Suara wanita itu menggema, bagai terperangkap dalam gua yang dalam. Namun, Mahendra tak lagi merasakan gentar. Bahkan, kecantikan samar roh wanita itu sempat memukau sesaat. Sayangnya, watak kerasnya segera meruntuhkan kekaguman itu.
"Hei, setan wanita! Kembali ke alammu dan jangan pernah menginjakkan kaki di sini lagi!" serunya tegas.
"Tapi aye nggak niat ganggu, Bang," jawab suara itu dengan nada lirih. "Emang aye nggak boleh kenalan ma abang...?"
"Heh! Bukan tempatnya makhluk halus berinteraksi dengan manusia. Ini bukan duniamu. Jadi, lebih baik kau enyah dari sini.
Atau kau mau merasakan akibatnya jika aku menggunakan ilmuku?" ancam Mahendra.
"Jangan, Bang! Abang kok jahat banget sih? Padahal aye cuma mau kenalan aja. Tapi kalau abang nggak sudi, ya sudah aye pergi. Sampai jumpa lagi, Bang. Dadah, babang tampan..."
Sosok itu perlahan buyar, berubah menjadi kepulan asap kelabu yang lenyap tanpa jejak.
"Ada-ada saja," gumam Mahendra dalam hati sambil menggelengkan kepala. "Tapi lumayan cantik juga sih, itu roh wanita."
Mahendra, yang masih terheran-heran, kembali ke kantor admin. Di sana, Benji sudah duduk dengan lahap menyantap ketopraknya.
"Bujug! Ini orang nggak nungguin gue dulu!" seru Mahendra sedikit kesal.
"Lapar aku, Bang. Sudah kutunggu kau lama sekali. Ya sudah, kulahap saja duluan. Hei, Abang habis dari mana rupanya?" tanya Benji tanpa mengalihkan pandangannya dari makanannya.
"Habis ketemu kunti gue," jawab Mahendra santai.
Mata Benji langsung terbelalak. "Kunti apa maksudmu, Bang? Kunti motor apa kunti rumah?"
"Itu kunci, oon! Yang gue maksud kuntilanak!"
Benji tersedak seketika. "Heg... heg... ohok... ohok. Behahaha! Kau ini ada-ada saja, Bang. Baru kudengar kuntilanak keluar siang-siang... bah!"
"Ah, lu mau percaya apa nggak, terserah. Yang penting gue udah ngasih tahu. Nah, tar malam kalau lo nginep lagi, siap-siap aja!"
"Tak ada lah, Bang. Selama dua tahun kita di sini, tak ada yang berkeliaran. Kecuali yang di sel ini..."
"Haha! Lu pasti nanti terkejut. Hei, gimana serigala itu? Apa sudah makan?"
"Kayaknya nggak mau, Bang..."
"Hmm... ya sudah, terserah dia lah."
Sore menjelang. Mahendra kembali ke depan sel untuk melakukan interogasi. Tampaknya kondisi tahanan yang dijuluki 'Serigala' itu sudah membaik.
"Danu, lu pasti sudah bangun. Nah, gue tanyakan sekali lagi. Di mana markas komplotan lu?"
Namun, jawaban Danu kali ini benar-benar membakar emosi Mahendra.
"Tanyalah pada pantat ibumu... hahaha!"
"Bangsat kurang ajar!" bentak Mahendra geram.
"Boleh. Boleh, Dan. Lo jual, gue beli. Orang bengal pasti mati!"
Dengan langkah cepat, Mahendra meraih tasnya. Dari dalam tas usang itu, ia mengeluarkan sebuah buku tua yang tampak rapuh. Dibukanya buku itu pada halaman tertentu, lalu dibacanya dengan nada suara yang meninggi.
Tiba-tiba saja angin mulai berhembus. Semakin Mahendra membaca, hembusannya semakin kuat. Kejadian di luar nalar mulai tampak di atap sel. Sebuah cahaya lingkaran merah terlihat dan terus membesar. Kemudian, di tengah lingkaran itu, muncul asap kelabu yang berputar-putar. Aliran listrik tampak menari-nari di sekitar asap itu.
Angin semakin kencang, berputar liar di dalam ruangan. Kertas-kertas beterbangan bersama sampah plastik dan debu. Lemari, meja, dan seluruh isi ruangan itu bergetar hebat bagai dilanda gempa. Suasana ruangan itu berubah menjadi mencekam.
"Portal Kalimayada! Oh, tidak... jangan kau masukkan aku ke dalamnya! Aku tak ingin masuk neraka sebelum waktunya! Tutup portal itu... tutup!" raung Danu ketakutan.
Dengan nada geram, Mahendra membentak, "Minta maaf, keparat! Atau portal ini akan menyedot tubuhmu!"
"Baik... baik... maaf. Aku minta maaf atas kata-kataku..." jawab Danu dengan suara gemetar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
®️ed 🔱hite
beeehhh sopan bnerr😁
2024-08-11
1
®️ed 🔱hite
wek wek wek konci kunti brankas
2024-08-11
1
®️ed 🔱hite
ngatai tapi muji juga. 🤣🤣🤣
2024-08-11
1