~MPH6~

...Ruangan ini terlihat begitu gelap. Seakan menghimpit dada hingga terasa sesak....

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Setelah beberapa jam melakukan perjalanan akhirnya mereka sampai di rumah Nyonya Sofia. Rumah megah yang pernah dijelajahi oleh Dania meskipun hanya beberapa jam saja. Namun, Dania merasakan puas saat berada di sana kala itu.

Gavin membawakan tas ransel milik Dania yang berisi beberapa pakaian. Setelah berada di dalam rumah Gavin meletakkan tas itu hingga masuk ke kamar Aryan.

“Nyonya Sofia saya permisi dulu! Tas milik Nona Dania sudah saya letakkan di dalam kamar Den Aryan.” Gavin menunduk sejenak.

“Iya, terima kasih Gavin. Ya sudah, kalau begitu kamu boleh kembali ke pos kamu.” Gavin pun mengangguk.

Tidak lama kemudian Dania dan Aryan masuk ke dalam rumah. Jangan tanya kenapa keduanya terlambat masuk rumah. Hal itu karena Nyonya Sofia meminta Dania untuk membantu Aryan duduk di kursi roda nya.

“Kalian berdua bisa langsung istirahat di kamar. Karena Mama juga mau istirahat dulu.”

Dania memutar kedua bola matanya sempurna, mengingat ucapan Nyonya Sofia ‘di kamar’.

‘Istirahat satu kamar sama suami jutek, galak dan sadis seperti dia?’

Hik's!

Dania memandang Aryan sejenak, lalu mengusap dada agar menanamkan rasa sabar. Tidak jauh berbeda dengan Aryan, laki-laki itu kembali mengepalkan tangannya. Seakan Aryan benar-benar merasa muak dengan keinginan dan perintah Nyonya Sofia.

‘Kenapa harus seperti ini? Satu kamar sama wanita udik, cantik juga kagak. Malah tadi ngatain aku lagi... pengantin di kursi roda.’

Dania mencoba melangkahkan kaki meninggalkan Aryan. Karena ia masih ragu untuk bertegur sapa dengan Aryan setelah merutuki kebodohannya karena mengatai Aryan.

“Heh udik, mau kemana kamu?” tanya Aryan yang melihat Dania di ambang pintu.

“Mau keluar, mau cari Gavin dan tanya padanya dimana Dia menaruh tas ku. Ada apa?” Dania berbalik bertanya dengan alis berkerut.

“Alasan saja, palingan mau ganjen sama Gavin. Curi-curi pandang sama Dia, kan? Ngaku!” todong Aryan.

“Sudah pernah saya katakan kalau saya bukan wanita seperti itu. Maaf, Den Aryan yang terhormat seharusnya Anda lebih... NGACA. Karena Anda yang justru mencuri-curi pandang pada saya.” Dania bergidik ngeri kala melihat Aryan saat ini.

Aryan menatap tajam Dania yang masih berdiri di ambang pintu.

“Kenapa kamu begitu melihat saya? Memangnya kamu pikir saya ini hantu?”

“Lebih seram daripada hantu. Tuh lihat, resleting celana Anda terbuka.”

Deg!

Tanpa berkata apapun lagi Dania meninggalkan Aryan yang menyipitkan kedua matanya. Aryan mencoba menelaah ucapan Dania.

‘Resleting celana?’ Aryan mengangkat sebelah alisnya.

Aryan menunduk untuk memastikan yang diucapkan Dania benar atau hanya sekedar ingin menipunya saja.

Hik's!

‘Lah ini kenapa kok bisa terbuka sih? Apa rusak?’

Malu, jelas dirasakan Aryan setelah apa yang dikatakan Dania benar adanya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di dalam kamar yang luas wanita paruh baya itu tersenyum geli melihat kelakuan putra dan menantunya melalui CCTV yang terpasang di setiap sudut rumah itu, kecuali di masing-masing kamar yang ada di dalam rumah itu. Rasanya tak mungkin sejelas itu juga kali ya.

“Saya yakin kalian bisa bersatu. Cinta... Itu akan tumbuh suatu saat nanti. Dan Mama yang akan merasa beruntung mendapatkan menantu seperti Dania, wanita sholehah.” Nyonya Sofia tersenyum bahagia.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Ke-dua manusia itu kembali hening setelah berada di depan kamar. Bukannya Aryan manja sehingga tidak bisa membuka gagang pintu sendiri, tetapi ia tidak mau Dania ikut masuk ke dalam kamarnya yang dijadikan tempat ternyaman untuk berdiam diri.

Lain lagi dengan Dania, jantungnya berdegup kencang yang tidak beraturan. Dania masih belum terbiasa dengan keadaan yang saat ini harus dijalaninya... Menjadi seorang istri.

“Kenapa kalian lama sekali tidak masuk kamar? Ayolah come on Aryan, Dania. Mama yakin kali ini kalian berdua masih malu-malu tapi... suatu saat nanti kalian akan malu-malu tapi mau.” Nyonya Sofia terkekeh geli melihat tingkah keduanya dari kamera CCTV.

Nyonya Sofia merasa geram dan tidak bisa hanya melihat tingkah keduanya yang konyol. Bagi Nyonya Sofia cinta itu harus diciptakan segera untuk mengikat keduanya.

[Nyonya Sofia : Cepat datang ke depan kamar Aryan. Karena saya butuh bantuan kamu Gavin. Darurat.]

Ting...

Pesan telah masuk ke dalam notifikasi pesan di ponsel Gavin. Setelah membaca pesan tersebut Gavin segera mengikuti perintah sang majikan.

“M-maaf Den Aryan, Nona Dania... Apa perlu bantuan saya?” tanya Gavin setelah berdiri di dekat Dania.

“Ah tidak, siapa juga yang panggil kamu datang, Gavin?”

“Tadi...”

“Ah iya, Gavin. Saya yang butuh bantuan kamu. Saya mau sholat dzuhur dulu tapi saya tidak tahu dimana ruang untuk sholat. Bisakah kamu antar saya untuk ke ruangan itu?”

Mendengar suara Dania hati Gavin kembali diacak-acak dengan perasaan yang tak karuan. Ditambah lagi Dania yang ingin mengerjakan kewajiban lima waktu siang itu, membuat Gavin bertambah kagum saja.

‘Ayolah Gavin fokus.’ Gavin meggelengkan kepalanya lirih.

“Kenapa harus meminta Gavin yang mengantarkan? Kamu bisa sholat di dalam kamar saja. Ayo masuk!” ajak Aryan.

Cek lek!

“Dania,dorong kursi rodanya!” titah Aryan.

Hening...

“Cepat, Dania!”

Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi Dania untuk mendorong kursi roda itu masuk dan dengan terpaksa Dania meninggalkan laki-laki yang dikaguminya.

Tak lupa Dania menutup kali pintu kamar itu. Dan... Seketika kedua bola mata Dania berbinar melihat apa yang ada di depan pandangan matanya.

Kamar itu telah dihias lampu-lampu kecil yang lebih dikenal dengan lampu tumblr. Lampu tumblr ini tidak pernah gagal dalam menciptakan kesan hangat yang romantis. Apalagi lampu itu dipilih dengan warna lembut.

Bukan hanya itu saja, kamar itu juga dihias dengan bunga-bunga yang ditaruh di langit-langit ranjang, kelambu putih dan hiasan tirai berwarna silver yang seolah dipasang effortless. Bahkan selimut pun dibentuk menjadi dua angsa yang berada di atas ranjang.

“Wah... Cantik sekali kamarnya!” ungkap Dania.

Dania melangkah mendekati ranjang, ditatapnya lekat setiap hiasan yang ada. Hiasan yang semakin mempercantik kamar Aryan tanpa sepengetahuan nya.

‘Pasti ini Mama yang melakukan. Apa-apa-an sih.’

“Apa nya coba yang cantik. Malah semakin membuat kamar saya kotor dan gelap seperti ini. Membuat saya tidak bisa leluasa membuka jendela.”

“Sudah, saya akan minta bik Ningsih untuk membuang semuanya. Supaya bersih lagi kamar saya.”

“Jangan, Den Aryan! Kenapa juga harus dibuang coba? Ini itu suasana romantis seperti yang ada di kamar hotel.”

Aryan seketika memincing tajam, setajam tatapannya yang siap menikam mangsanya.

“Hotel?” tanya Aruan memastikan ucapan Dania.

Dania mengangguk, “Iya. Soalnya saya pernah lihat gambar di akun tiktok milik teman saya. Dan pastinya... di ponsel teman saya itu. Ponsel saya mah kagak bisa buat lihat begituan.”

Dania tertawa saja. Kembali ia fokus dengan hiasan itu yang benar-benar menampakkan sisi lembut dan manis. Bukankah keromantisan akan tercipta dengan riasan seperti itu.

Dania menangkup kedua tangannya dan ditempelkannya di pipi sembari tersenyum semanis mungkin. Dan menggemaskan sekali.

‘Ruangan ini terlihat begitu gelap. Seakan menghimpit dada hingga terasa sesak.’

‘Apalagi melihat tingkahnya yang sok manis. Dasar wanita berkedok topeng.’

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!