"Sepertinya dia mengalami gangguan ingatan yang cukup parah. Astaga.." gumam William yang masih bersikap sopan.
Tatapan pria tampan itu seakan iba dan semakin menambah rasa bersalah lantaran menduga ini terjadi karena dirinya.
" Aku akan minta tolong petugas untuk mencarinya. Namun sebelum itu ada hal yang ingin aku katakan, mari kita duduk nona.."
William menuntun Dara supaya mau duduk dan berbicara empat mata. Meski enggan awalnya namun Dara tidak menolak hingga kini keduanya duduk berhadapan.
"Aku sudah hubungi keluargamu. Mereka sedang berada di luar negeri, apa kamu keberatan jika tinggal sendirian di rumah sakit ?" tanya William dengan nada suara yang terdengar sopan.
"Keluarga apa maksudmu tuan ? Aku ini yatim piatu." Dara heran kenapa pria di hadapan nya mengira dia masih punya keluarga sedangkan sang ayah satu satunya telah meninggal satu tahun yang lalu.
Ibu Dara sendiri sudah meninggal puluhan tahun yang lalu, beberapa hari setelah melahirkan dirinya.
"Seorang pria bernama Walter mengangkat panggilan telpon pihak rumah sakit, bukan kah dia ayahmu ?" ucap William.
Seketika Dara kembali membelalak, Bagaimana bisa~
"Ayahku sudah meninggal setahun yang lalu. Jangan bicara omong kosong tuan !" Dara menganggap pria di hadapannya membual, dia tidak suka jika ada orang yang membicarakan mendiang ayahnya.
"Sebentar.. Namamu adalah Dara Svaroski. Seorang mahasiswi universitas RY berusia 22 tahun. Kamu tinggal bersama keluargamu, Walter Svaroski adalah ayahmu. Megan adalah nama ibu sambungmu. Dan kamu memiliki seorang adik laki laki bernama Jerome. Benar kan ?" kata William menjelaskan sesuatu berharap Dara bisa mengingat sesuatu.
"Itu benar tuan. Tapi asal kamu tahu, informasi yang kamu sampaikan itu data lama. Sekarang usiaku 32 tahun dan aku sudah menikah. Ayahku sudah meninggal setahun yang lalu jadi tolong, jangan bicarakan beliau lagi !" ucap Dara tegas, dirinya masih merasa yakin jika saat ini pria di hadapan nya sedang mengigau.
Aku ini wanita dewasa, bukan gadis ingusan berusia 22 tahun !!
William mengerinyitkan kening nya , merasa jika situasi ini akan menjadi lebih sulit jika Dara dibiarkan tinggal di rumah sakit sendirian.
"Apa maksudmu nona, lihatlah sekarang tahun berapa !" perintah William yang menunjuk ke arah kalender yang menggantung di salah satu sudut ruangan.
Dara mengikuti arah jari telunjuk William , dan betapa terkejutnya saat melihat angka tahun yang tertera pada kalender.
"APAA ??!!!"
"Bukankah ini seharusnya tahun 2024 ? Kenapa bisa jadi 2014 ? Apa aku bermimpi ?!!"
Batin Dara berkecamuk hebat, dia bingung apa yang sedang berlaku atas dirinya ? Berkali kali Dara menepuk kedua pipi nya berharap ini hanya mimpi namun sayangnya rasa sakit membuat semuanya terasa sangat jelas, ini bukan mimpi.
"Tahun 2014.." lirih suara Dara membuat tuan muda Will ikut mendekat dan kembali meyakinkan sesuatu.
"Ya, sekarang adalah tahun 2014. Apa kamu bisa mengingat sesuatu tentang dirimu di tahun ini Dara ?" suara tuan muda William terdengar nyaring di dekat daun telinga Dara.
"2014, aku masih sekolah di salah satu perguruan tinggi. Ayahku masih hidup dan..."
Dara tidak melanjutkan kalimatnya, isi pikirannya saling bertubrukan hingga berdenyut hebat, pusing sekali~
"Aawwsshh ahh sakit sekali~" Dara meremas kepalanya dan hampir saja terjatuh seandainya William tidak menangkap tubuhnya tepat waktu.
"Istirahatlah dulu, kondisimu belum stabil.." William membantu Dara kembali berbaring di atas ranjang.
William merasa iba kala melihat sorot mata kosong di wajah Dara yang cantik .Dengan sabar William menunggui Dara hingga perlahan tidak terdengar suara ,
"Dia tertidur ? haish~ bisa bisanya.." lirih William mengucap saat menemukan Dara terlelap dengan nafas teratur.
Entah mengapa, namun Jantung William merasakan sebuah getaran saat pertama kali melihat Dara yang terbaring di ranjang pasien.
Ada yang menarik dengan gadis itu dan ya, William tidak boleh melewatkan kesempatan untuk bisa mengenal sosok Dara lebih dekat.
Kemudian,
William menghubungi asisten John, dia meminta agar John menyiapkan sebuah rumah untuk Dara.
William merasa harus bertanggung jawab atas kondisi Dara, setidaknya sampai keluarga nya kembali ke tanah air.
Hari sudah berganti malam dan saat ini Perawat sedang memberikan obat untuk Dara yang baru saja menyelesaikan makan malam.
"Jika anda membutuhkan sesuatu, cukup tekan tombol yang ada di dekat ranjang, nona. Perawat akan segera kemari kurang dari tiga puluh detik." ucap si perawat penuh senyum hormat dan sopan.
"Ahh iya, baiklah. Maaf karena sudah merepotkan." kata Dara tak kalah sopan.
Setelah perawat itu pergi, Dara melirik William yang masih tidak beranjak dari duduknya di sebuah sofa empuk di dekat jendela.
Kenapa pria itu ada disini terus sih !!
Eghem~
"Tuan maaf, bisa kah aku meminta tolong sesuatu hal ?"
"Katakan, apa yang kamu inginkan heumm ?"
William tiba tiba saja sudah duduk ditepi ranjang, dekat sekali jaraknya dengan Dara yang terbaring usai minum obat.
"Ehmm ini tentang ponselku. Bisakah aku mendapatkan ponsel dan barang barangku yang lain ?" ucap Dara kali ini terdengar lembut.
"Aku akan minta pihak rumah sakit untuk menyiapkan semuanya. Dan satu hal lagi, aku yang akan bertanggung jawab atas dirimu. Minimal sampai keluargamu kembali dari luar negeri." senyum William tipis namun terasa tajam.
"Eh.. Tidak harus seperti itu . Aku bisa menjaga diriku sendiri kok. Aku akan pulang ke rumah ku saja." Dara merasa tidak enak hati jika sampai merepotkan lebih dari ini.
"Aku akan ijinkan kamu pulang kerumahmu, jika kamu bisa mengganti biaya rumah sakit. Apa kamu tahu berapa total biaya perawatanmu, nona Dara ?"
Perkataan William terdengar semakin menyudutkan Dara yang saat ini pastilah tidak memiliki uang sepeser pun.
"Aku akan ganti, berapa sih memangnya ? " Dara bertekad harus pulang ke rumah nya, jadi mungkin Dara akan meminta bantuan beberapa kenalannya di kampus .
Aku akan minta bantuan Cyeril. Dia kan kaya.
Sayangnya..
Jumlah tagihan biaya rumah sakit selama perawatan terlalu besar, jika di rupiahkan maka akan lebih dari ratusan juta .
Glek~
Hal ini membuat Dara seolah terjebak dalam situasi yang mengharuskan dirinya menurut pada William sang penolong.
Selama tiga hari perawatan kini akhirnya Dara di ijinkan untuk meninggalkan rumah sakit. Tapi sebelum pergi dokter Glee berpesan agar pasien melakukan kontrol kesehatan dua minggu sekali.
"Kami akan menunggu kunjungan anda dua minggu dari sekarang, sampai jumpa nona Dara." Dokter Glee menjabat tangan Dara saat berpisah di lobi depan rumah sakit.
"Terima kasih untuk semuanya. Maaf karena sudah banyak merepotkan."
Asisten John membukakan pintu belakang mobil dan mempersilakan Dara untuk masuk, " Silakan nona~"
"Thanks." ucap singkat Dara saat masuk ke dalam mobil.
Di dalam mobil sudah ada William yang sedari tadi menunggui Dara yang berpamitan dengan dokternya.
"Kita pergi sekarang John !" ucap William tegas dan singkat.
Tidak ada reaksi pembicaraan diantara keduanya. William tampak diam tanpa ekspresi, sedangkan Dara merasa sungkan karena kini menjadi beban orang lain.
Dara menatap ke arah luar jendela , sengaja dia menjaga jarak dan tidak ingin sok akrab dengan pria matang bernama William.
"Aku harus secepatnya mendapatkan uang agar bisa terbebas dari pria ini. Aku yakin dia pasti punya niat terselubung padaku. Persis seperti orang orang itu.."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Nf@. Conan 😎
bkannya kluarga nya orkay ya, kok dngar uang ratusan jta nlan ldah 🙄🙄🤔🤔🤔
2024-10-09
0
Eemlaspanohan Ohan
bingung baca nya
2024-06-25
1
Dede Mila
masih nyimak baca
2024-04-18
1