Agam kembali terdiam saat Detektif Han melingkari jalan Gyeonggi-do dan distrik Yangjae-dong. Ada sesuatu yang aneh dari kedua tempat itu.
“Hmm ….” Agam masih menatap peta itu lekat-lekat. “Detektif Han, kebanyakan penjahat … akan memilih lokasi yang jauh dari rumah mereka untuk melakukan kejahatan, sebab mereka takut bisa diidentifikasi dengan sangat mudah.”
“Ya, aku setuju dengan pernyataan itu,” kata Detektif Han.
“Namun, jika terlalu jauh juga malah akan membuat mereka jadi merasa gugup akan kota asing, sekaligus kesulitan untuk membawa korbannya. Maka, untuk meminimalisir semua itu, pelaku kejahatan akan memilih lokasi yang mereka kenal dengan baik. Artinya, dalam kasus penjahat berantai, lokasi kejahatan dan rumah penjahat sering kali ditempatkan cukup berjauhan.”
“Aku pikir juga begitu.”
“Lihatlah di mana kedua mayat itu ditemukan,” Agam turut bangkit dari kursinya dan menunjuk ulang tempat yang sudah ditandai oleh Detektif Han di peta. “Dengan lokasi penyerangan, jaraknya agak lumayan berjauhan, bukan?”
Detektif Han tersentak. Ia akhirnya bisa menangkap maksud dari ucapan Agam. “Kalau dipikir-pikir, kau benar, Seonbae! Jadi, seperti yang kau duga, kalau pelaku sebenarnya ….”
“Benar.” Serobot Agam. “Pelakunya pasti tinggal, tidak jauh dari lokasi penyerangan. Tempat utama pelaku melakukan kejahatannya, kemungkinan besar ada di sini, dan dia pasti tahu di mana harus meninggalkan tubuhnya dengan segala pengetahuannya tentang Yangjae-dong.”
“Sama seperti di kasus pertama. Baik Seonbae ataupun aku, berasumsi kalau Teddy tidak dibunuh di jalur hiking Cheonggyesan. Tapi di tempat lain. Dan jaraknya juga terbilang cukup jauh. Bahkan akses untuk sampai ke lokasi penemuan mayat Teddy sangat sulit,” ujar Detektif Han, mengulang kembali data-data penemuan mereka.
“Pelaku kemungkinan besar memiliki kendaraan yang ringkas untuk transportasi,” tandas Agam.
Detektif Han manggut-manggut. “Baiklah, Seonbae. Aku mengerti. Aku akan memberitahu yang lain untuk mulai mencari tersangka yang tinggal di dekat lokasi penyerangan, dan memiliki sepeda motor!”
“Yah, itu bisa sedikit mempersempit pencarian kalian.” Celetuk Agam, tapi arah pandangannya tetap tertuju pada lingkaran merah yang ada di peta.
Selagi Detektif Han menelpon anak buahnya, Agam kembali tenggelam dengan pikirannya. Ia masih mencari apakah ada cara lain lagi untuk semakin mempersempit pencarian kalau-kalau mereka gagal menemukan pelaku.
Agam menempelkan tangannya ke kening sambil berpikir keras. Pikirannya kemudian tiba-tiba teralihkan dengan sendirinya saat memikirkan reaksi warganet mengenai kasus ini. Kira-kira apa tanggapan mereka?
Agam mengeluarkan ponselnya dari saku dan mencari kolom komentar di beberapa artikel yang memuat berita tentang kasus yang sedang mereka kerjakan saat ini.
Netizen Anonim :
[Pantas untuk mati. Dia yang telah melakukannya]
[Sejujurnya, pembunuh dan penyiksa hewan berada dalam situasi yang sama LOL. Mereka perlu dikarantina dari masyarakat lainnya]
[Itulah yang dinamakan keadilan. Saya harap dia mendapatkan lebih banyak lagi pelaku kekerasan terhadap hewan sebelum dia tertangkap]
Agam menghela napas panjang. Merasa miris karena rupanya ada beberapa orang yang sepertinya membenarkan tindakan pelaku untuk membunuh.
