ke Gramedia dulu" ucap hidan padanya

"kakak lama nggak di Gramedia?" tanya Nala pada hidan

"nggak lama sih cuman bentar doang" ucap hidan

Nala mulai tertarik, terlebih lagi ia belum pernah ke Gramedia dan dia dengar di Gramedia itu banyak sekali buku-buku.

"iya deh kak, Nala mau" ucapnya dengan wajah datar

"oke nih helmnya" ucap hidan sembari memberikan helmnya pada nala

mereka pun bergegas menuju Gramedia sesampainya disana Nala melihat begitu banyak sekali novel.

Nala tertarik sama sebuah novel yang berjudul (hidup untuk rasa sakit) Nala pun mengambil novel itu.

Hidan yang melihat Nala mengambil sebuah novel pun mendekati Nala.

"hidup untuk rasa sakit yah,....Lo suka novel yang berbau angsat yah?" tanya hidan penasaran

Nala menoleh sekilas ke arah hidan, lalu beranjak pergi ke meja kasir.

"emang susah ditebak anaknya" ucap hidan dengan senyuman tipisnya.

Nala pergi ke meja kasir untuk membeli novel yang ia ambil tadi, di susul oleh hidan dibelakangnya.

"totalnya 175k kak..." kata kasir itu kepadanya sembari tersenyum, ia mengambil dompet yang ada di dalam tasnya lalu menggambil 2 lembar uang seratus dan memberikannya pada kasir itu.

"makasih kak, kembaliannya 25 k yah kak, bentar yah kak" ucap kasir itu lagi padaku sembari tersenyum manis.

Kasir itu memberikan Nala sebuah plastik yang berisi novel tadi, Nala mengambil plastik tersebut dan langsung beranjak tanpa berkata apa-apa.

"dia itu emang nggak bisa ngomong atau gimana sih?" ucap karyawan itu

"maaf kak, dia lagi dapet jadi nggak mood gitu"jawab hidan sembari tersenyum pada kasir itu.

Nala menunggu hidan di parkiran, tak lama dari kejauhan ia melihat keberadaan hidan yang melambaikan tangannya.

"maaf Nala, nunggu lama" ucap hidan sembari tersenyum manis

Nala hanya diam tak membalas ucapan hidan, hidan pun berucap agar suasana tak menjadi canggung

"emang kamu nggak dicari pulang malam gini?" tanya hidan padanya

"nggak pulang pun, nggak bakalan ada yang cari" jawab Nala singkat

Namun hal itu membuat hidan merasa tak enak, hening antara keduanya, akhirnya mereka pun menjalankan motornya menuju rumah Nala.

Cukup lama mereka di perjalanan akhirnya mereka pun sampai di depan gerbang rumah Nala, Nala membuka helm dan memberikannya kepada hidan lalu ingin beranjak dari tempat itu sebelum hidan berkata.

"terimakasih kembali" ucapnya sembari tersenyum manis

Terima kasih, untuk apa? mengapa orang-orang tak takut mengucapkan kata itu? apa untungnya kita mengucapkan kata itu? pikirnya lalu meninggalkan kak hidan tanpa berpamitan dengan nya.

...**********...

Nala masuk ke dalam rumah dan bergegas berlari menuju tangga hendak masuk kedalam kamar, saat dia membuka pintu kamarnya sekilas dia melihat seorang gadis duduk di tempat tidurnya, Nala yang penasaran pun mendekati gadis itu, ternyata itu dini adiknya.

"kak Nala, akhirnya kak Nala pulang maafin... dini yah kak, gara-gara dini... kak Nala jadi nggak di jemput sama pak Pardi" ucap gadis yang lebih tinggi darinya yang tak lain adalah dini.

Dini adalah adik tiri Nala, meskipun dia adiknya tetapi dini lebih tinggi dari Nala, bahkan dini adalah satu-satunya orang yang buat dia masih bertahan.

jika suatu saat dini juga mengkhianati nya mungkin dia akan mengakhiri hidupnya.

Dini tiba-tiba memeluknya sembari menangis

"maaf kak" ucapnya lirih

"kenapa?" tanya nala padanya

"maaf karena aku telat bangun pagi tadi, yang buat kakak harus pergi sekolah sendiri, tapi mama mengira kakak terlalu egois, karena tidak menungguku alhasil mamah menyuruh pak Pardi tidak usah menjemput kakak dan tidak usah mengangkat telepon dari kakak, sekali lagi dini minta maaf kak,hiks hiks" jelasnya sembari menangis

"diam lah...dan segera tidur aku ada ekskul jadi pulang lama, aku juga pulang bareng teman kok"ucap nala mencoba menenangkan nya

"kakak sudah punya teman?" ucapnya dengan wajah yang sangat bahagia

Apakah dia bipolar? mengapa perubahan moodnya begitu cepat? Nala berfikir mungkin hari libur nanti dia akan membawanya ke psikiater, padahal seharusnya dia uang ke psikiater.

