Keesokan harinya..
Ddrrttt~ ddrrttt~ ddrrrttt~
Suara dering ponsel mengusik Dara yang baru bisa terlelap menjelang pagi. Mimpi buruk tentang masa lalu itu kerap hadir mengusik , membuat Dara terjaga sepanjang malam.
Eunghh~ hOoamm..
Dara menggeliat pelan mencoba mengumpulkan kesadaran sembari meraba letak ponselnya .
Sebuah nama pemanggil membuat dua bola mata Dara langsung melek dan panik.
Ayah..
Dara membenarkan posisinya duduk di sandaran ranjang, sedikit gemetar kala jemari nya mengusap tombol hijau pada layar.
"Halo, ayah.." lirih Dara menyapa duluan.
"Pulang sekarang , ada yang ingin ayah bicarakan !!"
Suara ayah terdengar marah dan hal tersebut membuat Dara gelisah.
"Ba.. Baik ayah. Dara akan pulang sekarang. Bagaiman.."
Tutt~ tutt~ tutt~
Bahkan Dara hanya ingin menanyakan bagaimana kabar sang ayah, tapi lebih dulu telpon dimatikan sepihak.
"Bagaimana kabarmu, yah. Dara kangen sekali, hiks~" gumam Dara sembari menatap layar ponselnya diiringi bulir air mata yang membasahi wajahnya.
Dara terisak pelan, perpaduan antara rasa rindu serta rasa takut akan kehilangan sosok yang paling dia sayangi di dunia ini.
Melihat jam di dinding kini menunjukkan pukul sembilan pagi, Dara yakin jika William pasti sudah berangkat kerja. Dengan cepat Dara bersiap, hari ini dia akan pulang ke rumah . Ya, dia akan bertemu dengan sosok yang paling dia sayangi di dunia ini . Setelah sang ibu tentunya.
Tap~ tap~ tap~
Suara tapak kaki Dara terdengar menuruni rentetan anak tangga dari lantai dua ke lantai satu. Menuju ke ruang makan yang berada di dekat dapur.
Dara yang merasa santai dan antusias seketika mematung kala melihat siapa yang tengah duduk di kursi makan.
Bagaimana dia masih di rumah ini~ bukan kah jam segini harusnya dia sudah pergi kerja ?
"Selamat pagi Dara, ayo sarapan bersama. Duduklah.." ucap William sambil tersenyum dan mempersilakan Dara untuk duduk di kursi di dekatnya.
Pria yang belasan tahun lebih tua dari Dara itu selalu terlihat baik dan penuh kelembutan. Sorot mata William meski teduh namun terkadang bisa sangat tajam. Membuat siapa pun yang di tatap olehnya tak mampu berkutik.
"Aku pikir kamu sudah pergi, tuan William." kata Dara begitu pantatnya mendarat mulus di kursi.
"Bisa kah kamu memanggilku tanpa kata tuan ? aku lebih suka dipanggil sayang. Seperti kemarin, dan aku bisa terbiasa dengan hal itu, sayang.."
William menatap Dara yang tegang kala menyebut kata Sayang.
"Eh~ apa ?!!" jawab Dara dengan intonasi sedikit tinggi.
Namun beberapa detik kemudian, "Hahaha~ i'm just kidding girl. Jangan terlalu serius oke ?!"
William bisa melihat jika wajah Dara saat ini memerah dan itu terlihat semakin menggemaskan.
"Huft~ aku pikir... Ehm tuan , hari ini aku akan kembali ke rumah. Ayah tadi menelponku dan beliau memintaku untuk pulang sekarang juga. Sepertinya ini adalah hari terakhir kita berteman, tapi aku berjanji akan tetap berusaha membayar sisa hutangku padamu, oke ?"
Ucap Dara dengan tatapan meyakinkan.
William yang mendengar penuturan Dara pun seketika raut wajahnya berubah, William sudah menyelidiki seperti apa latar belakang Dara dan keluarganya.
Meski akses informasi tentang keluarga Svaroski di tutupi dari publik namum William tetap bisa mengetahui informasi yang di rahasiakan.
"Jujur saja, aku sedih. Aku senang kamu tinggal di rumah ini. Setidaknya aku jadi ada teman saat dirumah. Tapi jika itu keputusanmu maka aku akan hormati. Berjanjilah untuk menjaga dirimu Dara, jangan sampai terluka apalagi menangis. " tatapan William begitu tulus.