[Sial, itu hanya binatang. Apa masalahnya? Penjahat itu membunuhnya hanya karena dia menginginkannya, LOL]
[Ini bukanlah tindakan yang benar. Jangan mengatasnamakan keadilan di atas kejahatan]
[Ada pembunuh di sini yang berpura-pura menjadi orang benar. Aslinya dia adalah iblis]
Dan sebagiannya lagi memandang lebih penting jika pelakunya ditangkap. Jika ini mengenai etika dan moral, maka kasus ini tergolong rumit.
Lalu judul sebuah thread menarik perhatian Agam.
[Posted By : Izinkan saya memaparkan kasusnya untuk kalian semua. Judul: (Pelaku ada di ruang obrolan Cat Abusers Unite, 100%)]
“Hmm …?” Agam dilanda bingung bercampur heran. Dan karena penasaran, Agam mengklik thread tersebut, di mana ia menemukan bahwa orang-orang di media sosial tersebut telah melakukan penelitiannya sendiri, berdasarkan asumsi mereka.
Netizen Anonim :
[Tidak diragukan lagi. Dia bagian dari grup Cat Abusers Unite. Seperti itulah cara dia menemukan Cha Hyun Sik]
[LOL, itu masuk akal. Jika ada yang merasa, tolong pergilah menyerahkan diri]
[Sudah jelas, bukan? Jika Cha Hyun Sik ttidak pernah mengunggah foto perbuatannya di tempat lain, bagaimana pelakunya tahu bahwa Cha Hyun Sik suka menganiaya kucing?]
[Apakah polisi benar-benar tidak menyadari hal ini? Apa yang terjadi dengan negara ini, jika semuanya buta?]
Agam menemukan pernyataan yang menarik dari postingan tersebut. Dan harus Agam akui bahwa mereka yang bergabung dalam thread itu, adalah orang-orang yang cerdas dan berpikiran tajam.
“Mmm, Seonbae … maaf mengganggu sebentar,” Detektif Han yang sepertinya sudah selesai menelpon sejak tadi, kembali menghampiri Agam dengan memperlihatkan sebuah foto di ponselnya. “Tidakkah menurutmu panti asuhan ini sedikit mencurigakan? Korban pertama, Teddy, tinggal di panti asuhan ketika dia masih kecil,” urai Detektif Han perlahan, Agam fokus mendengarkan dengan tenang. “Barusan Lim Bok Su, ayahnya Teddy menelpon, dan mengirimkan foto ini padaku.”
Agam mengambil ponsel Detektif Han untuk melihat lebih jelas foto yang dikirimkan oleh Lim Bok Su. Ada gambar Teddy dan ayahnya, dengan gedung Panti Asuhan Harapan sebagai latar belakangnya.
“Di sini. Lihat?” Detektif Han memperbesar gambar foto tersebut di bagian tertentu. Dan bisa dilihat ada seorang lagi yang Agam kenal di sana.
Mata Agam membulat lebar. “Itu Cha Hyun Sik, ‘kan?”
“Meski kami tidak punya banyak informasi mengenai hal itu, karena kejadiannya sudah lama sekali, tapi Lim Bok Su bilang kalau Cha Hyun Sik ini dulunya pernah bekerja di panti asuhan itu sebagai satpam. Dia terkenal memiliki temperamen yang lumayan buruk dan sering marah pada anak-anak.” Ungkap Detektif Han.
“Jadi, Teddy dan Cha Hyun Sik ini, selain sama-sama pelaku kekerasan pada kucing, keduanya juga memiliki keterkaitan dengan Panti Asuhan Harapan?” Simpul Agam.
Detektif Han mengangguk. “Dan satu hal lagi. Panti Asuhan Harapan ini, bukanlah panti asuhan yang secara resmi di sertifikasi oleh pemerintah. Nama panti mereka tidak ada di dalam situs web. Hingga akhirnya ditutup lima tahun yang lalu.”
