~MPH14~

...Menahan diri untuk berpura-pura tidak peduli itu memang berat. Bahkan Allah pun meminta kepada setiap hamba-Nya untuk saling tolong menolong, lantas... salah saya dimana?...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Senyum telah mengudara dengan binar mata bahagia. Ya saat ini memang benar Dania sedang bahagia atas sikap Aryan yang memperlakukannya dengan baik.

Ingin rasanya Dania terbang mengudara, tapi Dania seketika sadar diri kalau itu hanya pencitraan semata saat berada di depan Nyonya Sofia. Karena Aryan tidak mau jika Nyonya Sofia akan terus memarahi nya.

‘Dania... Dania... jangan melambungkan harapanmu terlalu tinggi.’ Dania menggeleng keras agar cepat mengalihkan hayalan nya.

“Gavin, antar aku ke kantor terlebih dahulu. Setelah itu antar Dania ke salon Venus.” Perintah yang tidak bisa dibantah oleh Gavin.

Gavin segera bergerak cepat, ia tak mau dicap sebagai ajudan yang lelet.

Mobil Lamborghini siap melaju dan membelah jalanan kota Bandung. Dalam perjalanan tidak ada satupun obrolan yang mengusik telinga. Hanya keheningan saja yang membuat kesunyian.

Untuk menghilangkan sunyi itu Gavin menyalakan musik. Dania yang duduk di kursi belakang sangat menikmati musik yang telah berputar.

Kedua mata Dania terpejam dan kepalanya manggut-manggut kecil, seakan musik masuk ke gendang telinga dengan alunan merdu.

‘Apa yang dilakukannya? Apa Dia... benar-benar menikmati musik ini?’

‘Wanita aneh tapi... cantik.’

Aryan hanya melirik Dania saja, hanya melirik. Setelah itu Aryan kembali fokus dengan jalanan di depan.

Sepersekian detik kemudian, akhirnya mobil Lamborghini berwarna silver telah masuk ke halaman parkir perusahaan company group.

Gavin kembali bekerja dengan cepat. Lebih dulu membukakan pintu untuk Dania setelah itu membantu Aryan turun.

“Terima kasih, Gavin.” Dania mengulas senyum.

‘Sungguh Tuhan... diri ini terpana dan terpesona.’

Gavin hanya membalas dengan anggukan saja.

Dania mengambil kursi roda Aryan yang berada di bagasi. Perlahan Aryan dibantu keluar dari mobil oleh Gavin dan pindah duduk di kursi rodanya.

“Mas Aryan... apa tidak sebaiknya aku temani Mas dulu ke kantor?” tanya Dania pelan.

“Tak usah berlebihan, Dania. Aku bisa sendiri, jangan terlalu khawatir begitu,” ucap Aryan tegas.

“Aku itu hanya tanya saja, Mas Aryan... tak berlebihan. Aku hanya takut Mas Aryan tidak bisa menghadapi kenyataan nanti, kan masih ada di ... kursi roda.”

‘Sialan! Ternyata Dia mengejekku. Lihat saja nanti.’

“Terserah! Sudah sana pergi ke salon dan tak usah hiraukan aku.” Aryan mendorong kursi rodanya sendirian.

Jika sudah seperti itu Dania maupun Gavin tidak ada yang bisa membantah perintah seorang bos besar.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Dania yang duduk jok belakang hanya menatap arah jendela saja, tidak memberanikan diri untuk menatap ke depan. Karena Dania takut jika ia akan salah menganggumi seseorang yaitu... Gavin El Fatih.

Laki-laki yang memiliki tubuh atletis, tegap dan berwibawa. Biarpun seorang ajudan Gavin selalu menomorsatukan penampilan agar tetap ok dimana pun berada. Sehingga tidak ada wanita manapun yang tidak mengagumi sosok Gavin.

“Kita sudah sampai, Non Dania.” Gavin hanya ingin menjaga sikap. Dan ucapan itu begitu datar.

“Ah iya, terima kasih, Gavin.” Dania mengulas senyum. “Kalau bisa panggilnya tidak usah ada embel-embel Non nya di depan. Manggilnya langsung nama saja ya, aku risih.”

Gavin tidak menjawab tetapi membalas dengan senyuman tipis.

Keduanya masuk ke salon Venus. Salon milik keluarga Athar Shamil. Sehingga Nyonya Sofia maupun Aryan bebas saja jika mau mengambil paket perawatan yang seharga ratusan ribu sampai jutaan.

“Selamat pagi, Pak Gavin. Ada yang bisa saya bantu?” tanya salah satu karyawati di salon itu.

“Kalian mendapatkan perintah dari bos besar, kan? Dan ini wanita itu... Non Dania.” Gavin menunjuk Dania yang berdiri di sampingnya.

“Oh iya, Pak Gavin. Kami akan melakukan yang terbaik untuk Non Dania agar Pak Aryan terpana dan puas dengan hasil kerja kami.” Karyawati itu mengacungkan jempolnya.

Dania pun ditarik oleh karyawati itu untuk duduk di kursi pelanggan. Pertama mereka akan melakukan perawatan rambut terlebih dahulu. Selama perawatan rambut masih berlangsung ada juga beberapa karyawati yang merawat jari-jari kuku Dania.

Sepersekian detik kemudian, akan dilanjutkan dengan make up. Memberikan polesan sedikit diwajah Dania.

“Non Dania, tolong tutup mata dulu ya! Saya akan memasang bulu lentiknya.” Perintah karyawati itu.

“Mbak, tak usah pakai bulu mata segala. Saya risih pakainya soalnya... tak pernah pakai. Lagipula bulu mata asli saya sudah lentik,” tolak Dania secara halus.

“Iya juga sih, lentik asli. Ok kalau begitu, saya poles saja ya bibirnya. Supaya tidak terlalu pucat begitu,” ujar karyawati itu.

Dania manggut-manggut tanda setuju. Dan tidak lama kemudian setelah usai merias wajah Dania kini karyawati itu mengajak Dania ke bagian dress.

Banyak sekali dress yang tergantung di sana. Dress itu sengaja dijual kalau pelanggan ingin penampilan perfect.

“Non Dania bisa pilih-pilih dulu mana yang mau diambil.” Karyawati itu mempersilahkan Dania untuk mengambil beberapa dress yang tergantung di depannya.

Dania nampak memilih, lalu dua di antara dress yang tergantung diambilnya. Dania menunjukkan kepada karyawati itu.

“Bisa langsung dicoba saja Non Dania. Silahkan Non Dania masuk ke ruang ganti, nanti biar pak Gavin yang menilainya.” Karyawati tersenyum lebar.

Hik's!

Gavin yang merasa disebut namanya hanya bisa mengulas senyum tipis... amat tipis. Karena karyawati itu tidak tahu jika dirinya menyimpan rasa pada Dania.

‘Sungguh menyiksa hati saja... hareudang euyy.’

‘Kenapa harus Gavin yang menilai sih? Sungguh membuat hatiku sakit saja. Bagaimana kalau nanti dinilai cantik, pasti ingin terbang aku nya.’

Dania masuk ke ruang ganti dan dress pertama yang dipilih tak lain adalah jumper dress, gaun wanita yang di desain tanpa kerah dan lengan, sementara bagian bawahnya memiliki potongan yang longgar dan lebar.

“Kok dress nya begini ya... terbuka semua.” Dania menggeleng keras, jika ia tidak mau memakai dress itu.

Bahkan dinilai Gavin saja belum, Dania kembali mengganti bajunya. Kali ini dress kedua.

Dengan percaya diri yang berlipat Dania keluar dari ruang ganti lalu berdiri di depan Gavin. Gavin yang melihat pun seketika terpana pada pandangan pertama.

‘Sungguh mempesona. Andai saja Dania... milikku. Ah, sungguh sialnya aku hanya bermimpi.’

“Bagaimana, Gavin? Cocok tak aku pakai dress ini? Kalau tak cocok nanti aku ganti lagi. Takutnya... Mas Aryan tak suka pula lagi.” Dania sesekali menatap Gavin lalu berpindah pada dress yang dikenakannya.

Gavin diam sejenak, ia benar-benar masih terpana. Alisnya berkerut, seakan ingin memberikan penilaian pada penampilan Dania.

Gavin mendekat, mengitari Dania yang masih berdiri di depannya. Gavin hanya ingin yang sempurna, sempurna dalam bekerja dan sempurna untuk... Dania.

“Siip! Saya yakin Den Aryan akan suka.” Gavin mengacungkan jempolnya.

‘Nyesek amat bilang begitu. Detak rasa yang salah.’

Dania berbunga mendengar pujian Gavin.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Saat menuju perjalanan ke perusahaan company group Dania tak hentinya tersenyum. Jantungnya berdebar kuat menahan malu saat bertemu Aryan nati.

Aka tetapi, tiba-tiba saja mobil Lamborghini berwarna abu-abu itu dihadang beberapa motor. Dan setiap motor ada orang yang membawa senjata.

“Gavin, sepertinya kita dalam masalah.” Dania mulai waspada.

“Iya, sepertinya apa yang Non Dania katakan benar.” Gavin menatap tajam setiap orang di depannya. “Non Dania tetap di dalam mobil saja. Biar saya yang turun.”

“Tidak, Gavin. Aku akan ikut kamu turun. Tidak mungkin jika aku biarkan kamu turun dan menghadapi mereka sendirian.”

“Tapi, Non...”

“Ini perintah dari istri bos besar.”

Gavin menghela napas beratnya, mau tidak mau Gavin membiarkan Dania ikut turun.

Gavin dan Dania siaga. Gavin juga tidak akan membiarkan Dania terluka, laki-laki itu menutupi Dania dengan tubuhnya. Namun...

“Arghhh!”

“Dania!” teriak Gavin histeris. “Sudah ku katakan tadi jangan ikut turun.”

“Menahan diri untuk berpura-pura tidak peduli itu memang berat. Bahkan Allah pun meminta kepada setiap hamba-Nya untuk saling tolong menolong, lantas... salah saya dimana?”

Dua insan itu saling tatap dengan tajam.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!