SEPASANG PENDEKAR BUKIT HALU

Perjalanan ke bukit halu memakan waktu 2 minggu, patih yang sudah hampir sampai ke bukit yang ia tuju itu pun bernafas lega, dari kejauhan terlihat goa yang dulu ia berada,

Dengan pelan ia menuju goa tersebut, di pertengahan hutan bukit halu ia di hadang 2 orang bertopeng,

'Berhenti.....Kalian mau kemana...?' tanya seorang lelaki di balik topeng itu keras,

patih yang merasakan kereta berhenti dan mendengar suara lelaki paruh baya berbicara segera keluar dari dalam kereta itu,

"Kami mau ke goa itu,!" ucap patih pelan,

Lelaki itu tidak mengingat patih adiyaksa itu, karena penampilannya sangat berbeda,

Mau apa kalian ke goa itu, segera balik arah atau...

"Atau apa ki saka dan ni soma,!" ucapnya masih mengingat mereka sambil memberi hormat,

'Siapa kamu, kenapa mengetahui nama kami,?' tanya ni soma,

"Ini aku adiyaksa ni, apa kalian lupa kepadaku begitu saja,!" ujarnya pelan,

Adiyaksa...

'Adiyaksa kemana saja kamu baru mengunjungi kami disini,!' ucap ki saka mengingatnya,

'Benar dia sudah benar-benar melupakan kita ki,!' ucap ni soma mendukung suaminya itu,

"Apa kalian mau bicara di sini atau mau mengajakku masuk,!" seru adiyaksa kepada sepasang pendekar itu,

'Oh iya,, baiklah-baiklah ayo kita masuk,!' ucap ki saka kepada adiyaksa,

Sebentar ki aku menyusul,

Setelah menggendong bayi kecil di pangkuannya ia pun menyusul sepasang pendekar itu,

Ki saka dan ni soma melihat bayi kecil yang ada pada adiyaksa, ingin bertanya,

Nanti aku ceritakan ki ni...

Mereka sampai di goa tempat tinggal ki saka dan ni soma itu,

Kemudian adiyaksa menceritakan maksud dan tujuannya ke tempat itu,

sepasang pendekar itu sangat senang, namun ada rasa kemarahan di pikiran mereka,

'Kenapa orang tua anak ini tega berbuat seperti itu, apa karena ia tidak bisa bicara,?' ucap ni soma marah,

Patih adiyaksa yang belum menceritakan kalau putra raja tersebut tidak bisa bicara sontak di buat kaget,,

ni soma tau dari mana kalau...

'Adiyaksa sebelum kamu menuju kemari kami sudah mengetahuinya, dan masa depan anak ini pun kami sudah mengetahuinya,!' ungkapnya kepada adiyaksa tegas,

'Dan katakan kepada raja mu itu kalau ia jangan menyesal di kemudian hari,!' tegas ki saka melanjutkan,

'Kalau kamu tidak percaya dengan ucapan kami ya sudah, kami akan menerima dengan tangan terbuka bayi ini,!' ucapnya kembali,

'Kamu segeralah kembali ke kerajaan dan katakan apa yang telah kami katakan,!' ucap ki saka tegas,

'Dan jangan coba-coba mengambil kembali sampah yang sudah di buang,!' tegas ni soma melanjutkan,

"Baiklah ki saka ni soma kau pamit, ini kantong berisi emas untuk merawat anak itu,!" ucapnya malu,

'Bawa kembali dan kami tidak membutuhkannya, kami sanggup merawatnya,!' ungkap ni soma sambil melihat bayi itu,

"Panggil saja bayi itu...!" baru saja ia ingin menyebutkan nama anak itu di berhentikan ni soma,

'Abi saka bukan,!' ni soma memotong ucapan adiyaksa cepat,

"Apa...Kalian...!" Pikirnya bingung,

'Kami mengetahui apa yang tidak orang lain ketahui, ingat itu adiyaksa...!' Ucapnya tegas.

Mengingat dulu ia pun pernah mengalami ini, ia jadi teringat,

Dulu ia bertemu dengan sepasang pendekar itu tanpa sengaja, karena ia mengalami perampokan dan membuatnya hilang ingatan, dan mereka secara langsung menjelaskan siapa dan dari mana aku berasal dan benar saja, sekembalinya ingatannya semua yang mereka katakan benar adanya,

Aku melupakan kejadian itu,...

'Tidak perlu di ingat lagi, cepat kembali ke kerajaan dan jangan pernah berniat mengambil kembali anak ini, sampaikan kepada raja busuk itu,!' ucap ki saka menegaskan,

Tanpa pikir panjang, patih adiyaksa berlalu dari hadapan sepasang pendekar bukit halu itu, ia pun kembali ke kerajaannya,

"Ki sebaiknya kita bawa anak ini ke gubug saja,!" ujar ni soma kepada suaminya itu,

'Ya...ya..lebih baik kita ke gubug saja,!' ujarnya seraya mempersiapkan segalanya,

Sesampainya di gubug, mereka selalu bersama dari hari ke hari, kebahagiaan selalu terpancar dari raut wajah mereka, setelah abi saka berumur 1 tahun, ki saka mengobati syaraf lidah,tenggorokan dan juga mulut abi saka, tanpa terasa usia abi saka sudah 10tahun, dan ia sudah bisa bicara, setelah di obati ki saka 9 tahun lalu,

Ayo ikut kakek kita berlatih kanuragan sekarang,

Baik kek,...

Sambil mengikuti ki saka, ia pun berlatih dengan semangat,

hia...

hia...

Setiap hari setiap waktu ia selalu berlatih, kekuatan fisiknya sudah lumayan saat ini,

Tanpa terasa usia nya saat ini sudah 15 tahun, dengan kekuatan fisik dan kanuragan yang ia miliki sekarang, ia sudah bisa menaiki gunung yang tinggi dalam waktu 5 menit saja, dan dengan kekuatan fisik ia bisa menghancurkan batu besar dengan satu pukulan

"Kamu jangan puas dulu apa yang sudah kamu pelajari sekarang, berikutnya latihan akan lebih keras dan mengerikan lagi, persiapkan dirimu,!" ucap ki saka menakuti,

'Aku siap kapan pun kakek melatihku,!' ujarnya penuh semangat,

Ni soma yang mendengar tersenyum bahagia,

"Istirahat lah sulu, satu minggu lagi kita akan pergi,!" ucap ki saka pelan,

'Kenapa lama sekali, kenapa tidak besok saja,!' serunya protes,

Hahaaa...hahaaa...

"Anak sekarang memang tidak sabaran,!" ki saka tertawa mendengar nya,

"Kita harus ada persiapan, dan waktu menuju ke tempat latihan membutuhkan waktu 5 hari di perjalanan,!" ungkap ni soma merincikan,

'Ohhh....Baiklah...kakek nenek Aku tidur duluan kalau begitu...!' serunya cepat karena malu,

Hari-hari berlalu seperti biasanya, abi saka selalu menghabiskan waktu dengan berlatih dan berlatih, ia seakan tidak ada rasa lelah sama sekali,

Ki saka dan ni soma yang melihat selalu di buat tersenyum dengan kelakuannya,

Di padepokan elang pun sama, kembaran abi saka itu pun berlatih dan berlatih,

Namun berbeda dengan abi saka, ia sangat bosan dengan latihannya itu, ia selalu membuat keributan di padepokan itu, karena ia mengetahui statusnya pangeran dan anak seorang raja itulah yang membuatnya arogan,

Di kerajaan balaputra, raja dan permaisuri yang sudah di beritahu tentang semua yang di katakan ki saka dan ni soma itu, mereka acuh dan masa bodo, kalaupun mereka tidak lagi bertemu dengan putranya itu mereka tidak mempermasalahkannya,

Mereka mengumumkan kalau Anaknya belajar di padepokan elang saja, dan itupun hanya salah satunya, yang satunya lagi sudah tiada, itu yang mereka katakan dan umumkan,

patih adiyaksa menggelengkan kepalanya mendengarkan pengumuman itu, ingin membantah ia tidak berani karena jelas akan di hukum mati,

Hari-hari berlalu dan tanpa terasa satu minggu sudah,

Ki saka, ni soma dan abi saka sudah hampir sampai di tempat latihan berikutnya,

"Pejamkan matamu abi saka,!" perintah ki saka,

'Baiklah kek,!' sambil memejamkan matanya,

Setelah beberapa detik,...

"Buka lah matamu,!" ki saka kembali bicara,

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!