Perihal rasa cinta tak akan mudah hadir begitu saja. Namun, rasa cinta itu akan jatuh di waktu yang tepat.
~Dania Zahra Salma~
******
Jantung pak Handoko seakan tidak berdetak lagi. Rumah adalah satu-satunya harta yang tertinggal, satu-satunya tempat untuk berteduh bersama keluarga kecilnya. Andai Nyonya Sofia melakukan penggusuran maka tak ada lagi tempat yang dijadikan untuk berlindung di kala panas maupun hujan untuk keluarga pak Handoko.
“T-tolong, Nyonya! Nyonya Sofia tolong jangan lakukan itu!” pinta bu Ratih yang terbata-bata.
Nyonya Sofia, wanita paruh baya yang mengenakan pakaian dan make up glamor itu seketika menoleh ke pemilik suara yang baru saja muncul dari arah lain.
Nyonya Sofia menatap tajam bu Ratih, setelahnya tersenyum devil.
“Ini lagi muncul.” Nyonya Sofia kembali menatap tajam bu Ratih. “Apa jaminan untuk saya jika kalian tidak mau rumah ini digusur?”
“Nyonya Sofia, kami memang tidak memiliki jaminan apapun yang pantas diberikan kepada Anda. Tapi... beri kami waktu untuk mencari uangnya.” Bu Ratih menatap Nyonya Sofia dengan tatapan permohonan.
“Tidak punya jaminan. Tidak punya uang, sok-sok_an hutang. Dan giliran ditagih justru seperti ini. Dasar, keluarga miskin!”
“Dan saya mohon maaf sekali, saya tidak bisa memberi kalian waktu. Jika kalian tidak mau rumah ini digusur maka jalan satu-satunya... Pak Handoko akan saya masukkan ke penjara.”
Deg!
Binar mata bu Ratih memancarkan kesedihan yang tak bisa tertahan. Detik kemudian bu Ratih hanya bisa terpaku sembari menelan saliva nya sendiri. Lidah nya begitu kelu untuk kembali meminta permohonan terhadap Nyonya Sofia.
Sepersekian detik kemudian Pak Handoko mendekati Nyonya Sofia, lalu bersujud di depan Nyonya Sofia untuk kembali memohon agar Nyonya Sofia memberikannya waktu. Namun, hal yang tidak terduga telah terjadi.
Bruk!
Pak Handoko terjatuh karena dorongan keras dari Nyonya Sofia. Hal itu disaksikan secara langsung oleh bu Ratih dan juga ke tiga anaknya.
“Astaghfirullah, Bapak!” lirih Dania.
“Mbak Nia, bagaimana ini? Kita harus apa sekarang? Kenapa Nyonya itu begitu jahat? Memangnya Bapak dan Ibu salah apa?” tanya Dewi, si bungsu.
Dania menatap Dewi, di sana Dania melihat jelas kesedihan dan kekhawatiran dalam raut wajah Dewi yang masih kecil.
Dania tidak bisa menjawab pertanyaan sang adik, karena ia sendiri juga tidak tahu inti permasalahan yang dialami kedua orang tuanya. Telinganya hanya bisa menangkap satu kata, yakni hutang.
“Danu, Mbak minta tolong sama kamu untuk bawa Dewi ke kebun belakang. Dewi masih terlalu kecil untuk melihat apa yang terjadi saat ini.”
“Mbak Nia mau apa sekarang?”
Dania memejamkan kedua matanya, menghela napas panjang lalu menghembuskannya secara lirih.
“Mbak akan menemui Nyonya itu, siapa tahu saja Mbak bisa menyelesaikan masalah Bapak sama Ibu. Sudah sana, bawa Dewi.” Danu mengangguk tanda setuju.
Danu pun mengaja Dewi ke kebun belakang, setelahnya Dania kembali menghela napas panjang.
“Ayo Dania, saatnya kamu membantu Bapak dan Ibu. Kamu sudah dewasa sekarang, lagipula kamu anak tertua dan seharusnya bisa membantu mereka.” Dania mencoba memberikan rasa percaya diri pada dirinya.
Tak! Tak! Tak!
“Nyonya!” panggil Dania dengan suara berani.
Seketika itu Nyonya Sofia menoleh ke arah belakang. Di sana terlihat Dania yang berdiri dengan menatap kedua orang tuanya.
“D-Dania, astaga... anak itu sudah mendengar semuanya.” Pak Handoko menunduk, tak sanggup menatap wajah Dania.
Hal sama juga dilakukan oleh bu Ratih, karena menatap putrinya sungguh membuat hatinya seakan tersayat oleh belati tajam. Hutang yang menumpuk untuk memenuhi biaya sekolah Dania yang sudah menunggak beberapa bulan. Dan agar Dania bisa lulus sekolah pak Handoko harus bisa membayar semua tagihan tersebut. Meskipun hanya separuh saja tetapi, bagi keluarga pak Handoko masih cukup berat. Hal itulah yang mengharuskan pak Handoko berhutang.
“Siapa gadis ini, Pak Handoko? Apa Dia putrimu yang kamu carikan hutangan kepada saya?” tanya Nyonya Sofia yang masih menatap Dania secara intens.