"Aku pasti bisa menjaga diriku sendiri tuan william. Karena aku adalah Dara yang tangguh." ucap Dara percaya diri. Dia tidak mau terlihat lemah dan rapuh.
Senyum Dara begitu manis, namun tetap saja William merasa khawatir jika membiarkan Dara pergi begitu saja.
"Sarapan dulu lalu aku akan antar kamu pulang." Ucap William kala pelayan menyajikan menu di piring kedua nya.
"Tidak perlu repot tuan, aku bisa naik bus atau transportasi lain nya. "
"Apa kamu punya uang untuk membayar tiket transportasi umum ?"
"Cih~"
Tentu saja Dara tidak punya uang sepeserpun. Setelah memikirkan sebentar akhirnya Dara menerima tawaran William.
Aku akan minta di antarkan sampai ujung gang saja. Dia tidak boleh tahu di mana rumah ayah, Ya, mungkin beberapa blok dari rumah tidak masalah. Aku bisa jalan kaki sebentar.
Setelah sarapan, Mobil yang di tumpangi William dan Dara dengan asisten John sebagai supir melaju meninggalkan rumah besar dengan kecepatan sedang.
Jarak dari rumah besar ke wilayah tempat tinggal Dara cukup jauh. Hampir satu setengah jam perjalanan dan tidak ada banyak pembicaraan diantara keduanya.
Dara larut dalam pemikirannya sendiri sedangkan William juga tampak sibuk memainkan ponsel nya.
Sesekali Asisten john mengintip melalui kaca spion sambil berbicara sendiri di dalam hati, "Bukan kah mereka pasangan yang serasi ? Bos tidak pernah salah dalam memilih calon istri dan semoga takdir mereka tidak putus sampai disini."
Asisten John merasa jika Tuannya sangat menaruh hati dengan Dara. Gadis yang tidak sengaja tertabrak dan mengalami amnesia ringan.
John ingat sekali saat Tuan muda William menelpon di tengah malam, saat dirinya sedang berusaha terlelap dalam mimpi usai aktifitas malam yang melelahkan.
William meminta John untuk menggali semua informasi tentang latar belakang Dara dan keluarga nya.
Selain itu John juga merasa jika tuan muda William memiliki rencana atas Dara. Karena ini adalah pertama kali nya John melihat sang tuan begitu tertarik dengan lawan jenis.
Seumur hidupnya William memang dihabiskan untuk belajar membangun bisnis dan mengembangkan perusahaan turun temurun keluarga nya.
Sejak kecil, karena William adalah putra tunggal maka seluruh beban tanggung jawab kerajaan bisnis akan dilimpahkan padanya.
Tuan dan nyonya Gulvend tidak mau sang putra hanya menjadi pewaris yang menghamburkan harta, mereka ingin sang putra menjadi penerus sekaligus pewaris sehingga kerajaan bisnis keluarga akan tetap berdiri kokoh dan semakin terkenal di kancah global.
Orang tua menerapkan berbagai aturan kedisiplinan sehingga William yang masih kecil harus hidup berbeda dengan anak anak seusianya.
Jika usia 5 tahun adalah masanya anak anak bermain dan bermain dengan teman teman seusianya, tapi tidak dengan William yang di usia 5 tahun lebih memilih sibuk dengan buku buku bacaan di ruang kerja sang ayah.
William kecil juga sudah terbiasa dengan peralatan kerja sang ayah, hingga memasuki usia 17 tahun William sudah menyelesaikan kuliah dengan gelar Cumlaude.
Murid termuda yang kala itu lulus dari kampusnya. William sama sekali tidak pernah pacaran, teman wanita pun dia tidak punya.
Teman baik William hanyalah buku, buku dan buku tentang dunia bisnis.
Banyak kaum hawa yang menggandrungi sosok kutu buku William. Ya, aura ketampanan yang paripurna membuat william tampil layaknya tokoh utama dalam kisah dongeng. Pangeran yang tak tersentuh.
Hal yang terus berlanjut hingga kini usia William sudah memasuki usia kepala tiga. Bahkan beberapa bulan lagi dia akan merayakan ulang tahun yang ke 40.
Life will begin at forty ?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Marwiyah Ningsih S
sok² an mau bales dendam nampak Wajah nya aja ketakutan, gemetaran dasar cerita munafikk
2024-07-02
3
Yan
errrrr?
2024-03-21
1