William tiba di rumah besar tepat pada pukul delapan malam. Langkah kakinya lebar tampak tegas dan suara ketukan sepatu pantofel itu terdengar nyaring mengusik ketenangan rumah besar.
Beberapa pelayan menyambut kedatangan sang tuan muda , tak terkecuali Meri yang berdiri dengan posisi hormat diujung barisan.
"Bagaimana Dara , apa dia sudah siap ?" tanya William yang saat ini tengah berdiri tepat di hadapan Meri.
"Nona Dara sudah siap sejak lima belas menit yang lalu tuan muda. Saat ini nona Dara ada di kamar nya." jawab Meri sopan .
"Baiklah, Kalian bisa kembali ke rumah belakang. Pergilah."
Tuan muda William meneruskan langkah kakinya untuk naik ke lantai dua, melewati banyak anak tangga yang tampak mewah dengan lapisan emas pada pegangan tangan serta permadani terbaik dari Turki menjadi pelapis anak tangga dari ujung bawah sampai atas.
Para pelayan juga segera membubarkan diri sesuai instruksi. Tanpa terkecuali ,mereka semua kembali ke rumah belakang. Ya, rumah belakang memang di sediakan khusus sebagai tempat tinggal para pelayan.
Meri sendiri adalah yang terakhir keluar dari rumah besar setelah memastikan semua aman terkendali.
Di dalam kamar..
Dara duduk di sebuah sofa, sambil memainkan ponselnya mencoba menghubungi sahabat dekatnya,
"Cyeril, kemana kamu~ pesanku tidak dibalas satu pun . Haish~" Dara menghela nafasnya, bagaimana dia bisa meminjam uang jika sahabatnya itu tidak bisa di hubungi ?
"Dara~" suara khas William membuyarkan fokus Dara yang kemudian cepat menyimpan kembali ponselnya.
"Tuan.. Kenapa tiba tiba masuk tanpa mengetuk pintu dulu ?" Dara yang terkejut ingin marah tapi urung karena mengingat besarnya hutang budi yang belum sedikitpun mampu dia bayar.
"Aku sudah mengetuk pintu beberapa kali tapi kamu tidak merespon. Tampaknya kamu sudah siap , Dara." ucap William sambil memasukkan satu tangan ke dalam saku celana panjangnya.
William memindai penampilan Dara yang mewah dari ujung rambut hingga ujung kaki, Dia terlihat manis dan sempurna~
Kemudian mulai melangkah masuk mendekati Dara.
"Ah iya tuan, sebelumnya, ada yang ingin aku katakan tuan. Aku tidak suka dengan pakaian ini. Gaun yang terlalu mewah membuat aku merasakan beban yang lebih berat." tentu saja beban hutang budi di tambah rasa sungkan karena diperlakukan berlebihan layaknya tuan putri.
Hanya semakin membuatku tertekan saja, tahu gak !! Batin Dara.
Belum sempat Dara bangkit dari sofa tempat dia duduk, namun..
"Itu sengaja aku siapkan, malam ini kamu harus ikut dengan ku. Anggap saja ini adalah salah satu caramu supaya bisa membayar hutang padaku." ucap william yang kini ikut duduk di sofa yang sama dengan Dara.
"Membantu apa ? Aku tidak mengerti tuan." Dara menatap tajam ke arah william yang tampak serius.
Jarak duduk keduanya hanya satu jengkal dan itu sudah lebih dari cukup untuk membuat Dara maupun William menghirup aroma parfum satu sama lain.
"Berpura pura lah jadi kekasihku." ucap William serius dengan tatapan teduh yang menusuk indera penglihatan Dara hingga membuat sesuatu di dadanya merasa aneh.
"ini tentang orang tua ku yang terus mendesak aku untuk menikah. Jika malam ini aku tidak membawa seorang kekasih maka , orang tuaku akan menikahkan aku dengan anak teman sosialita nya. Jadi , tolong bantu aku ya.." suara William terdengar begitu lirih bercampur sungkan meminta bantuan , mungkin..
"Kekasih pura pura ya ? Hhmmm~ " Dara tampak berpikir.
Situasi ini membuat Dara merasa begitu canggung. Konsentrasi nya terganggu lantaran berdekatan dengan seorang pria pengusaha terbaik di negeri ini.
Di tambah aroma parfum yang berpadu dengan aroma tubuh atletisnya, sungguh Dara merasakan hipnotis tersendiri.
Wangi , maskulin dan kaya raya, pria ini terlalu sempurna !!
Tapi Dara tidak mau terbuai, dia sudah menentukan tujuan hidupnya di kesempatan takdir kedua ini.
Tujuan Dara hanya satu,membalas rasa sakit hati atas pengkhianatan orang orang jahat berkedok orang terkasih.
Suami dan ibu tirinya harus di hukum atas kejahatan mereka !!
"Begini tuan William, apa tuan tidak akan merasa malu jika membawa seorang wanita seperti ku ? Kita bahkan belum mengenal satu sama lain. Aku Takut tuan akan kecewa nanti.." Dara menundukkan pandangan nya, dan hal itu semakin membuat William justru menatap lebih intens.
Dara merasa derajatnya tidak akan bisa sepadan dengan William, dia merasa rendah diri dan terlalu cupu.
"Listen Dara.." William mengangkat dagu wanita manis itu agar kembali menatapnya
"Ibu ku adalah wanita yang tidak pernah bisa di tolak keinginan nya. Jika dia sudah berkehendak maka apapun pasti terjadi, dan aku belum siap untuk pernikahan jadi kamu harus mau membantuku, dan aku berjanji tidak akan menyusahkan mu. Disana nanti kamu cukup bersikap manis dan selalu ada di sampingku, tidak perlu menjawab setiap pertanyaan yang diajukan ibuku. Biarkan aku yang menghandle situasi nanti." perkataan William begitu sopan , hingga Dara tidak menyadari jika jarak mereka semakin dekat.
"Berpura pura manis dan tidak banyak bicara ya ? Hhmmm~ seperti nya terdengar mudah. Apa aku harus menerima tawaran William ? " Dara sedikit melamun saat memikirkan jawaban, hingga beberapa saat kemudian.
"Tapi tuan, aku ingin kesepakatan. Jika aku membantumu malam ini maka, kamu harus bersedia mengurangi hutangku padamu sebanyak 50 %. Bagaimana ?" kata Dara.
"Deal." singkat dan lugas William merespon.
Sama sekali tidak berpikir panjang seperti nya William sedang kepepet~
"Oke~" Dara pun setuju.
Tatapan kedua nya kembali saling bertumpu, tatapan lembut yang membuat sesuatu di dalam diri William bergetar lembut.
Dua pasang netra yang sedang beradu itu seolah mampu menghentikan waktu, dunia terasa berhenti berputar dan memberi seluruh waktu bagi William dan Dara menyelami jauh ke dalam netra satu sama lain.
Nafas keduanya saling menerpa permukaan kulit satu sama lain, terasa hangat dan wangi.
Sepertinya kedua insan tersebut mampu menghipnotis satu sama lain, terbukti saat ini sudah hampir enam puluh detik dan mereka belum tersadar.
William tidak tahu saja, jika saat ini tubuh Dara terasa kaku bercampur canggung. Ingin bergerak tapi tidak bisa, beberapa kali kelopak mata Dara berkedip namun sungguh dirinya seakan hanyut dalam pesona ketampanan William.
Astaga wajahku terasa panas karena di tatap seperti itu. Tapi kenapa aku tidak bisa menghindar ?? Heii Tuan William sadarlah !!!
William sendiri sejak tadi begitu larut dalam pikiran nya sendiri. Mata lentik Dara begitu jernih, tampak sayu tapi mempesona.
Sesekali William mencuri pandang di bagian lain, mencoba keras menahan diri untuk tidak mencuri ciuman pada bibir tipis Dara yang berwarna pink fuschia.
Jika William mau, bisa saja dia memaksa Dara untuk melakukan itu, tetapi suara hati William seakan menyeru lantang..
"Jangan terburu buru Will !! Kamu harus menahan diri, jangan terburu buru !! Kamu harus berusaha meluluhkan Dara dengan perasaan dan kelembutan !! Jangan anggap dia budak yang harus mau melayani segala keinginan mu !!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
arniya
terpesona....
2024-06-20
1