“Iya, saya Dania. Saya putri sulung Bapak dan Ibu saya. Dan sebagai anak tertua saya mohon dengan sangat kepada Anda, Nyonya. Saya mohon tolong jangan gusur rumah ini ataupun penjarakan Bapak saya.” Dania berusaha meluluhkan hati Nyonya Sofia dengan tutur kata lembutnya.
Satu detik...
Dua detik...
Nyonya Sofia masih diam, tetapi kedua netranya masih menatap Dania. Seakan Nyonya Sofia tengah meneliti Dania dari ujung rambut hingga ujung kaki.
“Sepertinya... Gadis ini cocok.” Nyonya Sofia bermonolog dalam hati.
Dania, yang memiliki tinggi semampai, bertubuh langsing, berkulit putih dan berhidung mancung, dengan bulu mata yang lentik_semakin mempercantik sebagaimana ciptaan Tuhan yang nyaris sempurna.
Sungguh membuat Nyonya Sofia sangat tertarik dengan sosok Dania.
“Saya mohon dengan sangat kepada Anda, Nyonya. Saya bisa bekerja di rumah Anda sebagai pembantu atau apapun. Dan nanti gaji saya tidak perlu Anda bayar, Anda potong saja sebagai pembayaran hutang kedua orang tua saya.” Dania masih berusaha merayu Nyonya Sofia.
“Kamu tidak perlu bekerja di rumah saya, cantik. Asalkan...”
“Asalkan apa Nyonya?” tanya Dania penasaran.
Pak Handoko dan bu Ratih pun mendongak karena ikut penasaran.
“Kamu menikah dengan putra saya.”
Deg!
Pak Handoko, bu Ratih dan juga Dania seketika membelalakkan kedua mata. Sulit untuk dipercaya jika hal itulah yang menjadi permintaan Nyonya Sofia.
“Nyo-Nyonya Sofia, apakah... T-tidak ada yang lain yang bisa dilakukan putri saya selain menikah dengan putra Anda?” tanya pak Handoko memberanikan diri.
“Kenapa memangnya dengan hal itu? Apa kamu tidak setuju menikah dengan putra saya, Dania? Atau... Kamu mau rumah ini digusur? Atau... Bapak kamu ini yang saya seret ke penjara?” ancam Nyonya Sofia.
“J-jangan Nyonya Sofia! Baiklah, saya mau menikah dengan putra Anda, Nyonya. Asalkan jangan gusur rumah ini atau penjarakan Bapak saya.”
Deg!
Pak Handoko dan bu Ratih menatap wajah putrinya itu. Dania yang merasa ditatap kedua orang tuanya hanya bisa mengangguk pasrah. Karena bagi Dania tak ada hal yang lebih penting daripada keluarganya.
Masa depan? Menikah? Dania hanya bisa pasrah dengan keadaan yang memang menuntutnya harus melakukan hal itu. Pernikahan memang sesuatu momen yang diinginkan setiap orang, tetapi jika tanpa tahu dengan siapa, bagaimana orangnya dan tanpa dadar cinta maka, manusia tidak akan tahu bagaimana ke depannya nanti.
“Saya setuju Nyonya Sofia, tapi... ijinkan saya bicara dengan kedua orang tua saya terlebih dahulu.”
“Jangan berani macam-macam untuk menipu, Dania.”
“Anda tenang saja Nyonya, karena saya dibesarkan untuk menjadi orang yang jujur. Percayalah! Saya hanya butuh waktu sebentar saja.”
Nyonya Sofia mengangguk, seketika itu juga Dania menghampiri kedua orang tuanya. Setelahnya mereka masuk ke dalam kamar Dania.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di sisi lain ada seorang lelaki muda yang tengah berbaring di atas ranjang dengan kelemahan tubuhnya. Cacat, lelaki itu dinyatakan lumpuh setelah mengalami kecelakaan dua bulan lalu.
“Mau sampai kapan aku hanya bisa terbaring seperti ini? Bosan dan kebencian yang hanya ada dalam diri ini.”
Lelaki itu menatap langit-langit di kamarnya. Wajah sang kekasih yang memutuskan hubungan dengannya kembali melintas dalam ingatan, yang membuat lelaki itu seperti tidak memiliki kehidupan.
“Isabella, kenapa kamu lakukan hal itu padaku? Dimana janji yang kamu ucapkan untuk setia padaku? Dan kenyataannya apa, pembohong!”
Netra elang itu menajam, rahangnya mengeras bahkan, kedua tangannya mengepal erat. Seolah lelaki muda itu tengah menahan kemarahan yang membuncah.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Dania di dalam kamarnya masih berusaha meyakinkan kedua orang tuanya untuk menyetujui keputusan yang diambil.
“Memang benar Dania, kamu ada putri sulung Bapak dan Ibu. Tapi... ini tentang pernikahan yang harus kamu jalani tanpa kamu tahu dengan siapa, tanpa cinta dan kamu juga belum tentu bahagia bersama laki-laki itu.”
“Pak-Bu... Dania tahu hal itu. Dan mungkin saja ini takdir Dania. Dani juga tahu perihal rasa cinta tak akan mudah hadir begitu saja. Namun, rasa cinta itu akan jatuh di waktu yang tepat.”
“Dan masalah siapa orangnya serta kebahagiaan, Dania akan bahagia menerima semuanya bahkan Dania tidak akan mempermasalahkan hal itu. Asalkan... Bapak, Ibu dan juga adik-adik Dania bahagia.”
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments