Mentari pagi belum sepenuhnya menghangatkan bumi ketika suara bising motor berknalpot racing memecah keheningan di depan gerbang pabrik. Seorang pemuda tanpa helm mengendarai motor itu.
"Tin tin.tiinn"
Bunyi nyaring klakson itu membuat Benji bergegas keluar untuk melihat siapa yang datang. Mengenali sosok di atas motor, Benji segera membuka gerbang.
Motor itu memasuki area pabrik dan diparkir sembarangan di dekat pintu masuk. Pemuda itu, Mahendra, mengenakan peci hitam yang sedikit miring, kemeja hitam yang dua kancing atasnya terbuka memperlihatkan dadanya, dan celana katun hitam. Penampilannya kontras dengan kulitnya yang putih bersih dan rambutnya yang gondrong sebahu. Wajahnya tampan, namun guratan di dahinya mengisyaratkan watak keras.
Dengan gerakan santai, Mahendra menggulung lengan kemejanya. Dari saku bajunya, ia mengeluarkan sebungkus rokok kretek favoritnya dan menyalakannya dengan korek gas. Asap putih mengepul di udara saat ia turun dari motor dengan langkah angkuh.
"Benji," sapanya sambil menghembuskan asap rokok, "Ni hari Ki Sarma kaga dateng. Jadi gua yang nanganin tu makhluk." Asap rokok itu langsung menerpa wajah Benji, membuatnya terbatuk-batuk.
"Ohok-ohok... wuohok ohok..." Benji berusaha menjauhi kepulan asap.
"Napa lu, Ji? Bengek?" tanya Mahendra tanpa menunjukkan rasa bersalah.
"Bah, kau Mahendra! Kalau bicara, asapnya jangan ke muka kulah! Baru datang sudah buat perkara pulak! Ohok-ohok..." gerutu Benji sambil terbatuk.
"Ah, baru gini doang lu dah bengek. Gimane lu nanti kalo disuruh Ki Sarma ngisep menyan?" ejek Mahendra.
"Tak mau lah aku! Mending aku hisap bau ketekku saja!" balas Benji kesal.
"Udeh, udeh," Mahendra mengibaskan tangannya, "Gua mo liat tu makhluk. Siapin aer garem seember, Ji!"
"Asyiap!" jawab Benji pasrah.
Mahendra melangkah masuk ke dalam pabrik, menuju kantor tempat sel tahanan itu berada. Sementara itu, Benji menyiapkan air garam sesuai permintaan Mahendra.
Sambil terus menghisap rokoknya, Mahendra tiba di depan sel. Ia menarik sebuah bangku dan duduk menghadap tahanannya. Orang di dalam sel masih meringkuk di sudut ruangan, tampak ketakutan.
"Woy, serigala! Bangun luh!" seru Mahendra dengan nada memerintah. Tak ada respons. Benji datang membawa seember air garam dan meletakkannya di samping Mahendra yang sedang mengamati tahanannya. Mahendra kembali menghisap rokoknya dalam-dalam, lalu mengambil air segayung. Ia membacakan mantra lirih dan meniupkan napasnya ke dalam air itu.
"Lu mao bangun, apa gua mao asepin badan lo hah?" ancam Mahendra.
Masih tak ada respons dari manusia serigala itu.
"Wah, lu nantangin!" geram Mahendra.
BYURRR!
Air garam itu mengguyur tubuh tahanan. Orang itu langsung menggeliat kesakitan. Asap tipis mengepul dari tubuhnya.
"Anjinggg! Siapa kau hah?! Arghhhh..." raungnya kesakitan.
"Lah, napa lu yang ngatain gua anjing? Kan lu yang sebangsa anjing!" balas Mahendra sinis, kembali menyiramkan air garam.
BYURRR!
"Huaaaaahhhh.... panassss! Ampun... panasss!" jerit tahanan itu histeris.
"Masih mao kaga lu? Masih seember lagi nih aer,"
ancam Mahendra sambil menyeringai.
"Ampun... jangan siram lagi... ampun..." mohon tahanan itu dengan suara lemah.
"Oke... gua sekarang mo nanya ama lo. Dan lo harus jawab yang bener. Kalo lo jawab ngasal, ni aer bakal gua siram lagi!" kata Mahendra dengan nada mengancam.
"Iya... iya... aku usahakan untuk menjawabnya," jawab tahanan itu dengan susah payah.
"Siape nama lo?" tanya Mahendra.
"Danu, Bang..." jawabnya lirih.
"Nah, Danu. Di mana komplotan lu berada sekarang?" tanya Mahendra lagi.
Manusia serigala itu kembali terdiam, tak menjawab.
"Hmmm..." gumam Mahendra sambil menghela napas.
BYURRR!
"Wuaaahhh.... panasss! Bajingan kau! Hahaha... jangan kira kau akan mudah mendapatkan keterangan dariku! Hahaha..." tawa Danu terdengar putus asa.
BYURRR!
Siraman air garam bertubi-tubi itu membuat kulit Danu mulai melepuh dan mengelupas.
"Wuaahh... panass... arghhhh... kau akan menyesal, keparat! Jeruji ini tak ada gunanya bagimu! Hahaha hoaargh..." raung Danu kesakitan dan penuh amarah.
Seperti malam sebelumnya, tubuh Danu kembali mengalami perubahan mengerikan menjadi seekor serigala.
"Hoargggh..." geram serigala itu dengan mata merah menyala.
Tanpa basa-basi, serigala itu langsung menyerang, menerjang jeruji sel dengan cakarnya. Namun, kejadian tak terduga terjadi. Begitu cakarnya membentur jeruji besi, tubuh serigala itu tiba-tiba seperti tersengat listrik dan terpental keras ke belakang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Rohayy II
Wah bahasa Betawi yeee.... 😆😆
2025-02-07
0
Amelia
hahaha....masa ketek sendiri dihisap ❤️❤️❤️👍👍🙏🙏
2024-04-13
2
Rona Risa
haii kak aku udah mampir juga ❤️ saling support terus ya... makasiih
2024-03-27
2