“Aku bisa mendengarmu berbicara sepanjang jalan dari konter,” Yeon Woo datang menghampiri Agam dan Shin Hye Ra dengan membawa nampan berisi makanan dan juga minuman hangat untuk Shin Hye Ra. Ia kemudian meletakkannya di atas meja. “Dan aku tidak bisa menutup mata begitu saja. Aku tidak tahu apakah ini akan membantu, tapi … um … Nona Shin, katamu?”
“Y-ya …,” Shin Hye Ra tersenyum kikuk.
“Aku tinggal di lantai atas kafe ini. Jika Anda tidak keberatan, Anda bisa tinggal di sini, di kafe, daripada pergi ke tempat lain? Oh, aku juga bisa menawarimu makanan yang enak setiap hari.” Tawar Yeon Woo, tersenyum hangat pada Shin Hye Ra.
“Apa kau benar-benar yakin menawarkan hal itu padanya?” Agam sedikit meragukan keputusan Yeon Woo. “Jangan lakukan apapun yang akan membuatmu menyesalinya nanti.”
Yeon Woo menggeleng. “Aku sudah mendengar kalian berdua bicara tadi, dan seperti yang sudah aku katakan di awal, bahwa aku tidak bisa mengabaikannya begitu saja. Atau kalau perlu, aku bisa membuat tagihan pada Agam untuk semua makanan Anda selama di kafe. Jadi tidak perlu sungkan untuk tinggal di sini.”
Shin Hye Ra masih belum menjawab tawaran yang diberikan Yeon Woo.
“Yah … Anda juga bisa mengerjakan tugas-tugas kampus Anda di sini. Tapi seperti yang Anda lihat, kakiku sedikit pincang. Jadi aku akan sangat menghargai jika Anda juga bisa membantu di kafe.”
Shin Hye Ra lumayan terkejut mendengar bahwa Yeon Woo mengalami masalah dengan kakinya. Dan dengan baiknya, Yeon Woo menawarkan tempat tinggal untuknya. Hal yang sudah lama tidak ia rasakan.
Akhirnya Shin Hye Ra pun mengangguk. “Baiklah. Terima kasih atas tawarannya.”
Dengan begitu Agam pun akhirnya bisa bernapas lega. Saran yang ditawarkan Yeon Woo memang sangat bagus. Sebab, Agam menyadari bahwa dirinya tidak bisa bersama Shin seharian penuh untuk menjaganya. Ia butuh seseorang yang bisa menemani Shin seperti Yeon Woo.
“Karena kalian berdua sudah sepakat, maka untuk sementara mari kita anggap masalahnya selesai sampai di sini. Hubungi aku segera jika terjadi sesuatu yang sekiranya mencurigakan atau berbahaya.” Kata Agam, bangkit dari kursinya.
“Oppa sudah mau pergi lagi?” tanya Yeon Woo.
Agam mengangguk. “Aku harus ke kantor. Detektif Han memintaku ke sana secepatnya.”
“Mau kubungkuskan minuman? Atau makanan, mungkin?”
“Tidak perlu.” Tolak Agam dengan halus. “Aku pergi dulu, ya? Nona Shin, jaga dirimu baik-baik.”
Shin Hye Ra mengangguk pelan. “Sekali lagi terima kasih, Prof.”
“Tidak masalah. Yeon Woo, aku titip Nona Shin, ya? Kalau ada apa-apa, segera hubungi aku.”
“Siap, Kapten!”
Agam tersenyum hangat pada Yeon Woo sembari menepuk pelan bahunya. Kemudian Agam pun pergi meninggalkan mereka berdua dan keluar dari Kafe Sinclaire.
***
Setibanya di kantor, Agam mendapati Detektif Han tengah duduk menunggu di ruangannya.
“Oh, selamat pagi, Seonbae!” Detektif Han bangkit dari kursinya memberi salam pada Agam yang baru masuk.
Agam mengambil kursi yang ada di depannya dan duduk di sana. “Selamat pagi juga. Bagaimana? Tentang … lokasi tindakan kekerasan yang aku minta tempo hari. Apa kau sudah menemukannya?”
“Oh, ya,” Detektif Han mengeluarkan buku catatan kecilnya dari dalam saku celana. “Tapi Seonbae, dari pencarian kami, ditemukan ada dua tempat yang diduga sebagai lokasi tindakan kekerasan. Aku tidak tahu mana yang benar.”
Kening Agam mengernyit bingung. “Dua lokasi?”
“Yang pertama berada di pinggiran distrik Seocho. Ada botol soju yang pecah, beberapa noda darah di tanah, dan lebih banyak darah di dinding, seolah-olah tubuh korban terlempar ke dinding.” Papar Detektif Han, memperlihatkan dua foto kepada Agam.
“Dan bagaimana dengan yang kedua?” Tanya Agam.
“Ini dekat dari tempat kejadian perkara. Ada banyak tetesan darah di sana. Selain itu, tidak ada lagi yang bisa di temukan.”
“Hmm ….” Agam mulai berpikir.
“Beberapa sampel sudah diambil dan dibawa ke badan forensik untuk dilakukan tes DNA. Dan aku masih menunggu hasilnya. Tetapi, jika Seonbae sekiranya bisa menemukan yang mana dari kedua tempat itu yang benar secara cepat dan tepat lebih dulu, maka aku dan timku bisa segera mengerjakan kasus ini ke tahap selanjutnya.”
“Jadi, kau lebih mempercayai ucapanku di banding hasil tes dari badan forensik, begitu?” ledek Agam.
Detektif Han yang gelagapan, buru-buru menggelengkan kepalanya seirama dengan gerakan kedua tangannya yang menyilang. “Bukan seperti itu, Seonbae. Hanya saja, aku sudah tidak sabar untuk segera menangkap pelaku dari kasus ini.”
“Punya semangat yang tinggi untuk segera menangkap pelaku itu bagus, Detektif Han. Tapi bukan berarti kau harus bertindak gegabah dengan lebih mempercayai ucapanku daripada fakta yang dikeluarkan dari hasil tes badan forensik. Aku ini hanya manusia. Terkadang pemikiranku pun bisa saja salah. Jadi, jangan terlalu mengandalkan apa yang kupikirkan atau apa yang kukatakan. Selalu bandingkan dengan fakta-fakta dan data yang ada, sebelum mengambil keputusan. Karena jika tidak, kau akan menangkap orang yang tidak bersalah, atau justru membuat mereka terbunuh sebelum kau menyadarinya.”
Detektif Han tercenung usai mendengar sedikit petuah yang diberikan oleh Agam. Harus diakui, dirinya memang sedikit berambisi untuk segera menangkap pelaku pembunuhan tersebut. Ia hanya tidak bisa membayangkan jika ada korban lain lagi yang menjadi target.
"Maaf, Seonbae."
“Tidak usah terlalu dipikirkan.” Kata Agam, menyadari perubahan sikap dari Detektif Han. “Yang penting kau sudah memahami apa yang kukatakan. Jadi, karena kau meminta pendapatku, maka akan kuberitahukan apa yang kupikirkan.”
Detektif Han kembali bersemangat.
“Menurutku, foto yang pertama jelas merupakan lokasi penyerangan. Korban mengalami luka di bagian kepala bagian samping, akibat terbentur tembok atau benda tajam. Dan dari foto itu, aku rasa dia diseret ke suatu tempat,” jelas Agam. Ia kemudian teringat bagaimana kondisi Teddy saat ia di temukan dengan keadaan yang jauh berbeda dari Cha Hyun Sik. Kali ini pelaku meninggalkan tanda-tanda tindakan impulsif pada Cha Hyun Sik, menjelang kematiannya.
“Dia lalu pergi tanpa sempat mengambil botol soju yang telah ia gunakan, ataupun membersihkan darahnya … ada kemungkinan bahwa pelaku sedang kesal karena sesuatu hal,” Agam melanjutkan, memperhatikan dengan seksama setiap benda yang tertangkap dalam foto yang di pegangnya. Anehnya, tidak terlalu banyak noda darah yang tertinggal di lokasi tersebut. Mengingat bagaimana korban telah ditusuk di bagian arteri dan kakinya juga di potong. “Berdasarkan apa yang aku tangkap dari foto ini, pelaku pasti melakukan penganiayaan di tempat ini, dan membawanya ke markas operasinya untuk membunuhnya.”
Detektif Han mengangguk paham. Ia juga tak lupa mencatat semua kalimat penting yang di ucapkan Agam.
“Sebenarnya, saat aku datang ke tempat itu, aku juga memikirkan hal yang sama. Terlalu sedikit darah untuk membuatnya terbunuh di tempat itu,” komentar Detektif Han, yang kemudian bangkit dari kursinya, berjalan ke arah papan tulis yang tertempel sebuah peta kota Seoul, lalu menunjuk suatu tempat di peta itu. “Dan inilah lokasi kejadiannya.”
Agam kembali terdiam saat Detektif Han melingkari jalan Gyeonggi-do dan distrik Yangjae-dong. Ada sesuatu yang aneh dari kedua tempat itu.
"Hmm ...."
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments