Usai menempuh perjalanan selama dua puluh lima menit, kini William dan Dara sudah berada di pelataran sebuah mansion mewah yang terletak di salah satu bukit dengan pemandangan langsung ke kota.
"Apa ibumu baik, tuan eh ehhmm~ maksudku sayang.." Dara tersenyum kikuk .
Saat diperjalanan tadi William meminta Dara untuk memanggilnya sayang jika bertemu sang ibu nanti.
Sedikit berbagi informasi dan kini Dara siap tampil sebagai seorang kekasih yang manis nan sempurna.
"Beliau sangat baik dan juga unik. Tidak perlu banyak berpikir, oke ?" William tersenyum menoleh ke arah Dara yang sedikit menunduk.
"Dara.."
"Iya ?"
"Mulai sekarang dan seterusnya, jangan pernah menundukkan kepalamu. Terutama saat bersama ku, tegakkan tubuhmu dan angkat wajahmu. Bukan kamu yang harus menunduk tapi orang lain yang akan tunduk padamu."
"Maaf , tuan eh~ sayang."
"Hhmm.. Good girl." Secara refleks William mengusap pucuk kepala Dara, dan sontak saja hal itu membuat Dara seperti tersetrum.
Kenapa sentuhan William terasa berbeda~
Tiba di alamat yang dituju, William dan Dara turun dari mobil dan berjalan beriringan dengan serasi.
Ting~ tong~
Suara bell yang berbunyi nyaring saat William menekan tombol di samping pintu.
Huft~ Huft~ Dara begitu gugup hingga beberapa kali mengatur nafas untuk mengurangi rasa panik.
Bertemu dengan seorang ibu, apalagi pasti ibunya William bukan orang sembarangan. Bibit , bebet dan bobot nya saja sudah pasti unggul limited edition.
Dara sangat menggemaskan, saat dia grogi wajahnya sedikit merah.
William yang melihat ekspresi grogi Dara menjadi gemas dan ingin sekali rasanya mencubit pipi merona itu, namun tiba tiba..
Ceklek~
"Astaga Willy , putraku !! Berani sekali kamu datang terlambat , APA KAMU SUDAH BOSAN HIDUP HEHH !!!"
Ibu william bukannya menyambut kedatangan sang putra dengan ucapan selamat datang, tapi justru dengan omelan khas orang tua.
Dengan gregetnya wanita paruh baya itu memukuli William, tentu saja pemandangan aneh itu membuat Dara takut lalu mundur beberapa langkah.
Ibunya William menyeramkan sekali, mirip singa.
"Ibu ini cerewet sekali, aku tidak terlambat. Ibu saja yang menunggu terlalu awal. Perkenalkan.."
William tidak mencoba menghentikan pukulan sang ibu. Karena William paham betul, seperti itu lah bahasa cinta wanita yang telah melahirkan dirinya puluhan tahun silam.
Meski memukul, tapi sama sekali tidak terasa sakit.
William mencari sosok yang tadi berdiri di sampingnya namun kini tidak ada.
"Ibu, kamu menakuti Dara, hentikan dulu bu !" William menoleh ke arah Dara berdiri saat ini.
Gadis manis itu berdiri mematung tanpa berkata kata, beberapa langkah di belakang William.
"Dara ? Siapa Dara ?" ucap Ibu william yang bernama Senna, Senna Gulvend.
Dengan kedua tangan yang menenteng di pinggan, Netra Senna mengikuti arah yang ditunjuk kan oleh sang putra, lalu..
"Astaga.. KENAPA KAMU TIDAK BILANG KALAU KAMU MEMBAWA CALON MENANTU KEMARI !! DASAR ANAK NAKAL !!" lagi lagi Senna memukul pundak William lalu..
Dasar anak bodoh yang menyebalkan !! Dia merusak kesan pertama calon menantuku !! Duh~
"Ibu yang tiba tiba keluar dan menyerangku, haish~" William menghela nafasnya keras namun tetap tidak meninggikan suara.
Meski, jujur saja suara sang ibu terdengar berisik sekali seperti singa betina.
Sepersekian detik kemudian, Senna sudah berdiri di hadapan Dara. Tubuh Dara semakin gemetar saat ini. Bayangan akan Megan, sosok ibu yang kejam dan licik membuat Dara takut hingga kedua netranya mulai mengembun.
"Dara ya.. Jadi kamu adalah wanita itu ?!"ucap Senna dengan ekspresi anggunly.
"Be.. Benar nyonya. Namaku Dara, Dara Svaroski." suara Dara gemetar.
"Kalau begitu tunggu apa lagi, ayo kita pergi sekarang. Bisa terlambat jika ibu mengintrospeksi Dara sekarang, ayo." Suara William menyela diantara kedua wanita di hadapannya lalu..
Dengan kecepatan standard William mengemudikan mobilnya. Dara duduk di kursi depan sedangkan Senna duduk di kursi belakang.
Tidak banyak percakapan yang terjadi, Dara lebih memilih diam karena perasaan nya masih merasa aneh. Sepertinya Dara mengalami trauma tersendiri akan sosok ibu yang bukan ibu kandung nya.
Sedangkan Senna juga sibuk berbalas chat dengan grup sosialita yang ternyata sudah mulai tiba di lokasi yang di tentukan.
Dalam waktu kurang dari tiga puluh menit, mobil sudah terparkir di depan sebuah restoran mewah tengah kota.
Restoran mewah berbintang lima menjadi lokasi pertemuan rutin geng sosialita yang di ketuai Senna.
"Sebentar lagi akan dimulai, ayo cepat." ajak Senna yang dengan santainya menarik lengan Dara agar mau berjalan mengiringinya.
"Eh~ nyonya.." ucap Dara terkejut, namun Senna justru berkata ,
"Aku mau jalan ditemani calon menantu, apa itu salah ?"
Calon menantu apaaa ??!!! Huhuhuu ayah tolong Dara !!!
"Sayang~" lirih Dara sambil menoleh ke belakang beradu pandang dengan William yang berjalan santai tanpa beban .
William tahu apa yang Dara pikirkan , namun William sengaja pura pura tidak tahu dan hanya mengedik kan bahu nya.
Kamu sudah masuk ke dalam permainan , sekarang kamu tidak bisa lepas dariku dengan mudah, Dara..
Bibir William melukis senyum setipis bulan sabit dan tidak seorang pun tahu.
Dara berjalan dengan sedikit rasa canggung, mengingat kesepakatan antara dirinya dan William terpaksa Dara harus bersikap baik.
Jika tidak demi membayar hutang budi, aku lebih baik kabur sekarang juga !!
Memasuki ruangan V V I P restoran, para anggota geng sosialita menyambut kedatangan sang ketua yang tampak percaya diri menggandeng seorang wanita muda dan diikuti putra satu satunya.
Mereka begitu mengagumi keluarga Gulvend , selain merupakan konglomerat terkemuka, keluarga Gulvend juga terkenal lantaran tampilan fisik mereka yang sempurna.
Senna masih begitu cantik meski usianya hampir senja, padahal sama sekali tidak melakukan operasi plastik. Para anggota yang hadir meyakini jika rahasia kecantikan Senna adalah dari perawatan khusus.
"Maaf kami terlambat, aku datang ditemani Putra dan calon menantuku. Perkenalkan.." Senna dengan senyum elegan nan menawan mulai memperkenalkan Dara kepada para anggota sosialita yang hadir.
Sedikit beramah tamah sebelum acara makan malam di mulai. William yang duduk di samping Senna hanya diam, tidak banyak bicara.
Ternyata ibu sengaja menjebakku, astaga bodoh sekali aku sampai tidak mengetahui rencana norak ibu~
Tentu saja William sedikit geram lantaran ancaman sang ibu siang tadi saat dirinya Masih di perusahaan.
Ancaman tentang perjodohan selalu membuat William tidak bisa berkutik. "Jika malam ini tidak datang membawa calon menantu maka aku akan nikah kan kamu dengan salah satu anak dari teman sosialita ku, WILLIAM APA KAMU DENGAR UCAPAN IBU ??!!!"
Mengingat suara ancaman sang ibu dalam sambungan telpon membuat William memikirkan sebuah cara. Jika sebelum sebelum nya William akan cuek dan tidak mendengarkan omongan Senna, namun kali ini sekali mendayung dua pulau akan terlewati.
William sudah berhasil membawakan seorang wanita sebagai kekasih, membuat sang ibu senang.
Selain itu, Jika sang ibu sudah senang maka dia pasti tidak akan melepaskan Dara .
Setelah malam ini, aku akan lebih mudah menjeratmu, Dara..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments