...Mengapa ada pesulap yang berhasil menghipnotis diriku dengan cepat seperti ini? Apa iya rasa itu... sudah ada?...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Dania membuka kancing baju Aryan setelah Aryan merebahkan diri di atas kasur. Sebenarnya Dania ragu untuk membukanya, meskipun sudah mendapatkan persetujuan dari Aryan tetapi itu bukanlah aji mumpung untuk menikmatinya.
“Ayo Dania, cepat sedikit dong! Aku sudah gerah ini.” Aryan menggibaskan telapak tangannya untuk mencari udara.
“Ah iya, baiklah. Tapi... kenapa panggilannya berganti menjadi aku? Bukan saya dan kamu lagi?” tanya Dania pelan.
“Bukankah tadi sudah kukatakan padamu, Dania. Jadilah istri yang memiliki kewajiban mengurusi suaminya. Masa iya suami istri panggilannya saya dan kamu. Nanti Mama dan yang lain akan curiga dong, tidak perfectly.” Dania mengangguk paham.
Satu kancing telah lepas...
Lalu kancing kedua, ketiga, keempat dan... yang terakhir. Setelahnya Dania melucuti kain yang menutupi tubuh Aryan. Sehingga nampak lah tubuh Aryan yang membuat Dania kembang kempis saat menatapnya.
Mata tajam dengan tubuh besar tinggi atletis. Rahang tegas dengan bulu-bulu halus dan dada yang bidang dengan bulu-bulu halus sungguh memikat daya tarik yang luar biasa.
Glekk!
Dania menelan ludahnya sendiri untuk membasahi tulang kerongkongan nya yang terasa kering.
‘Mengapa ada pesulap yang berhasil menghipnotis diriku dengan cepat seperti ini? Apa iya rasa itu... sudah ada?’ monolog Dania dalam hati.
“Dania, bisa cepat dikit tidak? Aku benar-benar gerah loh ini,” ujar Aryan lebih tegas lagi.
Dani gelagapan, segera ia membuyarkan pikirannya yang mulai... sensitif melihat pemandangan yang manarik di depan mata.
Sepersekian detik kemudian, Aryan sudah terlihat rapi dengan kaos hijau army dan celana pendek_pakain yang biasa dipakai saat berada di dalam rumah.
Seperti biasa, setelah rapi Aryan akan duduk di atas kursi rodanya dengan mantap luar jendela yang menyorot ke arah jalanan kota.
Dania yang habis mandi hanya bisa menatap Aryan dari belakang saja. Setelah itu Dania tak hiraukan lagi dengan apa yang dilakukan Aryan. Karena Aryan bisa sampai berjam-jam di tempat ternyaman nya.
‘Dania... mengapa seperti itu? Dia... cantik.’
Aryan tanpa sengaja melihat Dania yang sedang mengeringkan rambut dengan handuk. Wajah sehabis mandi membuat Dania semakin fresh, kulit putihnya sungguh menggoda iman tetapi Aryan... gengsi mengakuinya.
Aryan mengalihkan pandangannya dan kembali menatap luar jendela.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
“Bagaimana, Dania? Apa... kamu sudah menemukan jawaban dengan tawaran Mama?” tanya Nyonya Sofia setelah usai makan malam.
“Sebenarnya Dania masih tidak percaya dengan tujuan Mama. Tapi, Dania akan berusaha menghilangkan pikiran buruk tentang Mama dari pikiran Dania.”
“Dan... Dania setuju dengan tawaran Mama. Dania mau melanjutkan kuliah.” Dania mengulas senyum ramah.
“Bagus itu. Dan kamu bisa segera pilih mau kuliah dimana. Setelah mengambil keputusan Mama akan meminta asisten Mama mengurus semuanya.” Nyonya Sofia nampak bahagia mendengar keputusan Dania.
Obrolan ringan telah tersaji hingga mengundang tawa renyah di antara Nyonya Sofia dengan Dania. Dan Dania benar-benar ingin melupakan masalah yang membuatnya merasa terhimpit dan menyesakkan dadanya.
“Huamm...” Nyonya Sofia sudah beberapa kali menguap. “Dania, Mama ngantuk sekali. Mama ijin tidur duluan ya! Badan Mama terasa pegal-pegal setelah seharian mengurusi perusahaan dan rumah sakit.”
“Iya, Ma. Tidak perlu minta ijin sama Dania, menjaga istirahat secara cepat waktu itu penting bagi tubuh. Mama istirahat saja.”
“Terima kasih ya, Dania. Oh iya... Mama harap kamu bisa membujuk Aryan untuk kembali mengurus perusahaan. Mengingat Mama yang semakin hari semakin tua maka... pikiran Mama pun tidak sejernih dulu.”
“Sedangkan perusahaan benar-benar membutuhkan tenaga muda seperti Aryan, Gavin dan juga kamu.”
“InsyaAllah, Ma. Dania akan berusaha untuk membujuk Mas Aryan.” Nyonya Sofia mengangguk kecil dan tersenyum bangga.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Klak!
Suara pintu telah ditutup dan dikunci. Dania mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan Aryan di kamar itu. Tetapi Aryan tidak ada disana.
‘Dimana Mas Aryan ya? Kok tak ada di kamar,’
Dania mengendikkan bahunya, karena Dania tidak tahu dimana titik keberadaan Aryan. Dua minggu menjadi istrinya Dania masih belum bisa memastikan apa kebiasaan Aryan dan kesukaan Aryan.
Hubungan suami istri yang memilukan. Kasihan Dania.
Dania tidak mau terlalu memikirkan dimana Aryan berada. Bukan Dania tidak ingin tahu, tapi Dania hanya ingin memberikan waktu dengan memainkan perangkapnya... tarik ulur.
“Mending sholat isya' sajalah. Nanti kalau Mas Aryan membutuhkan aku pasti Dia akan ke kamar ini.” Dania menghela napas panjang.
Setelah mengambil air wudhu Dania mengenakan mukena lalu membentangkan sajadahnya.
Allahu akbar...
Gerakan sholat telah dilakukan secara khusuk. Bibir Dania berkomat-kamit melantunkan surat pendek hingga sampai salam. Setelahnya kedua tangan Dania menengadah lalu berdoa.
Ya Allah Ya Rabb... kembali hamba mengadu kepada Engkau Maha paling tahu segalanya.
Hamba sangat bersyukur karena Engkau ciptakan pertemuan antara hamba dengan Nyonya Sofia. Bukan hamba menyukai kekayaannya, tetapi hamba menyukai kasih sayang yang begitu tulus.
Ya Allah Ya Rabb... jika takdir hamba hanya menyandang status istri saja tanpa bisa merasakan nafkah batin darinya... tak apa. Sabar dan kuatkan hati hamba untuk tetap membersamai nya.
Ya Allah Ya Rabb... tak lupa hamba meminta kepada Engkau. Jaga dan lindungilah Bapak, Ibu dan adik-adik hamba disaat hamba jauh dari mereka.
Aamiin ya rabbal alamiin...
Deg!
Ada hati yang tercubit mendengar doa yang telah dilangitkan. Aryan mengeratkan kedua rahangnya, bagi Aryan doa Dania terlalu berlebihan.
‘Seharusnya kamu tak perlu berdoa seperti itu Dania. Berlebihan sekali, aku tak akan percaya jika hatimu sekuat itu.’
Aruan bersikap biasa saja, seolah tidak mendengar apapun yang dilangitkan Dania. Dania yang masih mengenakan mukena terkejut sesaat, karena kedatangan Aryan yang secara tiba-tiba.
Hening...
Sengaja Dania tidak menyapa Aryan, membiarkan Aryan yang akan memanggilnya.
Dania melipat kembali sajad dan mukena nya. Setelah itu dilewatinya Aryan yang masih duduk di kursi roda dekat sisi ranjang.
“Dania, kamu berpura-pura ya tidak melihatku ada disini?” tanya Aryan dengan nada marah.
“Lihat...” jawab Dania singkat.
“Terus kalau kamu melihat kenapa tidak menyapaku?”
Pertanyaan Aryan membuat Dania menoleh padanya.
“Oh, mau disapa ya, Mas Aryan? Mas Aryan darimana tadi?”
“Dari balkon.” Dania hanya mengangguk saja.
Setelah itu Dania mengambil bantal dan selimut. Lalu ia siapkan untuk tidur di sofa seperti malam-malam yang sudah berlalu.
Setelah Dania menata bantal ia pun merebahkan tubuhnya dan tak lupa selimut tebal terbentang menyelimuti tubuh Dania hingga menutupi dada.
‘Kurang ajar sekali Dania. Tak ada sopan santunnya sama suami.’ Aruan menggerutu kesal.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments