Tujuh | The Autopsy Report

Suasana pagi hari di kantor Divisi Analisa Perilaku Kejahatan, di gedung pusat Kepolisian Gangnam, Seoul, menyuguhkan suasana yang tenang namun sarat dengan ekspektasi.

Ruangan itu terasa eksklusif dengan perabotan yang elegan dan teknologi canggih yang terintegrasi dengan apik. Sinar matahari pagi yang hangat menerobos masuk, memberikan sentuhan keemasan pada interior yang didominasi warna-warna netral.

Agam, yang baru saja tiba, tampak berjalan dengan langkah yang berat. Meskipun hari baru dimulai, tanda-tanda kelelahan sudah tergambar jelas di wajahnya. Dia menarik kursi kerjanya dan duduk dengan perlahan, menatap layar komputer yang sudah menyala, seolah mencari titik terang dalam kelelahannya.

Untuk melawan rasa lelah, Agam menikmati minuman yang ia bawa--hasil pemberian dari Yeon Woo. Minumannya memang terasa sangat nikmat, dan membuatnya jadi lebih segar dari sebelumnya. Apalagi di saat dalam kondisi penat seperti ini.

“Kamu suka kalau kopimu manis, bukan? Javachip frappucino dengan dua shot espresso.” Yeon Woo yang tiba-tiba muncul di depan pintu rumah Agam saat hendak berangkat kerja, memberikan sebuah tumblr hitam yang berisi kopi hangat. “Aku kebetulan lewat sini, jadi sekalian saja kubelikan satu untukmu. Hari ini jadwalmu pasti padat ‘kan? Oppa, semangat!”

Itulah yang dikatakannya tadi pagi.

Yeon Woo ternyata mengingat apa yang menjadi kesukaan Agam. Sungguh. Agam menilai bahwa ingatan Yeon Woo memang sangat tajam. Dan ia berniat untuk menyampaikan rasa terima kasihnya, yang belum sempat ia ucapkan tadi pagi, sebab Yeon Woo langsung pergi begitu saja tanpa membiarkannya bicara.

[Terima kasih untuk minumannya. Lain kali saat kita bertemu, aku akan mentraktirmu makanan yang enak.]

Send.

Dan tak butuh waktu yang lama, ponsel Agam berbunyi. Itu adalah pesan balasan dari Yeon Woo.

[Tidak masalah. Tapi aku pasti akan menagih makanannya, Oppa!]

Agam tertawa melihat isi pesan yang dikirimkan oleh Yeon Woo. Padahal niatnya hanya sekedar basa-basi. Tapi anak itu jika sudah menyangkut makanan, tanggapannya langsung secepat kilat mengiyakan.

Sebenarnya kalau mau jujur, Agam merindukan hal-hal seperti ini. Di mana dirinya bisa bersantai sejenak, mengobrol dengan teman sembari minum kopi, tanpa harus dipusingkan dengan beraneka ragam kasus. Terlihat remeh memang, tapi tidak bagi dirinya yang bahkan untuk tidur nyenyak semenit pun tak bisa.

Ting!

Sebuah pesan masuk ke ponsel Agam. Tertera nama Kang Young Chul di sana.

Batin Agam mencelos. Belum ada semenit ia meminum kopinya, namun urusan pekerjaan sudah memanggilnya.

[Selamat pagi, Profesor Agam. Saya baru saja mengirimkan pada Anda hasil laporan otopsi dan jejak rekaman kamera CCTV yang kami temukan. Tolong periksa segera e-mail Anda. Terima kasih.]

“Tak ada waktu untuk istirahat, huh?” keluh Agam, mengomel sendiri. Ia langsung meregangkan seluruh persendian ototnya yang masih kaku sebagai pemanasan untuk memulai hari yang berat, lalu memeriksa e-mail di komputernya sesuai permintaan dari Kang Young Chul. “Mau bagaimana lagi. Ini sudah menjadi resiko dari profesiku sebagai seorang profiler. Jadi aku harus segera memeriksanya, menganalisa, dan menyelesaikan kasus ini secepat mungkin agar aku bisa istirahat.”

Lalu Agam memulai pencariannya dari rekaman kamera CCTV terlebih dahulu.

Isi rekaman tersebut tidak memperlihatkan tempat yang kemarin ia datangi. Itu bukanlah tempat di mana mayat Teddy ditemukan. Meski begitu, di sana terlihat ada seseorang yang kemungkinan besarnya adalah si tersangka, sedang berada di sekitaran area toko serba ada.

Tersangka dalam rekaman CCTV tersebut mengenakan helm full face dengan pakaian yang terlihat sangat tebal. Ia terlihat seperti sedang meninggalkan sesuatu, yang Agam yakini itu adalah tubuh seorang manusia. Lalu apakah itu sungai? Agam memutar kembali ingatannya ke hari kemarin. Tempat mayat Teddy ditemukan. Dia merasa tidak melihat ada sungai atau mendengar arus air di sekitar jalur pendakian. Apa jangan-jangan tersangka sengaja menghanyutkan tubuh Teddy, untuk mempermudahkan dirinya?

Hal itu besar kemungkinan terjadi. Mustahil si tersangka mau membawa tubuh manusia kemana-mana. Yang ada akan menimbulkan kecurigaan bagi siapa pun yang melihat. Lagipula mayat Teddy terlalu bersih. Dengan menggunakan cara itu, yaitu menghanyutkan tubuh Teddy, mengikutinya dari tepi sungai, kemudian saat sudah tiba di tempat yang ia tuju, maka dengan cepat si tersangka langsung mengambilnya kembali dan membuangnya di jalur pendakian.

Cukup masuk akal. Dan besar kemungkinan bahwa tersangka ini berjenis kelamin laki-laki. Sebab, jika di sekitaran jalur pendakian itu ada aliran sungai, jarak antara sungai ke lokasi mayat Teddy di temukan pasti cukup jauh. Dan untuk membawa tubuh seorang laki-laki remaja berusia dua puluhan ke tempat itu, pasti membutuhkan tenaga yang ekstra. Apalagi medannya lumayan berbatu.

“Tempat tersangka menghanyutkan tubuh Teddy yang memiliki kamera keamanan berjarak hampir seribu kaki dari lokasi kejadian. Meskipun tidak begitu padat penduduk, tapi sepertinya ia mampu menghindari kamera keamanan dengan sangat hati-hati. Itu berarti, jika si tersangka mengetahui semua kamera yang ada di sekitarnya, maka dia mungkin salah satu dari penduduk di daerah itu.” kata Agam, menganalisa.

Waktu perkiraan tubuh Teddy ditinggalkan adalah sekitar pukul empat pagi. Suhu pada malam hari memang jauh lebih rendah. Tapi ini masih musim panas. Hawanya tidak begitu dingin sampai harus memakai pakaian berlapis-lapis seperti itu. Kecuali memang si tersangka sengaja demi bisa menutupi identitasnya.

“Sayang sekali wajah si tersangka tidak terlihat. Tapi aku yakin kalau ini adalah jenis kejahatan yang telah direncanakan oleh si tersangka,” Agam berkomentar, namun dengan pandangan yang tetap fokus pada rekaman kamera CCTV. “Hmm? Apa ini?”

Agam menangkap ada sesuatu yang aneh di sana. Cara tersangka berjalan terlihat cukup aneh, dan sangat mencolok. Sangat tidak biasa untuk ukuran manusia yang bisa berjalan normal.

Gait.

Yang berarti cara seseorang berjalan atau bergerak. Yang mana dalam konteks analisis forensiknya, hal itu dapat dijadikan sebagai jejak atau karakteristik unik yang dimiliki oleh individu yang bersangkutan.

I got you!

Setiap penjahat pasti meninggalkan jejak. Sesempurna apapun itu jenis kejahatannya. Dan gaya berjalan yang aneh ini adalah contoh dari jejak tersebut. Agam harus segera mendiskusikan hal ini pada tim Analisis Gait Forensik, agar identitas si tersangka bisa segera terungkap.

“Kalau begitu, yang selanjutnya adalah hasil laporan otopsinya.”

Laporan Hasil Otopsi : Estimasi waktu kematiannya adalah jam 23.00, tanggal 12 Juni 2023.

1.Pembuluh darah karotid di sisi kiri leher terputus dengan luka tusukan selebar 3,3 inci dan kedalaman 1,5 inci. Penyebab kematian di duga adalah pendarahan yang fatal akibat luka ini. Senjata yang digunakan adalah pisau yang kurang dari 6 inci, dengan permukaan yang tajam dan halus.

Jadi waktu kematiannya diperkirakan dua malam sebelum tubuh Teddy ditemukan. Dan seperti dugaan Agam di awal, luka di sisi kiri leherlah yang menjadi penyebab utama dari kematian Teddy.

“Jika luka tusukannya di sebelah kiri, maka tersangka adalah seorang pengguna tangan kanan. Lalu dengan senjata yang digunakan … karena kurang dari enam inci dan sangat tajam, kemungkinannya si tersangka menggunakan pisau survival atau pisau kemah. Hanya dua benda itu yang sesuai dengan deskripsinya. Atau mungkin bisa jadi sebuah pisau buah? Hmm, lebih baik aku periksa yang selanjutnya.”

2.Pergelangan tangan terputus. Mereka tampaknya dipotong setelah korban meninggal. Di bagian yang melintang menunjukkan bahwa kedua tangan tersebut dipotong dengan satu pukulan yang kuat. Alat yang digunakan kemungkinan besar adalah pisau tajam dan lurus, yang dapat memberikan tekanan yang sama pada objek yang dipotong.

Pada bagian inilah yang membuat kasus ini menjadi begitu sensasional dan diburu oleh seluruh wartawan.

“Kedua tangan dipotong setelah korban meninggal … pisau tajam dengan tepi lurus? Mungkin pisau belati atau bisa jadi mesin pemotong yang digunakan di rumah pemotongan hewan.”

3.Gigi-gigi telah dicabut. Diperkirakan hal itu dilakukan sebelum korban meninggal.

4.Seluruh tubuh tertutup memar dengan kondisi waktu yang berbeda. Memar tersebut terverifikasi ada yang baru beberapa hari, ada yang sudah seminggu, bahkan ada juga memar lain yang terbentuk dari tiga bulan yang lalu.

5.Ada bekas luka bakar di dekat tulang ekor yang diperkirakan setidaknya berusia 5 tahun.

“Gigi-gigi itu mungkin saja dicabut secara paksa sebagai metode penyiksaan yang dilakukan oleh tersangka. Tapi memar dan luka bakar?” Sungguh Agam masih tidak bisa membayangkan bagaimana penyiksaan yang Teddy dapatkan selama ia menghilang. “Bekas luka di dekat tulang ekor korban didapatkan lima tahun yang lalu. Apakah aku harus menanyakan hal ini pada ayahnya?”

6.Point Mengkhawatirkan.

“Tunggu, ada sesuatu yang lebih mengkhawatirkan dari semua yang disebutkan di dalam laporannya?” Agam terkejut, sekaligus harap-harap cemas.

Ditemukan sebuah surat yang masih dalam kondisi tersegel, di dalam rektum korban. Surat tersebut dibungkus dengan kantong plastik, dan diduga dimasukkan melalui anus secara paksa.

Seketika itu juga alis Agam terangkat tinggi, matanya membelalak lebar, dan mulutnya terbuka--syok sekaligus kasihan dengan pernyataan terakhir dari laporan hasil otopsi milik Teddy yang dibacanya.

“Ya ampun … ada sebuah surat … di dalam rektum korban?”

***

Terpopuler

Comments

Adam zaheer

Adam zaheer

wah..kereen. ni authornya pernah jadi dokter forensik app gmn ya?

2024-04-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!