~MPH18~

...Perempuan itu harus memiliki rasa kadar malu yang amat tinggi. Karena perempuan itu makhluk yang diciptakan dengan spesial. Jadi, jangan pernah kamu rendahkan dirimu dari seorang lelaki....

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

‘Apa aku terlalu buruk sebagai hambaMu... Ya Rabb?’

Ingin Aryan abai dengan ucapan Dania, tapi mustahil. Ucapan itu sukses memutar dalam pikiran Aryan.

Sarapan pagi yang sudah disajikan sungguh menggugah selera makan. Setiap pagi menu sarapan selalu berganti, itu juga yang masak Dania semua.

Nyonya Sofia semakin dibuat takjub oleh menantunya. Meskipun masih sangat muda tetapi Dania mampu bersikap dewasa.

“Dania hari ini bukannya kamu sudah mulai masuk kuliah kan?” tanya Nyonya Sofia memulai obrolan.

“Iya, Ma.” Dania mengangguk. “Tapi Dania mau antar Mas Aryan ke kantor dulu. Setelah itu Dania ke kampus.”

Dania hanya tidak mau dicap sebagai istri yang tidak menghargai suami. Semua apa yang diajarkan kedua orang tuanya akan selalu diingat dan diterapkan oleh Dania.

“Itu namanya kebalik Nia. Aku akan antar kamu duluan, setelah itu aku akan ke kantor.” Aryan memperjelas keinginannya.

“Kalau Mas Aryan antar aku dulu nanti terlalu pagi. Jam kuliahku masih jam sembilan.” Dania tidak mau kalah.

“Terus nanti boleh tak jika aku main ke kantor Mas Aryan? Kan, mata kuliahku hanya dua jam. Di rumah suntuk tak ada kerjaan juga.” Dania nyengir saja.

“Tak usah datang.” Dengan wajah datar dan nada yang tidak bisa dibantah. “Karena aku mau ada pertemuan di luar bersama klien.”

“Sudah, tak usah perang argumen seperti itu. Dania nanti bisa datang ke rumah sakit saja ya! Bantuin Mama di sana sekalian mengenal rumah sakitnya.” Pada akhirnya Nyonya Sofia yang menjadi penengahnya.

Aktivitas sarapan pagi kembali berlanjut. Sepersekian detik kemudian, Dania memakai tas ranselnya yang berwarna hitam pekat. Dania siap menjalani aktivitas kuliahnya kali pertama.

Seperti biasa, Gavin membukakan pintu untuk Dania setelah itu baru membantu Aryan masuk ke mobil.

Tidak lama kemudian setelah mesin mobil telah dipanaskan sejenak mobil pun melaju dengan kecepatan rata-rata.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Danu, laki-laki remaja yang kini masih duduk di bangku SMU. Laki-laki yang memiliki ketampanan di atas rata-rata dengan wajah sawo matang khas Indonesia, hidung sedang dan bibir yang selalu menggoda kaum hawa.

Fiks, laki-laki idaman yang tak kalah dengan laki-laki bule.

Danu memidai setiap gerakan adik perempuannya yang masih anak-anak itu. Dewi yang saat ini masih duduk di bangku SD kelas enam itu harus bisa menyesuaikan diri bagaimana hidupnya.

“Dek, kak Danu perhatikan dari tadi di depan kaca mulu. Kenapa?” tanya Danu to the point.

“Iya, Kak. Soalnya hari ini ada praktek memerankan drama. Dewi hanya mau menampilkan yang terbaik saja,” jawab Dewi dengan cengiran.

Danu haya menggeleng saja melihat tingkah sang adik. Tidak lama kemudian keduanya berpamitan pada Pak Handoko dan Bu Ratih sebelum berangkat sekolah.

Pak Handoko dan Bu Ratih hanya menatap kedua anaknya yang perlahan menghilang dari pandangan mereka.

Senyum pun tersungging dibibir Pak Handoko saat melihat kedua anaknya yang sudah tumbuh secepat itu.

“Buk, anak kita ternyata sudah besar semua ya!”

“Ya Pak. Dan kita... harus bisa belajar ikhlas mulai sekarang. Siapa tahu nasib Danu dan Dewi seperti Nia... meninggalkan kita.” Terdengar begitu tajam.

Deg!

Pak Handoko merasakan denyut nyeri di hatinya. Rasa bersalah kembali menyelimuti dirinya. Buka maksud pula Bu Ratih ingin kembali mengingatkan akan hati yang menyakitkan itu. Tapi rasa rindu masih menekan batinnya.

‘Mungkin ini memang salahku. Maafkan Bapak Nia!’ ucap Pak Handoko lalu menunduk.

‘Hari ini Bapak akan menemui kamu Nia. Bapak... kangen.’

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Setelah sampai di perusahaan company group Gavin membukakan pintu untuk Dania. Lalu beralih ke Aryan.

“Mas, perlu aku antar masuk tak?” tanya Dania yang kembali... ngarep.

“Tidak perlu. Saya bisa sendiri kok. Lebih baik kamu siapkan saja mental kamu sebelum berangkat kuliah.” Begitu absurd nya pesan Aryan.

Dania memutar bola matanya sempurna setelah mendengar ucapan Aryan.

“Lah kenapa harus menyiapkan mental? Apa ada yang galak nantinya?” tanya Dania dengan polos.

“Bukan begitu Non Dania, tapi ada cowok yang lebih tampan daripada Den Aryan. Dan nantinya... naksir sama kamu.” Gavin menahan tawa melihat raut wajah Dania yang polos.

‘Kamu lucu Dania.’ Gavin tersenyum di dalam hati.

“Masa iya begitu? Wah, Mas Aryan akan ada saingan dong!” ucap Dania memanasi hati Aryan.

Aryan tidak bergeming, angkat bicara pun tidak. Laki-laki tegas itu pergi begitu saja meninggalkan Dania dan Gavin.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Tepat pukul 09.00 pagi Dania sudah masuk jam kuliahnya. Dania mengambil duduk sembarangan.

Ada seorang lelaki menghampiri Dania lalu mengusik Dania yang duduk di kursi itu.

“Ehm..” Laki-laki itu berdehem. “Sorry! Ini bangku saya. Tolong Anda pindah dari sini.”

Dania yang tadinya fokus menyiapkan bukunya seketika menoleh dan mendongak.

Deg!

“Dania,” panggil laki-laki itu dengan yakin.

“Bara?” ucap Dania tidak yakin.

Laki-laki itu bernama Bara. Bara mengulas senyum sambil mengangguk. Sedangkan Dania menunduk, menyembunyikan rasa kadar malunya.

“It's okay. Kamu bisa duduk di sini. Tapi... setelah jam kuliah nanti bisa kita ngobrol sebentar? Rasanya sudah lama sekali kita tidak tegur sapa.”

Tuk! Tuk! Tuk!

Belum sempat Dania menjawab terdengar suara langkah kaki yang mengenakan sepatu fantofel melangkah masuk ke ruangan itu. Hingga semua mahasiswa segera mengambil duduk.

Satu jam...

Dania masih memperhatikan bagaimana dosen menerangkan mata kuliah di hari itu.

Dua jam...

Hingga pada detik terakhir mata kuliah di hari itu Dania masih saja memperhatikan dengan baik. Pantas saja nilai Dania selalu berada di paling atas. Karena Dania selalu rajin dan mudah mengerti.

Dania bersiap untuk menuju ke gerbang. Karena sebelum keluar dari gedung fakultas Farmasi Dania mengirim pesan pada Gavin.

Dania berjalan gontai di koridor fakultas saat menuju ke gerbang. Tetapi langkah Dania tiba-tiba terhenti setelah mendengar namanya telah dipanggil.

“Dania Zahra Salma. Tolong berhenti!” teriak seorang laki-laki dengan suara seraknya.

Dania berbalik dan memastikan siapa yang memanggilnya.

Deg!

‘Kenapa Bara memanggilku? Apa... ada sesuatu?’ batin Dania.

Bara berlari niat hati ingin menghampiri Dania. Namun tiba-tiba saja Dania ditarik oleh seorang laki-laki yang memiliki tubuh atletis. Siapa lagi kalau bukan... Gavin.

Detik itu juga Dani telah lenyap dari pandangan Bara. Dan sorot mata Bara menyiratkan tanda tanya tentang siapa laki-laki yang beraninya menarik Dania.

Dania masuk ke dalam mobil setelah Gavin membukakan pintu untuknya. Setelah itu Gavin beralih menuju ke kursi sopir.

“Gavin, kenapa tadi kamu menarik ku seperti itu?” tanya Dania penasaran.

“Ada sesuatu hal yang harus kamu tahu dan ini menyangkut tentang... Den Aryan.” Terdengar tegas.

Dania hanya diam meskupun hatinya penasaran dengan apa yang terjadi pada Aryan.

Dania menajamkan pandangannya ketika Gavin tidak menuju ke perusahaan Aryan. Dan Gavin justru menepikan mobil yang dikendarai nya di depan sebuah cafe mewah.

“Gavin, kenapa kita kesini? Apa Mas Aryan ada di dalam?” tanya Dania kepo.

“Masuk saja Dania! Bantu Den Aryan.” Gavin menatap Dania dengan tatapan meminta.

Dania nampak bingung, ia benar-benar tidak mengerti dengan yang dimaksud Gavin. Tapi Dania masuk begitu saja ke dalam cafe sydwic.

Dania mengedarkan pandangannya mencari dimana letak keberadaan Aryan. Dan Dania yakin jika Aryan memilih kursi dekat dengan jendela.

“Aryan, jangan munafik jadi laki-laki. Aku yakin kamu terpaksa menikah dengan perempuan itu. Dan kamu masih menginginkan aku, kan?”

“Tapi itu mustahil. Kamu... cacat. Tidak sempurna lagi sebagai seorang laki-laki.”

Aryan meremas tangannya. Rahangnya mengeras menahan kobaran api yang ada di hatinya. Rasanya saat itu ingin Aryan mengutarakan kemarahannya. Namun, ia tahan.

Aryan hanya bisa menatap Isabella dengan tatapan kebencian. Terutama saat Isabella dikecup mesra oleh kekasihnya.

“Perempuan itu harus memiliki rasa kadar malu yang amat tinggi. Karena perempuan itu makhluk yang diciptakan dengan spesial. Jadi, jangan pernah kamu rendahkan dirimu dari seorang lelaki.”

Menghunus begitu tajam.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!