"Aku bakalan tidur disini saja kak, sebagai gantinya kakak harus ceritakan siapa teman kakak itu, bentar sebelum itu kakak mandi dulu deh heheh" ucap dini sembari tersenyum.

Nala membersihkan badannya, setelah itu dia berniat mengerjakan tugas yang tadi di berikan oleh Bu Eka, saat ingin berjalan menuju meja belajar dia melihat dini tertidur lelap itu membuatnya merasa sedikit tenang Nala pergi ke meja belajar untuk mengerjakan tugas sekolahnya.

Nala membuka lembaran demi lembaran buku pelajaran hingga sampai di bab berjudul norma dan peraturan, dia melihat sekilas ke arah plastik yang tadi dia beli di Gramedia, Nala menggambil novel yang ada di dalam plastik itu (hidup untuk rasa sakit)

Nala berfikir tujuan hidupnya mungkin hanya untuk mendapatkan rasa sakit, saat umurnya baru menginjak 5 tahun dia sudah merasakan rasa sakit yang menghantuinya sampai sekarang, hal itu yang membuatnya terlihat sangat pendiam.

Semenjak kejadian 10 tahun lalu, senyuman nya hilang dia juga menjadi kurang percaya sama orang-orang, makanya dia selalu menyendiri, karena dia rasa itu akan menjadi lebih baik untuknya dan juga orang lain.

(tinggg tringgg........waktu menunjukkan pukul 12)

bunyi dari jam dinding di kamarnya menyadarkannya pada lamunannya.

dia pun kembali mengerjakan tugas sekolahnya sebelum lewat tengah malam.

Waktu menunjukkan pukul 01:47, kini ia telah selesai mengerjakan tugas sekolahnya, dan dia benar-benar sangat kelelahan, dia berjalan menuju tempat tidurnya hendak tidur karena kini dia merasa benar-benar sudah sangat kelelahan.

...**********...

Tak terasa pagi pun tiba, Nala berjalan menuruni tangga, hingga langkahnya terhenti.

"kak kenapa berhenti?" tanya dini padanya

"papah yah?" ucap dini dengan nada cemas

"tunggu disini yah kak! aku akan menggambil bekal kita sama bi inah lalu kita bergegas berlari menuju pintu belakang agar tak bertemu papah" ucapnya sembari menunjuk ke arah pintu belakang.

sebelum dini ingin beranjak, aku memegang tangannya dan berucap.

"nggak usah, aku lagi pengen makan di sekolah sekali-kali" ucap Nala

"dini Nala kalian kemana?" ucap pak Adam pada mereka, yang membuat ketakutan Nala semakin besar tapi dini paham apa yang Nala rasakan dia membawa nala berlari menuju pintu belakang?

"heh....heh....heh.... untung heh.... kita bisa heh lari" ucap dini sembari tersengal

"eh non Nala.. non dini... mau berangkat sekarang?" tanya pak Pardi pada mereka berdua

"iya pak sekarang!" ucap dini sembari masuk ke dalam mobil diikuti oleh Nala.

Mobil mereka pun beranjak, tak lama mereka telah sampai ke depan gerbang sekolah.

"kak semangat yah belajar nya..... jangan lupa cari teman" ucap dini padanya sembari tersenyum dan hanya di balas dengan anggukan kepala

Nala berjalan di koridor sekolah, di tengah perjalanan Nala melihat beberapa anak laki-laki sedang bermain basket, seperti nya itu menarik perhatiannya untuk menontonnya tanpa ia sadari sebuah bola basket menuju ke arahnya, untungnya ada seorang lelaki yang menolong nya.

"Lo aman kan?" ucap seseorang yang tak lain adalah raka

"yah..... Lo lagi anak TK yang baru belajar bicara" ucap Raka dengan muka judesnya

"Lo mau bilang apa setelah gue tolong?" tanya Raka padanya

Nala berfikir, apa yang harus dia katakan? dia hanya memukul bola basket yang hampir mengenai wajah nya? apakah sia harus mengatakan sesuatu? Oh.... rasanya tidak?, karena Nala tak merasa harus mengatakan sesuatu nala pun beranjak dari lapangan itu.

"dasar anak TK lepas!!!! kalo gue tau itu Lo gue nggak bakalan mau nolongin Lo..." teriak Raka yang tak dipedulikan oleh nya.

...^^^^Happy reading^^^^...

Terpopuler

Comments

xoxo_lloovvee

xoxo_lloovvee

Salut sama Tasya yg tetap belain Nala pdhl dikacangin trus. Oh iya thor, sedikit saran, nama karakternya byk yg ga diawali huruf kapital

jgn lupa mampir ya thor

2024-05-08

0

xoxo_lloovvee

xoxo_lloovvee

eh ini maksudnya apaan thor, kok aku ga ngeh

2024-05-08

1

Bilqies

Bilqies

hai kak aku sudah mampir yaaa ....

mampir yuk di karyaku
ijin follow yaa dan jangan lupa follback /Smile/

2024-04-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!