~MPH8~

...Bukankah cinta tak harus dikejar jika tidak berjodoh. Cukup ikhlas dan mencari cinta yang lain....

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di kamar itu sungguh keheningan yang menemani Aryan dan Dania. Keduanya tak saling bersua justru terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing.

Aryan yang tidur diranjang serasa sulit untuk memejamkan mata. Pikirannya masih berpusat tentang kondisinya, patah hati dan pernikahan yang harus dijalaninya dengan terpaksa.

‘Kapan aku bisa sesempurna dulu? Jika itu bisa kulakukan setelahnya aku akan... balas dendam.’

‘Patah hati yang kamu ciptakan begitu menusuk hatiku Isabella. Dan kamu harus tahu apa akibatnya. Tunggulah waktunya tiba.'

‘Dan untuk wanita udik, munafik sekaligus berkedok topeng itu... Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan padanya. Karena hatiku masih belum bergetar saat bersamanya.'

Aryan sekilas menatap Dania yang sedang berbaring di sofa. Dan yang Aryan lihat Dania nampak tertidur pulas, karena sedari tadi hanya diam saja dengan selimut tebal menutupi sebagian tubuh Dania. Tapi nyatanya...

‘Pernikahan apa ini, Ya Allah? Bukankah pernikahan adalah perjalanan ibadah yang panjang? Tapi ini apa? Rasanya aku ingin sekali mundur.'

’Tidak Dania. Kamu tidak boleh mundur, kasihan keluarga yang ada di desa. Bapak, Ibu dan adik-adik, jangan mengabaikan kebahagiaan mereka demi kebahagianmu sendiri Dania.’

Dania menghela napas beratnya. Pikirannya benar-benar merasa lelah yang memintanya untuk segera beristirahat.

Dania membaca doa sebelum tidur lalu memejamkan kedua matanya meskipun sulit. Namun, pada akhirnya keduanya terlelap entah di jam berapa.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Aryan di sepertiga malam tanpa sengaja terbangun. Kedua matanya mengerjap, mecoba menyempurnakan penglihatannya. Sebelum penghinaan itu sempurna Aryan melihat sosok yang mengenakan kain putih. Terlihat begitu nyata.

“Ha... Hantuuu!” teriak Aryan.

Meskipun berteriak tetapi tidak akan ada yang mendengar dengan jelas, karena kamar Aryan kedap suara. Sengaja Aryan merancang khusus kamarnya seperti itu.

Dania seketika menoleh, lalu menghampiri Aryan yang hanya bisa terbaring_menutipi wajahnya dengan bantal.

“Den... Den Aryan kenapa? Mana hantunya?” tanya Dania sesopan mungkin.

Aryan membuka bantal itu perlahan. Dan yang terjadi Aryan kembali melihat sosok yang asing, tetapi bukan hantu.

‘Yang ini kenapa bukan hantu? Dan lebih tepat dibilang... Peri.’

Aryan tersenyum sendirian. Hal itu membuat alis Dania bertaut, memikirkan tentang yang terjadi pada Aryan.

“Den Aryan... Woi... Anda baik-baik saja, kan?” tanya Dania menepuk bahu Aryan.

Aryan terkejut dengan sentuhan Dania, meskipun pelan tetapi Aryan... kesetrum.

Bruk!

Aryan terlalu gugup sehingga membuatnya refleks dan tanpa sengaja menarik Dania hingga terjatuh tepat di atas dada Aryan.

Deg... Deg... Deg...

Jantung keduanya berpacu kencang tak berirama.

Gluk!

Dania menelan saliva nya untuk membasahi tenggorokannya.

‘Debaran apa ini? Tidak. Tidak boleh seperti ini, ku rasa... jantungku tidak normal.'

‘Apa ini? Kenapa jantungku terasa ... kesetrum. Wah! Kurasa jantungku sedang... ngelu.’

Dania kembali berdiri, ia berusaha menetralkan kembali denyut jantungnya yang masih belum berdegup dengan normal.

“Maaf!” ucap Dania terburu-buru.

Dania masuk ke kamar mandi. Segera ia mengambil air wudhu untuk menjernihkan pikirannya yang... tidak normal.

Tanpa menatap ataupun sekedar melirik saja tidak Dania lakukan. Dania segera membentangkan sajadah nya lalu, mengenakan mukena berwarna putih tulang miliknya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Nyonya Sofia sedang duduk di taman samping dengan di temani secangkir teh hangat yang siap diseduh.

“Sudah jam setengah tujuh, tapi kenapa Dania belum menemuiku disini? Ada apa dengannya? Rasanya tidak mungkin jika Dia bangun terlambat.” Nyonya Sofia masih bersabar untuk menunggu kedatangan Dania.

Satu detik...

Dua detik...

Hening...

“Sudah setengah tujuh Den Aryan, mau mandi sekarang?” tanya Dania tanpa mengurangi Kesopanan nya.

Aryan menatap tajam Dania. Seolah Aryan menelisik wajah Dania yang tiba-tiba bersikap lembut. Dan Aryan melihat ketulusan dari bola mata bulat milik Dania.

Akan tetapi...

“Jangan basa-basi! Toh bukan tugasmu untuk memandikan saya. Saya akan meminta Gavin datang kesini. Silahkan keluar saja,” ketus Aryan.

“Perlu Anda tahu Den Aryan, mulai ijab kabul yang tercantum kemarin saya sudah resmi menjadi istri Anda. Dan itu sah di mata hukum maupun agama.”

“Dan itu tandanya saya berhak atas semua tentang Anda. Atau jangan-jangan... Anda memiliki hubungan dengan Gavin? Sejenis...”

“Jangan ngawur Dania. Sudahlah, keluar sana!” dengus Aryan.

“Ok, siap! Kalau begitu saya mau menemui Nyonya Sofia saja. Permisi Den Aryan!”

Dania keluar meninggalkan Aryan yang masih terbaring di atas kasur.

‘Bertemu Mama? Apa yang akan mereka bicarakan? Kenapa aku jadi... kepo?’ gumam Aryan.

Aryan segera menghubungi Gavin.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

“Selamat pagi, Nyonya Sofia. Maafkan saya karena terlambat datang.” Dania menunduk.

“Tak apa, duduklah!” pinta Nyonya Sofia.

Dania menurut saja tetapi ia tidak berani membuka suara. Dania takut dicap sebagai menantu lancang karena sok akrab dengan mama mertuanya itu.

“Dania, tolong kamu jangan panggil saya sebagai Nyonya. Kamu cukup panggil dengan Mama saja. Dan pada Aryan, panggil saja Dia... Mas Aryan.”

Deg!

Alis Dania berpaut karena merasa bingung dengan sikap Nyonya Sofia yang begitu lembut. Berbanding jauh saat pertama kali bertemu di rumahnya beberapa hari lalu.

‘Drama apa lagi ini? Kenapa sikap Nyonya Sofia begitu lembut padaku? Apa ada sesuatu hal yang harus aku lakukan untuk memenuhi hutang Bapak?’ monolog Dania dalam hatinya.

Dania mengangguk, mengikuti apa yang diperankan Nyonya Sofia saat ini.

“Oh iya Dania, Mama mau tanya tentang sesuatu hal padamu.” Nyonya Sofia menatap Dania. “Apa kamu masih mau melanjutkan pendidikan mu?”

“M-maksudnya bagaimana ya, Ma?” tanya Dania ragu-ragu.

“Jika kamu masih ingin melanjutkan kuliah, kamu bisa memilih salah satu Universitas yang kamu inginkan dengan jurusan yang menjadi cita-cita mu pastinya.” Nyonya Sofia tersenyum merekah.

‘Kenapa selembut dan seramah ini? Apa... ini jebakan?’

Hening...

Dania masih nampak berpikir untuk memberi jawaban pada tawaran Nyonya Sofia.

“Kenapa kamu diam, Dania? Katakanlah sejujurnya jika kamu masih ingin melanjutkan kuliah.”

“Maaf sebelumnya Mama Sofia, tapi... ini bukan jebakan untuk saya, kan?”

“Saya sudah memenuhi semua keinginan Anda demi hutang Bapak saya kepada Anda. Tapi... saya masih belum mengerti apa yang Anda inginkan lagi dari saya setelah Anda merampas semuanya.”

“Jujur saya merasa bingung dengan sikap yang Anda tunjukkan kepada saya saat ini. Tolong katakan saja apa yang Anda inginkan dari saya.”

Tes...

Dania meneteskan air mata, rindu tiba-tiba menyeruak hatinya. Andai saja pernikahan itu tidak terjadi pasti Dania masih berkumpul dengan keluarganya.

Deg!

Obrolan antara Dania dengan Nyonya Sofia mampu terdengar oleh seseorang yang sengaja menguping karena kepo.

“Bukankah cinta tak harus dikejar jika tidak berjodoh. Cukup ikhlas dan mencari cinta yang lain.”

“Dan ini sebuah kejelasan jika Dia... bukan jodohku.”

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!