Gista menaikkan sebelah alisnya, menatap heran anak-anak yang mulai menjauhinya. Terutama Zee yang tiba-tiba bangkit, berniat pindah tempat duduk.
"Aaawww ... aduduhh, sakit!" pekik Zee, memegangi rambutnya yang ditarik ke belakang.
"Mau ke mana lo?" Suara Gista lirih namun terdengar menyeramkan.
"Mau ke toilet ... iya ke toilet, tiba-tiba sakit perut." Alibi Zee, wajahnya sudah panik.
"Gak usah boong lo!"
"Suerr!" Zee menunjukkan dua jarinya ke depan Gista, dengan raut wajah memelas.
Gista mendengkus, melepaskan rambut Zee. Gadis itu langsung lari terbirit-birit.
"Apa lo liat-liat?! Minta diculek mata lo!" sarkas Gista, membuat anak-anak memalingkan wajah.
Gista melenggang pergi dari kantin. Sepanjang koridor, anak-anak menghindarinya. Bahkan koridor yang tadinya rame tiba-tiba sepi, karena semua pada kabur.
Gista semakin heran, ada apa sebenarnya? Dia menggeleng, menepis semua itu dari pikirannya. Gak penting!
"Kalian denger, katanya dikantin ada yang dapet kartu merah." Gista menoleh pada tiga orang cewek yang sedang duduk di depan kelas.
"Serius? Siapa?" sahut teman di sebelahnya.
"Em ... katanya si murid baru ... tapi ...." Gadis itu berhenti bicara saat melihat Gista yang berdiri tak jauh darinya.
Gadis itu tampak berbisik lalu berlari ke kelas diikuti teman-temannya. Gista berpikir sejenak, mencerna ucapan gadis-gadis itu.
Kartu merah?
Kini dia menatap kartu yang ada di tangannya. "Apa ini?" gumam Gista.
Gista beralih menatap ke depan, dan saat itu netranya melihat cowok yang memberinya bungkusan kado tadi.
"Woy!" teriak Gista. Cowok itu menoleh ke belakang. "Woy jangan lari!!" Gista langsung mengejar cowok itu, entah kenapa cowok itu langsung panik saat melihat Gista.
"Woy! Berhenti!" Napas Gista mulai tersengal, cowok itu sangat cepat berlari. "Tunggu!!" Dia tetap berlari, memaksakan langkah kakinya agar bisa mengejar cowok itu.
"Hey!!"
Gista mendengkus, kini dia melangkah di koridor kelas XII. Dia berjalan menuju kelas yang di masuki cowok itu.
Brak!
Gista menggebrak pintu kelas, membuat anak-anak yang ada di dalam refleks menoleh kepadanya. Mereka menatap Gista dengan datar, namun terasa aneh pada sorot matanya.
"Keluar lo! Gue tahu lo di dalem!" teriak Gista, berdiri di ambang pintu sembari menatap ke penjuru kelas.
"Lo!" Gista menoleh pada cowok yang berjalan ke arahnya. "Lo siapa? Ngapain ribut di kelas orang?" Cowok itu memandang Gista dari bawah sampai atas.
"Bukan urusan lo!" Gista tampak celingukan, mencari keberadaan cowok culun itu.
"Tapi lo ganggu ketentraman kelas gue!" Cowok itu berdiri di depan Gista, tubuhnya menjulang tinggi menutupi pandangan Gista.
Gista mengangkat wajahnya, sekilas dia melirik ke bed nama cowok itu.
Olander will tan!
Cowok itu menatap datar Gista, wajahnya sungguh menyebalkan!
"Minggir!" Gista mendorong tubuh cowok itu, tapi dia tetap berdiri mengahalangi. "Mau lo apa si? hardik Gista mulai kesal dengan ulah cowok itu.
"Pergi!"
Gista memutar bola matanya. Ia berkacak pinggang, mendongak menantang cowok itu. "Kalo gue gak mau!"
Cowok itu membungkuk, memajukan wajahnya di depan wajah Gista. "Gue bisa lempar lo dari sini!" bisiknya.
Gista mendesis, dia sama sekali tidak takut dengan ancaman cowok itu. "Denger ya. Gue gak ada urusan sama lo! Gue cuma mau ketemu sama cowok yang barusan masuk!"
"Gue gak peduli!" bentak cowok itu, membuat Gista berjengit mundur saking kagetnya.
"Lo ...." Gista melotot saat pintu kelas itu di tutup. Tangannya terkepal, dia menyumpah serapah cowok itu. Tak peduli jika kini dia jadi tontonan anak-anak.
"Woy! Buka!!" Gista menggedor-gedor pintu kelas itu, namun dikunci dari dalam.
Bahkan tak tanggung-tanggung, Gista menendang pintu itu, melakukan berbagai cara agar pintu itu terbuka.
——————
Mood-nya benar-benar hancur hari ini. Kenapa hari pertamanya penuh dengan kesialan. Bahkan setelah jadi tontonan anak kelas XII, kini dia jadi tontonan anak-anak MOS.
"Lo dengerin gue ngomong gak si?!" teriak gadis di depannya.
Gista menutup telinganya dengan kedua tangan, suara cempreng itu begitu menyakitkan gendang telinganya.
"Lo tahu 'kan aturannya. Kalo anak MOS PAKE BAJU PUTIH ITEM, KENAPA LO LANGSUNG PAKE SERAGAM!!" Gadis di depan Gista benar-benar murka.
"Punya mulut 'kan, jawab! Atau lo bisu?" celetuk temannya.
Osis-osis laknat, Gista sudah geregetan ingin melempar duo cempreng itu ke palung mariana. Kalo gak ke sungai amazon biar jadi santapan ikan piranha.
"Gue gak tau," jawab Gista, tampak tak peduli.
"Lo emang bener-bener ya ...." Gadis itu mengatupkan bibirnya ketika suara bass itu menginterupsi keduanya.
"Ada apa? tanya cowok yang datang menghampiri mereka.
"Nih, anak baru gak ngikutin aturan!" sahut gadis berambut sebahu.
"Kalian berdua urus yang lain, biar dia gue yang urus." Kedua gadis itu mengangguk, lalu melempar tatapan sengit pada Gista.
Gista berdecih, membalas tatapan keduanya. Dia memutar bola matanya saat keduanya mulai berjalan menjauh.
"Kenapa lo gak pake atribut MOS?"
Gista menghela napas panjang, lalu menatap cowok di depannya. Kedua mata mereka saling beradu, mengunci satu sama lain.
"Gak tahu! Apa kepala sekolah lo gak kasih tahu? Gue baru aja pindah dari Seoul. Mana gue tahu kalo di sini harus pake atribut MOS kaya gitu!" Gista memandang jijik para peserta MOS.
IUH!!
Dia tidak habis pikir kenapa mereka semua mau memakai atribut norak seperti itu. Kucir dua dengan pita warna warni, pake topi tani, kaos kaki bola warna warni. Sungguh menggelikan, bahkan Gista tak ingin membayangkan jika dirinya harus berpenampilan seperti itu.
"Karena lo ngelanggar aturan, lo harus dihukum. Lari keliling lapangan dua puluh kali," ujar cowok itu.
Gista seketika melotot. "Lo gila! Emang lo siapa? Seenak jidat ngasih gue hukuman!
Cowok itu menunduk, menatap Gista tepat di bola matanya. " Gue Saga, ketua osis. Dan udah jadi wewenang gue buat ngehukum murid pembangkang kaya lo!" Cowok itu tersenyum miring.
Gista melirik bed nama di baju cowok itu.
Saga Oktavian!
"Gue gak mau!" Gista mendengkus, enak aja dia disuruh lari. Kakinya saja masih terasa kebas akibat hukuman tadi.
"Gue tambah hukuman lo jadi dua puluh lima kali!" seru Saga.
"What! You crazy!!" umpat Gista, melototi Saga.
"Tiga puluh kali!" lanjut Saga.
"Lo ...."
"Tiga puluh lima kali!"
"Tapi ...."
"Semakin lo membantah, semakin bertambah hukuman lo!"
Gista mendengkus, dia langsung berbalik lalu berlari mengelilingi lapangan yang begitu luas.
Gista merutuki cowok itu, menyumpah serapahnya. Dia sangat kesal dengan cowok bernama Saga.
Lihat aja, gue bakal bikin perhitungan sama lo!
Saga oktavian!!
"Osis gila!" teriak Gista.
Tentu saja itu mengundang perhatian anak-anak yang mendengarnya. Mereka menoleh pada Gista yang tengah berlari sembari berteriak.
"Saga banci!"
Benar-benar memancing keributan gadis itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments