“Jadi, di mana mayatnya?”
Detektif Han tidak begitu terkejut akan sikap Agam yang memang selalu to the point. Entah Agam tidak suka atau tidak tahu untuk berbasa-basi. Padahal ini adalah pertemuan pertama mereka setelah keduanya sama-sama menangani kasus Lee Choon Sook satu tahun yang lalu. Bukankah seharusnya hubungan mereka berkembang jadi lebih akrab?
“Aigoo, Seonbaenim … setelah sekian purnama kita kembali bertemu, bukannya menanyakan keadaanku, tapi kau malah menanyakan di mana mayatnya? Apa selama ini kau hanya tertarik pada kasus saja?” protes Detektif Han, merengut sebal layaknya anak kecil yang diabaikan oleh ayahnya. “Auhh, kupikir sikapmu akan berubah menjadi lebih hangat. Ternyata tidak. Kau semakin dingin saja. Atau jangan-jangan kutub utara sudah berpindah padamu?”
Agam terlihat tak berminat sama sekali untuk menanggapi protes dan rengekan Detektif Han. Ia mengalihkan pandangannya dari Detektif Han ke arah jalan setapak kecil yang menjadi laluan para polisi dan juga tim forensik.
“Seonbaenim …,” Detektif Han melambaikan tangannya di depan wajah Agam, dengan maksud agar fokusnya kembali. “Aku sedang bicara padamu. Tolong jangan acuhkan aku seperti ini, eoh? Kita ini ibarat duo *partner in*crime. Komunikasi dua arah itu sangat penting untuk ….”
Belum selesai kalimat yang dilontarkan oleh Detektif Han, Agam sudah berlalu dari hadapannya. Meninggalkan Detektif Han sendiri dengan wajah bingungnya.
“Seonbaenim, tunggu aku!” bergegas Detektif Han menyusul langkah Agam, dan berjalan beriringan dengannya. “Yah, bisa-bisanya kau mengacuhkanku lagi?”
“Sudahlah, jangan banyak bicara,” kata Agam, yang merasa telinganya sudah mulai pengang mendengar celotehan Detektif Han sejak tadi. “Tunjukkan saja jalannya.”
Kembali Detektif Han melengos kecewa. Jika di dunia ini ada batu es yang paling susah untuk mencair, maka Agamlah batu es itu.
“Lewat sini, Profesor Agam,” kata Detektif Han dengan nada tak bersemangat. Ia kapok di abaikan terus oleh Agam.
Sementara Agam sendiri, hanya bisa menghela napas panjang melihat perilaku Detektif Han yang sama sekali tidak berubah, sejak awal masuk di kepolisian. Selalu berisik, dan terkesan suka bermain-main. Tapi meski begitu, Agam mengakui bahwa selama mereka bekerja sama dulu di hampir setiap kasus, Detektif Han adalah sosok individu yang penuh bakat dan sangat berdedikasi terhadap pekerjaannya. Di balik keceriaan dan perilaku santainya, dia adalah orang yang paling serius dan juga semangat tiap kali dihadapkan pada sebuah kasus.
“Sebelah sini.”
Detektif Han melangkahkan kakinya lebar-lebar, masuk lebih dalam lagi ke arah semak-semak rimbun yang sudah di tebas agar bisa di lalui. Agam mengikutinya dari belakang dengan perasaan dongkol. Mengimbangi langkah orang jangkung itu ternyata melelahkan.
“Dan … di sinilah tempatnya. Lokasi penemuan mayat itu.”
Detektif Han menghentikan langkahnya di sebuah jalur pendakian yang tampaknya sudah jarang dilewati oleh para pendaki. Di depan, beberapa polisi sudah berada di lokasi kejadian, menjaga dan menyisir area sekitar. Garis polisi juga sudah dipasang untuk membatasi akses. Di sekitar mayat yang sudah terbujur kaku di tanah, ada tiga orang anggota tim forensik tengah sibuk memeriksa, mengambil beberapa sampel sebagai data, sekaligus mengambil gambar dari kondisi mayat.
Dua orang polisi yang berdiri di depan garis polisi, memberikan hormat kepada Detektif Han dan juga Agam, ketika mereka mendekati tempat mayat tersebut berada.
Untuk sejenak kening Agam berkerut samar saat melihat kondisi mayat. Ia merasa ada yang janggal pada tubuh korban.
“Aneh, bukan?” kata Detektif Han yang seolah bisa membaca apa yang terlintas di benak Agam. Sebab, ia pun juga merasakan hal yang sama saat pertama kali melihatnya beberapa jam yang lalu.
Agam tak merespon perkataan Detektif Han. Ia berjalan pelan ke arah korban, agar bisa melihatnya dengan jelas.
Sangat janggal. Jika dilihat secara keseluruhan, tubuh korban tidak mengalami kerusakan yang parah. Bahkan bisa dibilang hampir mendekati bersih. Dan itu meninggalkan begitu banyak pertanyaan di benak Agam.
Agam kemudian berjongkok di samping kepala korban, meraih wajahnya, dan memeriksanya dengan teliti.
Suara helaan napas lega terdengar dari bibir Agam. “Dia … bukan Fahmi.”
“Hah? Seonbae bilang apa barusan?” tanya Detektif Han yang merasa mendengar sesuatu dari Agam.
Agam bangkit dari jongkoknya seraya membersihkan kedua tangannya yang usai memegang tubuh korban dengan hand sanitizer yang sering dibawanya kemana-mana, sembari mengeleng pelan. “Tidak. Tidak ada apa-apa.”
Dia adalah orang yang sama dengan foto yang diposting oleh ‘Killer’. Namun yang jadi pertanyaannya adalah kenapa tubuhnya terlihat sangat bersih? Jika ini kasus penganiayaan yang mengarah ke pembunuhan, harusnya ada beberapa jejak atau percikan darah yang menempel. Baik itu di tubuh korban, atau pun di area sekitarnya. Tapi ini bersih. Sangat bersih. Seolah setiap darah yang keluar dari tubuh korban telah dibersihkan.
Agam lalu meminta sepasang sarung tangan steril pada salah satu anggota tim forensik, dan kembali mendekat ke arah korban. Ada bekas luka tikaman yang cukup parah dan juga dalam di area leher korban. Di area bagian dalam mulutnya, Agam mendapati bahwa hampir semua gigi korban telah tercabut. Entah rontok saat dianiaya, ataukah dicabut secara paksa oleh pelaku.
Tak hanya itu saja. Agam juga mendapati bahwa korban rupanya telah kehilangan kedua tangannya. Agam meraih tangan yang telah terpotong itu dan memeriksa bekas potongannya. Sangat rapi. Dan hal itu tidak mungkin dilakukan oleh seseorang yang amatir, kecuali dia adalah dokter bedah atau tukang potong daging yang terampil menggunakan pisau.
“Apa kau sudah menemukan kedua tangan dan giginya?” tanya Agam, berjalan menghampiri Detektif Han sembari melepaskan sarung tangannya.
Detektif Han menggeleng. “Kami tidak bisa menemukannya di mana pun. Anjing-anjing polisi sudah di sebar untuk melacak semua area yang ada di sini, tapi hasilnya nihil.”
Hmm.
Agam terdiam sejenak. Otaknya secara aktif bekerja lebih keras saat memikirkan semua kejanggalan-kejanggalan yang ia temui pada tubuh korban. Mulai dari kondisi tubuh korban yang bersih, tak ada jejak darah--baik di tubuh korban, maupun di sekitarnya-yang ditinggalkan, serta keanehan yang lain dimana kedua tangan dan gigi korban tak bisa ditemukan.
Untuk saat ini yang terlintas dalam benak Agam hanya satu. Pelaku tidak membunuh korbannya di sini.
“Apa yang kau pikirkan, Seonbae?” tanya Detektif Han. “Apa sudah ada sesuatu yang terlintas di pikiranmu?”
Agam menarik napas panjang sejenak, sebelum akhirnya ia mengatakan, “Aku rasa pelakunya membunuh korban di tempat lain.”
Mata Detektif Han membulat lebar dan berkilat takjub. “Seonbae berpikiran begitu? Aku juga! Soalnya sangat masuk akal jika melihat fakta bahwa tangan dan gigi-gigi korban tidak bisa kami temukan sampai sekarang. Wah, ketajaman intuisi Seonbae memang nomor satu. Hanya sekali lihat, langsung tahu semuanya.”
Karena merasa sedikit risih sekaligus canggung akibat pujian Detektif Han yang dirasa berlebihan, Agam memutuskan untuk memeriksa kondisi tubuh korban lebih lanjut. Siapa tahu saja, dia bisa menemukan petunjuk lainnya.
Kali ini Agam memilih untuk berdiri saja sembari mengamati keseluruhan tubuh korban. Ada begitu banyak tanda-tanda kekerasan. Memang tidak terlihat fatal. Tapi melihat dari bekasnya, Agam menduga bahwa semua luka yang di dapatkan itu memiliki waktu yang berbeda-beda.
Apakah anak ini menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga, atau perundungan di sekolah?
“Untuk sekedar informasi tambahan, korban diperkirakan berusia sekitar dua puluh atau dua puluh satu tahun. Dan mayat korban ditemukan pertama kali oleh penduduk sekitar yang saat itu katanya tengah mencari kayu bakar. Dia pikir itu bangkai rusa atau babi. Ternyata saat dia mendekat dan melihatnya lebih jelas, barulah dia sadar kalau yang dilihatnya bukanlah bangkai hewan. Melainkan mayat manusia. Jadi setelah itu dia cepat-cepat menghubungi kami dan melaporkannya.” tutur Detektif Han.
“Perkiraan waktu kematiannya?” tanya Agam.
“Tiga hari yang lalu.”
“Apakah ada saksi lainnya atau mungkin kamera pengawas?”
Detektif Han menggeleng. “Tidak ada. Seperti yang Seonbae lihat, mulai dari jalan yang ada di depan sana, tempat mobil kita terparkir, sampai sini, tak ada satu pun kamera pengawas yang terpasang. Kata penduduk di sini, dulu pernah ada. Mereka sempat pasang untuk mengawasi penebang liar. Tapi sebagian ada yang rusak, sebagiannya lagi hilang karena dicuri. Kami juga sempat memeriksa kamera dari mobil-mobil yang biasa terparkir di luar sana, namun sekali lagi hasilnya nihil.”
“Lalu bagaimana dengan identitas korban? Apakah kau sudah menemukannya?”
“Tidak. Kami belum mendapatkan informasi apapun mengenai korban hingga saat ini. Bahkan sebelum kejadian ini, pihak kepolisian setempat belum ada laporan yang masuk mengenai orang hilang yang usianya sama dengan korban.”
“Tapi tetap saja. Ini sudah tiga hari berlalu, sejak seorang pria berusia dua puluh tahun menghilang dan kalian masih belum menemukan identitasnya? Mustahil tidak ada yang mencarinya. Entah itu ibunya, ayahnya, adiknya, kakaknya, atau mungkin pacarnya--dia juga seseorang yang berharga bagi mereka. Pasti ada salah satu dari mereka yang datang melapor, mencari keberadaan korban.” timpal Agam, agak sedikit emosional. Melihat kondisi korban, membuatnya kembali teringat pada Fahmi, adiknya. Entah di mana dia saat ini.
“Pertama-tama, cari orang-orang yang dilaporkan hilang dengan usia yang serupa, yang sampai saat ini belum pernah ditemukan. Periksa juga wajah-wajah mereka yang sampai saat ini masih terpasang dalam poster atau pamflet pencarian. Lalu setelah itu persempit pencarian dengan mengelompokkannya berdasarkan usia dan juga jenis kelamin.” tambah Agam.
“Jadi, maksud Seonbae adalah aku harus memeriksa semua berkas-berkas laporan lama dari orang-orang yang hilang itu?” Detektif Han terdengar agak sedikit keberatan akan saran yang diucapkan oleh Agam. Sejujurnya dia paling benci jika harus duduk berlama-lama di hadapan tumpukan berkas-berkas lama yang berdebu dan bau. Belum lagi harus mencocokkannya dengan file database yang ada di komputer. Semua itu hanya membuat matanya jadi sakit.
“Dalam situasi sekarang, pilihan apa yang kita punya? Aku sangat yakin bahwa kejahatan ini telah direncanakan sedemikian rupa dan di atur dengan sangat hati-hati. Apa kau tidak melihat bagaimana pelaku menusuk bagian arteri karotid di tubuh korban pada percobaannya yang pertama? Itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan oleh seseorang yang amatir. Dia berbahaya. Sangat. Jika kita tidak menangkap pelaku sesegera mungkin, aku takut akan ada korban selanjutnya yang berjatuhan.”
Selain itu, kecurigaan Agam sebenarnya sedang tertuju pada pemilik akun sosial media bernama ‘Killer’. Dia bisa saja seorang psikopat yang berbahaya. Membunuh seseorang lalu mengunggahnya di media sosial. Jelas motifnya bukan hanya sekedar dendam atau perasaan tidak suka. Tapi lebih ke arah bersenang-senang. Dia membunuh hanya untuk senang-senang. Karena itu, Agam harus segera menemukan keberadaannya. Bagaimana pun caranya.
“Ya ampun, Seonbae … tidak bisakah kau berhenti bersikap keren seperti ini? Jujur mendengar kalimatmu barusan membuatku merinding. Harusnya aku yang sebagai detektif nomor satu di korea yang mengucapkan itu. Tapi malah keduluan. Yah, tidak apa-apa. Karena aku adalah junior Seonbae yang baik hati, maka aku akan melakukan semua yang Seonbae katakan. Saya, Han Tae Su, tidak akan membiarkan masalah ini berhenti sampai kau merasa puas.”
Agam menepuk pelan bahu Detektif Han. “Tidak usah terlalu bersemangat begitu. Kau yang memimpin kasus ini. Aku hanya membantu. Jadi, ayo cepat selesaikan.”
“Siap, Kapten!”
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Kirana~
Halo, Kak Aww Dee. Saya ingin menawarkan karya kakak kesempatan baru. Apa saya boleh minta kontak pribadinya? Atau tolong ikuti saya kembali agar kita bisa saling berkirim pesan di DM ya. Terima kasih
2024-10-17
0
Kirana~
Sedikit koreksi.
Tidak boleh memegang mayat tanpa sarung tangan. Selain dapat merusak barang bukti dengan sidik jari, bisa juga tertular penyakit dari mayat.
2024-04-25
4
Adam zaheer
/Facepalm/ngakak...dinginnya proof agam ngalahin dinginnya kutub wkwkwk
2024-03-12
1