“Hah … jadi Panti Asuhan Harapan ini adalah tempat usaha yang ilegal. Sangat masuk akal jika Lim Bok Su bisa mengadopsi Teddy yang sudah berusia sembilan tahun, dan dengan gampangnya menghancurkan semua dokumen keterkaitan antara Teddy dan juga panti asuhan itu.” Agam kembali berasumsi.
“Yeah, dan panti asuhan itu memang sudah tak ada harapan lagi. Makanya ditutup.” Detektif Han membenarkan. “Oh, dan Seonbae, masih ada satu hal lagi.”
Detektif Han mengeluarkan seikat dokumen dengan catatan tempel berwarna kuning di atasnya, dari dalam tas yang ia bawa, lalu diserahkan pada Agam untuk diperiksa.
“Detektif Kim menemukan rekaman ini, dan pelaku di dalamnya sangat identik dengan yang terakhir kali. Para ahli menduga bahwa jejak kaki di tempat kejadian perkara sangat cocok dengan gaya berjalan pelaku di dalam rekaman itu.”
Agam membolak-balikkan lembaran catatan laporan analisa gaya berjalan dari tim forensik. “Jadi, kita pasti menghadapi pelaku yang sama dalam kedua kasus ini.”
Detektif Han mengangguk mantap. “Tidak diragukan lagi, ini adalah kasus pembunuhan berantai.”
“Bagus. Kalau begitu mari kita gabungkan semua informasi yang kita dapatkan sejauh ini,” kata Agam, memulai profilingnya. “Pelakunya memiliki perawakan rata-rata dan besar kemungkinan dia adalah penduduk asli Yangjae-dong. Dia mengenal wilayah tersebut cukup baik dan mampu menghindari kamera keamanan.”
“Karena itulah, Detektif Kim jadi sedikit mendapat masalah dibuatnya.” Komentar Detektif Han.
“Pelaku memiliki gaya berjalan yang aneh … dan sepertinya sangat menyukai kucing. Bisa jadi dia memiliki hubungan juga dengan panti asuhan harapan.” Lanjut Agam. “Lalu, kejahatan yang dibuat pelaku dilakukan pada saat lewat tengah malam, jadi, dia pasti punya kendaraan kecil yang bisa ia kendarai sebagai jembatan untuk melancarkan aksinya dengan mudah.”
Sementara Agam fokus dengan kemampuan profilingnya, Detektif Han sibuk mencata poin-poin penting yang disampaikan Agam. Dan dengan catatan itu, ia akan menyerahkan salinannya kepada petugas yang membantunya dalam penyelidikan lebih lanjut di dekat lokasi kekerasan.
“Seonbae! Seonbae, aku rasa kita hampir menemukan pelakunya,” semangat Detektif Han.
“Tentu saja. Sekarang tinggal menunggu waktu saja. Kita pasti akan segera menangkap pelakunya,” Agam berucap dengan optimis.
Pencarian mereka kali ini harus dimulai dengan bersungguh-sungguh. Satu petunjuk kecil pun tidak boleh terlewatkan, demi bisa menangkap si pelaku. Dan karena Detektif Han serta Agam merasa bahwa kasus mereka mulai mendapat titik terang, keduanya memutuskan untuk pulang setelah bekerja keras dari pagi-pagi buta.
Namun saat Agam hendak beranjak keluar dari kantornya, sebuah notifikasi peringatan berbunyi dari ponselnya. Agam melihat layar ponselnya dan ada tanda peringatan berwarna merah di sana.
Peringatan!
**[Smart Watch]**Pemberitahuan darurat! Permintaan bantuan dicatat dari Universitas Sunkyunkwan. Petugas polisi yang berada di area sekitar sedang menuju ke lokasi kejadian.
Tubuh Agam menegang. “Nona Shin ….”
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments