Ch 16

Laura tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk selalu dekat dengan Hans. Secara sengaja, ia menempelkan tubuhnya pada lelaki tersebut dan terus berpura-pura meringis kesakitan.

"Aww... Pinggangku sakit, Honey," keluhnya, melangkah tertatih sambil mengalungkan satu tangan ke pundak Hans.

Lelaki itu memapah dan mendudukkannya di atas sofa.

"Laura, maafkan saya, saya benar-benar khilaf," ucap Hans, sambil Laura sesegukan.

"Kamu ini kasar sekali pada calon istrimu yang cantik ini," kata Laura, memuji diri sendiri, sedikit memainkan rambut pirang panjangnya, membuat kedua alis Hans menaut dan keningnya berkerut, di sertai senyum miring menganggap ucapan Laura tak ubahnya seperti sebuah lelucon murahan.

"Hemm... Calon istri saya?" Ia menggelengkan kepala, merasa tak setuju dengan ucapan Laura yang mengaku sepihak.

"Iya, aku ini calon istrimu kan, sayang?" tanya Laura dengan manja, tetapi Hans tak memberi respon.

Wanita itu mengangkat kemejanya ke atas dan menunjuk ke arah pinggangnya.

"Ini sakit, gara-gara kamu barusan!" rengek Laura di buat manja, membuat Hans memasang wajah datar, lalu memutar kedua mata jengkel.

"Lalu, saya harus bagaimana, Laura?" Hans menghembuskan nafas beratnya, tak nyaman dengan situasi saat ini.

"Ya, pijitin, kek!" pinta Laura. Hans mengusap wajah dengan gerakan kasar, tetapi akhirnya menuruti permintaan wanita itu meski tak berniat sedikitpun.

"Aah, nah, sebelah situ, Honey... Lembut sedikit, dong!" Laura semakin mengangkat kemejanya ke atas. Pada saat itu, ia tak mengenakan apapun, dan tiba-tiba berbalik, memperlihatkan bongkahan gunung Himalaya yang menggiurkan, di hadapan Hans.

"Kenapa hanya dilihat?" goda Laura, merasa keinginannya terpancing kembali dengan keadaan seperti itu.

Hans, meski tergugah, tak ingin menunjukkan sisi agresifnya. Ia hanya bisa menelan ludah kasar, menunggu Laura yang bergerak terlebih dulu seperti biasa yang mereka lakukan.

Wanita itu merengkuh tubuh kekar Hans, dan membenamkan wajah pria tersebut di antara gunung himalaya, dan membiarkannya mendaki sesuka hati.

Hans mendusel kepalanya di tengah-tengah gundukan lemak milik Laura

Membuat jemarinya memainkan milik Hans yang masih terbenam di dalam celana

"Engh..." lenguh Hans ketika tangan lembut itu menggenggam senjata tersebut.

Laura terbaring di atas sofa, membiarkan pria itu mengeksplorasi setiap centimeter tubuhnya.

Hans mengangkat kemeja over size wanita tersebut membuat hasratnya bangkit dengan wajah yang tampak memerah, menahan keinginan yang membara ketika menatap mahkota indah Laura.

Kedua tangan Hans bermain-main di atas gunung himalaya Laura dan memainkan puncaknya, membuat wanita itu merasakan kenikmatan yang tak terkira. Sementara itu, tangan Laura mencengkram rambut Hans, saat lidah dan mulutnya terus menghajar lembah surgawi miliknya tanpa ampun.

"Sayang...Eugh... Enak sekali...... " lenguh Laura, Hans terus beraksi di sana. Lidahnya menari-nari dengan liukan yang menggoda, hingga suara decakannya terdengar memenuhi ruangan.

"Aaahh..... Eungh...." Wanita itu mengeluarkan suara memabukkan.

Saat keduanya sedang asyik merengkuh kenikmatan dengan berbagai gerakan, Tiba-tiba, Hans mendapatkan notifikasi, di sela-sela aktivitasnya, langsung meraih ponsel yang ia taruh di atas meja. Seketika senyum mengembang di kedua sudut bibirnya saat membaca satu pesan dari Sena, dan teramat sangat special.

"Aahh.... Laura... " rancau Hans saat wanita tersebut tengah melakukan gerakan liar di atasnya, tetapi fokus Hans tertuju pada layar ponsel.

Kedua tangan wanita itu bertengger di bahu Hans dengan cengkraman kuat, kemudian naik membingkai kedua pipinya, meminta agar tetap fokus pada permainan mereka.

Laura yang di kuasai gairah merasakan lagi bibir Hans, membuat lelaki itu kembali mengabaikan ponselnya.

Konsentrasi Hans menjadi terbagi-bagi, di satu sisi ia ingin membalas chat dari Sena, tetapi ia juga sedang merasakan gelombang kenikmatan yang direngkuh bersama dengan Laura. Ia meminta wanita itu untuk bangkit dari posisinya.

Mereka melakukan gerakan yang umum agar cepat selesai, Keduanya sama-sama mengerang panjang. Namun semakin lama, Hans semakin kasar melakukan pergerakannya, apa lagi di detik-detik terakhir akan mencapai puncak.

"Ouh.... Ouh... " Hans kembali bersuara, lalu mencabut miliknya dengan segera mengarahkan tepat ke wajah Laura.

Otot perut Hans berkedut saat mengeluarkan lava pijarnya yang hangat melumuri wajah, dan leher Laura, membuat wanita itu terlihat sangat menggoda disertai keringat yang menitik di sekujur tubuhnya saat berhasil mencapai puncak gunung Everest yang melelahkan. Begitu juga dengan Hans, otot-ototnya menjadi sangat licin karena berkeringat dan lelah setelah sampai puncak.

Dalam keadaan masih polos, Hans menggunakan kemeja untuk mengelap sisa-sisa cinta dan keringat di tubuhnya, lalu duduk sambil meraih ponsel untuk membalas chat dari Sena. Laura mendengus kesal melihat lelaki itu tersenyum saat menatap ponsel.

"Siapa tuh?" tanya Laura dengan ekspresi cemburu, berusaha mencari tahu dengan siapa Hans bertukar pesan.

"Kamu tak usah tahu! Terserah saya mau chat dengan siapapun juga, bukan urusan kamu!" jawab Hans ketus, membuat wajah Laura ditekuk.

"Aku tak rela dia chat dengan perempuan lain!" batin Laura, dan karena merasa diabaikan, wanita itu pun sibuk dengan ponselnya.

Laura melihat barang-barang yang dipajang secara online, ia melihat tas keluaran terbaru dan menunjukkan pada Hans.

"Aku mau ini," pinta Laura, Hans mengangguk cepat.

"Ya, saya pasti akan belikan," jawab Hans dengan wajah datar dan terus menerus menatap layar ponselnya. Karena apapun yang diminta Laura, Hans selalu memberikannya, tetapi tidak dengan hatinya yang sulit untuk menerima cinta wanita tersebut, meski berbagai upaya telah Laura kerahkan demi untuk mendapatkan hati lelaki tersebut.

"Tuhan, entah apa lagi yang harus aku perbuat untuk meyakinkannya!" gumam Laura, merasa usahanya hanyalah sia-sia.

Ia sudah menyerahkan seluruh hati, bahkan kesuciannya, tetapi tak juga mampu meluluhkan Hans, padahal ia sungguh sangat berharap padanya. Bagi Laura, tak ada pria yang mampu membuatnya jatuh cinta kecuali Hans, perasaan itu ada sejak pandangan pertama.

...

Bersambung...

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!